19

5.9K 817 72
                                    

_____________________________

_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

W H A T E V E R
<><>

Suara khas tukang Pos yang sudah lebih dari dua minggu ini tak terdengar, pagi ini akhirnya kembali terdengar. Bahagia karena bisa menjemput Rena lagi, Adam duduk di atas motor sambil terus senyum-senyum. Tetapi, senyumnya langsung menghilang waktu matanya sengaja melirik ke teras rumah Abi, karena motor yang biasanya diparkir di situ sudah tidak ada.

Saking hebatnya pertengkaran mereka kemarin, Abi bahkan sampai tidak ingin menampakkan wajahnya di depan Adam atau Rena. Cowok itu rela berangkat pagi-pagi agar tidak berpapasan dengan mereka.

Rasa bersalah pun muncul di benak Adam. Mungkin, tindakannya kemarin memang sudah terlampau keterlaluan.

"Berisik lo!"

Tak sadar, ternyata Rena sudah berdiri di pintu rumahnya lalu mengambil sepatu. Mata sembabnya kemarin sudah tak terlihat pagi ini.

"Lama lo!" seru Adam.

"Bawel, baru juga jam segini."

"Tujuh menit lagi bel, ya, cantik."

"Masih tujuh menit."

"Yaudah buruan, anjir. Injek aja sepatunya, elah!"

Rena setengah berlari menuju pagar rumah. "Udah nih udah, ah!" Lalu dengan bertumpu pada bahu Adam, ia naik ke jok belakang motor tinggi itu. Setelah duduk di atas motor, matanya melirik ke teras yang sedari tadi juga sedang Adam perhatikan. "Udah berangkat pagi-pagi, ya?"

"Piket, kali," jawab Adam sambil menginjak gigi.

Rena cuma diam dan mempersiapkan diri dari loncatan motor Adam yang selalu cowok itu lakukan di menit-menit genting seperti ini. Sambil dalam hati membantah jawaban Adam, karena Rena tahu betul, jadwal piket Abi bukan hari ini. Dan Rena pun tahu betul, bahwa hari-hari berikutnya pun pagi harinya akan selalu seperti ini; tanpa melihat dan menyapa Abi lagi.

<><>

Setelah bel pulang, Adam langsung menghampiri kelas Rena. Menyandar pada pintu kelas sambil tebar pesona. Mengunyah permen karet dengan kabel earphone yang menggantung di leher. Tiap cewek-cewek kelas Rena hendak keluar, Adam memberikan senyuman maut. Begitu terus sampai giginya kering.

Sambil membereskan buku-bukunya, Rena memperhatikan Adam dengan tatapan jengah. Kalau saja buku cetak sejarah yang dipegangnya ini murah, sudah ia lempar ke wajah Adam sejak tadi. Sayangnya mahal, takut nggak bisa kebeli lagi.

"Kak Adam..."

Dari luar kelas, dua cewek imut yang seragamnya masih kaku itu menyapa Adam malu-malu.

Adam pun menoleh dan mencoba mengingat wajah cewek di hadapannya. "Gita?"

Cewek rambut panjang itu mengangkat kepala dan pipinya langsung merah. Ia mengangguk-angguk pelan sambil meremas-remas tangan temannya yang sedari tadi bergandengan dengannya.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang