7th Shoot

1.3K 25 4
                                    

Hem, hallo ~ hallo ~ akhirnya bisa kembali update cerita :") Chapter kali ini sedikit excited karena akhirnya ada adegan tembak - tembakan XD Yah, walaupun ada beberapa bagian yang mungkin rada aneh.. ehehe, maklum author belum pernah main pistol beneran.

Okay, that's enough! Enjoy the read! Oh, Vomment plis! :)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hal yang pertama kali Zaxia lakukan ketika masuk ruang simulasi adalah mencari tangga. Kenapa? Karena dengan berada di atas, dia bisa melihat situasi di bawahnya dengan lebih jelas. Bisa dibilang ini adalah cara pembunuh bayar mengintai mangsanya. Zaxia belajar dari salah satu pengalaman saat dikejar pembunuh bayaran, kalau mengintai dari atap jelas lebih efektif karena kebanyakan para hitman tidak punya kekuatan fisik yang bagus untuk memanjat gedung dan mereka tidak mau repot – repot melirik ke atas untuk memeriksa. Ironis memang kalau mengingat Zaxia sendiri merupakan bagian dari hitman bodoh itu dua tahun yang lalu.

Setelah berlari seringan mungkin melewati 1 blok, akhirnya ia menemukan sebuah tangga di samping sebuah gedung berlantai 4. Dengan cepat dia memanjat tangga yang sudah mulai keropos. Pistol pemberian Kievan digigitnya saat dia memanjat. Dia tidak mau repot - repot menaruh di pinggangnya karena itu sangat merepotkan bila situasi berubah mendadak.

Dengan nafas yang masih sangat teratur, dia berdiri di rooftop gedung itu dengan pistol di kedua tangannya. Kedua pistol itu sudah dilengkapi dengan laras kedap suara.

Dari atas atap, Zaxia bisa dengan leluasa mengintai setiap musuhnya. Zaxia tahu Kievan tidak mungkin akan berbaik hati memberi informasi tentang keberadaan lawan – lawannya seperti Jaimie. Zaxi juga tidak pernah berharap. Lagipula, pada kenyataannya saat menjalani misi dia juga tidak tahu dimana keberadaan lawannya. Jadi, ya sudah. Ini sama saja dengan misi - misi yang sudah dijalaninya.

Merasa cukup aman untuk tetap berada di situ, perlahan – lahan Zaxia menutup matanya. Mempertajam semua indranya dan menghilangkan jejak auranya. Dia tidak tahu apakah lawan – lawannya ini ada yang punya kemampuan untuk mengendus aura atau merasakan aura seperti hal dirinya. Tapi, dia merasa perlu berjaga – jaga untuk tetap menghilangkan jejak auranya.

Lawannya jelas tidak mengira kalau hanya dalam waktu kurang dari 1 menit, Zaxia sudah mengetahui lokasi kelima lawannya. Satu berada sekitar 5 blok jauhnya di utara, dua berada 3 blok di timurnya, satu berada 2 blok di selatan, dan satu yang tersisa dan paling sial hanya berjarak 3 gedung darinya.

Senyum terkembang di bibir Zaxia bersamaan dengan kelopak matanya yang terbuka. Dengan lihai, dia langsung berlari (tanpa suara tentu saja) dan melompat menyebrangi gedung 4 lantai seperti layaknya tupai. Dulu, saat pertama kali dia mencoba untuk melompat menyebrangi gedung 10 lantai, dia terkejut sendiri mendapati dirinya bisa menyebrangi jarak yang terpaut sekitar 5 meter darinya dengan kaki yang tetap utuh tanpa cacat sedikit pun. Memang, dari dulu Zaxia sudah tahu kalau dia mempunyai kekuatan fisik yang jauh diatas manusia rata – rata. Dan, itu menjadi pertanyaan terbesarnya kenapa dia bisa mempunyai kemampuan itu padahal dia tidak pernah melatihnya sama sekali. Zaxia mendesah pelan mengingat pertanyaan lama yang kembali terngiang di kepalanya.

Perhatian dan pikiran Zaxia kembali terfokus saat melihat lawannya berjalan mengendap – endap memasuki gang di bawah kakinya. Oh, untuk informasi, saat ini Zaxia sedang berdiri di atas kabel yang menjuntai diantara 2 gedung. Lawannya adalah gadis berambut merah sepinggang yang tadi meyeletuk saat Zaxia berada dalam pelukan Kievan. Rasa panas langsung menjalari pipi Zaxia saat mengingat kejadian tadi pagi. Dia langsung mengenyahkan pikiran itu sebelum dia terbakar oleh rasa malunya sendiri.

Si rambut merah bergerak cukup pelan namun masih tetap terdengar keras di telinga sensitif Zaxia. Dia tidak menyadari Zaxia yang mengawasinya tepat di atas tubuhnya sendiri. Dia berlari kecil melewati gang itu dan menolehkan kepalanya kesana kemari. Dia mengerutkan dahi tak senang sambil berbicara di microphone yang terpasang di lehernya.

Hitwoman?! ( On Holds)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang