30

10.1K 948 176
                                    

_____________________________

_____________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

T H I S T I M E
<><>


Baru saja live di acara talkshow salah satu stasiun tv, Prison diantar pulang oleh supir yang sejak sebulan lalu diberikan tugas untuk mengantar dan menjemput mereka berempat –kadang berlima bersama Abi dengan mobil van warna hitam tiap ada urusan kerja. Malam ini, mereka tiba di rumah masing-masing pukul duabelas malam, dengan tubuh lelah dan kantuk menyerang.

Sejak panggilan manggung on air ataupun off air banyak berdatangan, mereka jadi punya jam tidur sangat sedikit. Pagi harinya, mereka tetap menjalankan kewajiban sebagai pelajar walaupun di dalam kelas sering tertangkap guru sedang tidur di atas meja.

Untungnya, kebanyakan guru memaklumi mereka. Namun meski begitu, tugas dan perhatian yang diberikan kepada mereka tetap tak ada bedanya dengan siswa lainnya.

Siang ini di salah satu meja kantin SMA Patimura, ketiga personel yang perutnya telah terisi kenyang oleh nasi bakar itu serempak menelungkupkan kepala di atas meja, pipi mereka menempel pada lipatan tangan dengan mata terpejam. Dua menit mencoba untuk lelap nyatanya tak berbuah hasil. Rena pun mengangkat kepalanya lalu pamit, "Gue tidur di kelas aja, deh."

Adam dan Dion ikut bangun dan mengangkat bokong bersamaan. Lemas, mereka mendorong kursi ke belakang. "Gue juga," kata mereka.

Keluar kantin bertiga dengan langkah lemas, masih saja ada siswa yang menghadang jalan mereka dengan wajah riang. Dua cewek yang tidak mereka kenali wajahnya itu senyum-senyum pada Adam. Di tangan mereka masing-masing membawa satu kotak chocopie ukuran besar.

"Emm... ini buat Kak Adam." Salah satu dari mereka mengatakan dengan malu-malu.

Satu lagi mengetuk-ngetuk ponsel sambil berkata, "Minta foto bareng juga boleh gak, Kak?"

Tahu kalau urusan ini akan jadi panjang, Rena dan Dion pun mendesah dan memilih untuk pergi ke kelas lebih dulu. Tetapi tak disangka, Adam malah menahan tangan Rena agar gadis itu tak mengikuti langkah Dion yang telah berjalan memasuki koridor utama.

"Makasih," jawab Adam dengan senyum yang tak se-genit biasanya."Tapi bentar, ya, Kak Adam izin dulu."

Kedua gadis polos itu bingung saling tatap.

Perlahan, Adam menggerakkan kepala ke arah Rena –yang saat ini sedang menguap. "Ay," panggilnya sehingga gadis itu menengok dengan alis terangkat. "Boleh gak?"

"Apaan?" Rena bingung. Sadar, detik selanjutnya matanya langsung melotot. "Ngapain nanya gue?!"

"Takutnya lo cemburu lagi, kayak waktu itu," jawab Adam cengengesan. Ia ingat kejadian satu minggu lalu waktu salah seorang teman seangkatan mereka tiba-tiba menarik tangan Adam dan mengarahkan kamera ke arahnya tanpa bilang-bilang. Saat itu, Rena langsung mendorong tubuh cewek yang memang terkenal agresif dan murahan itu, karena katanya, dari rumor yang beredar, cewek itu sering 'dijajanin' om-om nakal. Makanya Rena berani mendorong cewek itu sampai punggungnya menabrak tembok balkon koridor lantai tiga.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang