4th Shoot

1.4K 30 23
                                    

Semua kesan baik yang di bayangkan Zaxia tentang penyelamatnya ini hilang tidak berbekas segera setelah tutor di mulai. Cowok ini hampir sama menyebalkannya dengan si kribo tengik itu. Cowok ini bersikap seolah dia adalah tuan dan Zaxia adalah pesuruhnya yang bisa di marahinya sesuka hati karena kesalahan kecil. Bukan sebagai tutor dan adik kelas manis yang sedang di ajarinya.

“ Zia, bukan kabel yang merah, tapi yang biru.”

“ cepat potong kabelnya! Kau mau membuat kita berdua terbunuh?”

“ Sudah kubilang bukan begitu!”

“ Kau ini level A, bukan sih?”

Dan sederet lecehan dan kalimat perintah lainnya yang Zaxia coba lupakan. Memang apa yang di harapkan cowok itu darinya? Merakit senjata? Yang benar saja. Dia dilatih untuk menjadi seorang hitman, bukan pembunuh bayaran yang menggunakan segala senjata. Tentu saja dia hanya mengerti hal yang berhubungan dengan pistol, bukan bom atau alat peledak lainnya.

“ Baiklah, sudah cukup. Sekarang sudah jam istirahat siang dan aku tidak mau ketinggalan jam makan siangku. Dan, kau harus kembali ke ruang bawah tanah pukul 3 siang. Mengerti?” Tanya cowok itu sambil memandangi bom yang baru saja selesai di rangkai Zaxia. Harus dia akui kalau dia terkejut bahwa cewek ini sangat tidak punya pengalaman dalam hal merakit bom dan dia benar – benar frustasi karena harus mengajarkannya dari awal.

“ Ya, aku mengerti Lev.” Sahut Zaxia setengah menggerutu. Dari pada semua orang di kampus ini, mungkin Zaxia yang paling ingin cepat keluar dari jam tutornya yang menyebalkan ini. Dia bahkan sudah menanti jam makan siang tepat setelah tutornya dimulai.

“ Berhentilah memanggilku Lev.” Ujar cowok yang di panggil Lev itu dengan dahi berkerut.

“ Lalu mau dipanggil apa? Lev kan namamu.” Tanya Zaxia bingung. Dia memberhentikan tangannya yang sejak tadi sibuk membereskan mejanya hanya untuk menatap cowok di hadapannya dengan mata di sipitkan. Bukankah semua orang tadi menyapanya dengan nama itu? Apa lagi kesalahan yang dilakukannya? Batin Zaxia dalam hati.

“ Apa saja selain Lev.”

“ Memangnya kenapa? Semua orang tadi memanggilmu Lev.”

“ Karena kau membuatnya terdengar seperti ‘Luv’ bukan Lev, Zia. Dan itu terdengar sangat banci dan gay.” Ujarnya dengan desah berlebihan sambil berjalan keluar dari ruangan latihan berpintu baja ini.

Zaxia kembali memusatkan perhatiannya pada barang – barang di atas mejanya. Le-Kievan sudah mengatakannya dengan jelas kalau dia harus mengembalikan semua peralatan ke tempatnya semula sebelum tutor di mulai. Kievan adalah orang pertama yang berani menyuruh – nyuruhnya selain kakak – kakaknya. Selama ini orang pasti akan secara alami segan untuk menyuruhnya kalau mendengar nama keluarganya. Bahkan di perkumpulan hitman sendiri. Selama ini selalu kakaknya yang memberi perintah. Tidak pernah orang lain. Namun, tentu Zaxia tahu walau Kievan terlihat amat sangat menyebalkan, kedudukannya setingkat dengan kakaknya. Yang berarti dia orang yang tidak boleh dilawan sama sekali.

Zaxia mendesah lega setelah seluruh peralatan telah kembali ke tempat semula. Pekerjaan sempurna. Akhirnya aku bisa makan kue Erika! Serunya dalam hati. Dengan senyum mengembang membayangkan kue seperti apa yang di bawakan Erika, Zaxia keluar dari ruangan itu.

Dia segera berlari menuju tabung yang terletak di ujung lorong. Tabung itu berfungsi sebagai lift. Namun dengan suara yang hampir tidak terdengar dan bisa bergerak ke segala arah. Zaxia menekan beberapa tombol di panelnya. Tabung transparan itu menutup dan masuk ke dalam dinding. Tabung itu membawanya melewati dinding – dinding kampus hingga sampai di toilet dekat kantin. Tentu saja, tabung lift itu khusus milik organisasi hitman, jadi tabung itu tidak bisa sembaran terlihat.

Hitwoman?! ( On Holds)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang