_______________________________
N O T H I N G ' S G O N N A C H A N G E D
<><>Di awal-awal permainan ronde ketiga mereka ini, terdengar suara motor berhenti di depan pagar rumah. Sangat mengenal suara motor itu, Adam pun langsung bangkit dan melongok ke luar pagar. Seperti dugaannya, motor itu benar motor Abi yang membonceng Rena.
"Rena, Dam?" tanya ayahnya Rena seraya ikut berdiri.
"Iya, Pah."
Keduanya lalu berbarengan berjalan menuju pagar. Gerakan Adam bahkan lebih cepat daripada ayahnya Rena. Cowok itu mendorong pagar tak sabar sehingga Abi dan Rena pun menoleh.
"Dari mana?" tanya Adam, matanya menatap Rena setengah dingin setengah khawatir.
"Main," jawab Rena singkat. Rupaya cewek itu masih dalam mode ngambek dengan Adam. Tidak seperti biasanya yang kemarahannya hanya bisa bertahan sebentar.
"Ke mana?" kejar Adam lagi.
"Jauh."
"Dan baru balik jam segini?"
"Macet."
Ayah Rena yang berdiri di samping Adam jadi heran dengan keposesifan Adam, kepalanya bahkan bolak-balik memandangi Adam dan putrinya. Di posisi ini, Adam malah jadi kelihatan seperti ayahnya Rena.
"Yaudah yaudah, Rena masuk dulu, sana! Ganti baju, bersih-bersih, istirahat." Ayahnya Rena akhirnya buka suara, sekaligus berusaha untuk menghentikan adu sinis antara putrinya dan Adam. "Abi makasih ya udah nganter Rena pulang," katanya lagi pada Abi yang sedari tadi tak bersuara.
Hanya mengangguk, Abi lalu mendorong motornya masuk ke pagar rumahnya sendiri. Cowok itu lalu menghilang di balik pintu rumahnya setelah melepas sepatu.
Sementara Rena, sudah lebih dulu masuk rumah sebelum Abi. Cewek itu sama sekali tak melirik Adam saat melewatinya. Seakan belum menyadari bahwa Adam pun masih belum melepas seragam sekolahnya karena menunggunya pulang sejak siang tadi.
"Adam pulang dulu, Pah," kata Adam kemudian, usai memandangi bagian belakang tubuh cewek yang sejak kanak-kanak sudah menjadi cinta pertamanya itu.
"Iya iya. Hati-hati, Dam. Salam sama mama papa kamu."
"Kalo ada, Pah," balas Adam sambil nyengir lalu mengambil tasnya dan mencium punggung tangan ayah Rena.
"Sssst! Jagain adik kamu!" tegur ayah Rena seraya menepuk lengan Adam.
Adam cuma tersenyum dan mengeluarkan motornya dari garasi rumah Rena. Setelah mengucap salam, ia menarik gas menuju rumahnya.
Selagi berkendara, Adam terus memikirkan wajah Rena. Padahal sudah seringkali ia katakan pada Rena; lebih baik ia diteriaki, dimarahi dan dipukuli daripada didiamkan. Tapi Rena tetap saja tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionApa aku harus pergi dulu agar kamu tahu makna hadirku? Padahal sudah kuberi tanda, tapi kamu seolah tutup mata. •••• Copyright April 2017 by Inesia Pratiwi