20

5.6K 809 66
                                    

___________________________
U D O N ' T L O V E I

___________________________U   D O N ' T   L O V E   I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<><>

Semakin mendekati waktu debut, semakin gelisah perasaan Rena. Bukan tentang bagaimana acara showcase mereka nanti, bukan tentang apakah penjualan albumnya akan melejit, bukan tentang apakah Prison akan diterima di hati masyarakat, bukan....

Kegelisahannya adalah tentang Abi.

Sejak hari itu, persahabatan mereka tak lagi sama. Malam-malam yang dilalui Rena di balkon kamarnya tak lagi sama. Tak ada lagi sosok yang akan keluar dari balkon seberangnya dan mendengarkan celotehan atau nyanyiannya. Tak ada lagi ucapan selamat paginya yang biasa ia lontarkan untuk cowok pemilik rumah di tembok sebelah rumahnya.

Abi seperti ditelan bumi. Sama sekali tak pernah terdengar suaranya, apalagi wajahnya.

Seperti kemampuan otaknya yang pintar, Abi juga ternyata pintar menghindar.

Nyaris setiap hari Rena menanyakan kabar Abi kepada Jero. Tetapi, yang ia dapat hanya kabar itu-itu saja. Abi tiba di sekolah, duduk, membaca buku, makan siang, lalu pulang. Berkali-kali Jero hampiri, Abi selalu jago melipir.

"Gimana Abi hari ini?"

Sama seperti minggu-minggu sebelumnya, maka hari ini Rena pun mengajukan pertanyaan yang sama saat Jero baru saja tiba di rumahnya.

Mengambil tempat di sebelah Dion kemudian meraih stik PS, Jero memasang wajah datar. "Sama aja."

"Lo udah coba nyamperin dia lagi?"

"Lo sendiri udah coba nyamperin dia?" balas Jero yang membuat Rena mati kata. "Kalo gak ada yang mau mulai duluan, ngerendahin ego duluan, nyingkirin rasa malu duluan, gak bakal kelar-kelar sampe bulan jadi kotak," lanjut Jero.

Rena tersadar. Dalam poin-poin yang Jero sebutkan itu, tak ada yang Abi ungguli. Harusnya, Rena bisa menjadi pelopornya, lagipula masalah ini ada juga karena kesalahannya. Maka dengan cepat, Rena langsung keluar rumah dan mengetuk rumah sebelahnya.

"Abi...," panggilnya.

Sesaat kemudian yang keluar malah ibunya Abi.

"Rena?" sapa ibunya Abi, "Abi belom pulang."

"Oh, belom?" Rena menggaruk-garuk tengkuknya. "Yaudah kalo udah pulang tolong suruh ke balkon ya, Tante."

"Iya nanti Tante sampaikan."

Cewek itu kemudian pamit dan berlari lagi ke rumahnya. Menaiki tangga menuju kamar. Kebetulan, Adam sedang tidur di kasurnya, cowok itu pun menatap bingung Rena yang terburu-buru berjalan ke balkon.

Seperti orang bingung, Rena bolak-balik memutar kepalanya ke balkon seberang dan ke jam tangannya.

Dari kasur, Adam melempar satu bantal kecil ke punggung Rena.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang