8th Shoot

1.2K 25 10
                                    

Zaxia cemberut menatap layar telepon genggamnya sambil melepaskan peralatan latihan simulasinya. Kakaknya baru saja mengirimkan pesan singkat yang intinya dia tidak bisa menjemput Zaxia karena ada alasan mendadak yang menyebabkannya harus terbang ke Jepang sore itu.Yang benar saja! Dia kan tidak membawa mobil atau motornya, dan pilihan yang tersisa untuknya adalah naik metro atau taxi. Dia tidak mungkin memilih taxi. Karena taxi sangat tidak aman untuknya. Baik sebagai hitwoman atau sebagai bagian dari keluarga Conchiglia. Dan pilihan terakhirnya adalah naik metro. Zaxia bergidik membayangkan dirinya kembali naik metro.

Sejak kejadian dua tahun lalu saat dia hampir dibunuh di salah satu metro, dia sudah menanamkan dalam otaknya kalau dia tidak mau naik metro atau kendaraan umum lainnya selain pesawat terbang. Selain karena tidak fleksibel, dia juga selalu merasa ada yang membuntutinya. Mungkin dia terlalu parno untuk kembali naik kendaraan umum terutama metro. Tapi, dia memang dia mau berurusan dengan metro lagi.

“ Kenapa mukamu masam seperti itu? Kau membuatku semakin tidak berdaya setelah kekalahan telak bawahanku.” Seru Jaimie yang langsung membuat Zaxia mendongak menatapnya.

“ Maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu, Jaimie. Mereka lumayan kok. Sungguh! Walaupun aku tidak suka dengan si kribo,tapi dia memiliki kemampuan yang cukup menjanjikan.” Sahut Zaxia.

“ Maksudmu Leonardo? Menurutku juga begitu. Namun, gayanya selangit! Mungkin setelah dibantai seperti tadi, dia bisa menghargaiku sebagai atasannya.”

“Haha, mudah – mudahan saja. Eh, mana Kievan?”

“ Oh, dia sedang menerima telpon. Dia memintamu untuk tetap berada di sini sampai dia kemari. Baiklah, aku harus melihat bawahanku dulu. Sampai bertemu di rapat evaluasi tahunan!” Jaimie menepuk pundak Zaxia sekali sebelum dia keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Zaxia yang kembali terhanyut dalam pikirannya tentang cara bagaimana dia bisa pulang tanpa harus menggunakan transportasi umum.

Di bagian ruang simulasi yang lain, Kievan tidak menerima telepon seperti yang diutarakan Jaimie. Melainkan sedang melawan rasa sakit di dadanya dan gemetaran hebatnya. Walapun sudah meminum obatnya, butuh beberapa saat sebelum dia kembali ke kondisi normalnya. Ini sudah ke tiga kalinya dalam minggu ini. Efek samping yang dimilikinya ini semakin lama semakin mengganggu saja. Dan, tidak ada orang di bagian lab yang bisa membantunya menghilangkan efek sampingnya ini.

Butuh 5 menit penuh bagi obatnya untuk bekerja sebelum akhirnya rasa sakit dan gemetarannya hilang sepenuhnya. Kievan langsung memasukan tabung obatnya ke balik jaketnya lalu berjalan memasuki ruang tunggu simulasi.

Kembali ke ruang tunggu simulasi, Zaxia sedang berjalan mondar – mandir dengan raut wajah frustasi. Karena satu – satunya orang yang bisa dia mintai untuk menolongnya, sedang tidak ada mata kuliah dan sedang berasa di trevi! Ya ampun! Kenapa Erika harus pergi disaat yang tidak tepat? ARG! Dia benar – benar tidak mau naik metro!

“ Metro sialan!” Umpat Zaxia masih sambil berjalan mondar – mandir.

“ Ada apa dengan metro?” Sebuah suara bertanya dari balik tubuh Zaxia dan hampir membuatnya berteriak kaget kalau tidak menyadari kalau itu suara beratnya Kievan.

“ Uuh, Kievan! Jangan mengangetkanku seperti itu, please.”

“ Ada apa dengan metro?” Kievan mengulangi pertanyaan.

“ Uh, kakakku tidak jadi menjemputku, jadi aku harus pulang dengan metro.”

“ Terus?”

Zaxia menggigit bibir bawahnya. Kenapa tutornya ini mesti bertanya lebih lanjut? Dia ragu – ragu untuk memberitahukan alasan sesungguhnya. Namun, dia tidak melihat ada yang salah dengan memberitahukan alasannya.

Hitwoman?! ( On Holds)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang