_______________________________
Y E S , Y O U A R E
<><>Abi membuka matanya lebar, sampai sulit meneguk ludahnya sendiri. Sedangkan sahabatnya yang lain malah tertawa puas dengan tantangan yang Rena berikan untuk Abi tadi. Mereka semua langsung setuju dengan tantangan dari Rena.
"Kapan lagi kan kita bisa liat Abi open mic? Gokil emang lo, Ren!" kata Jero.
Tadi, tantangan yang diberikan oleh Rena adalah Abi harus naik ke panggung komedi yang ada setiap akhir pekan di kafe milik kakak Jero. Kafe kopi itu selalu mereka berlima jadikan tempat nongkrong setiap malam minggu, tanpa harus membayar apapun. Gantinya, Prison jadi sering menyumbang beberapa lagu di panggung sebagai imbalan atas kebaikan kakak Jero yang selalu mau menampung mereka berlima.
Sudah sejak lama sekali Rena memikirkan akan jadi bagaimana serunya jika Abi berdiri di panggung komedi itu, menghibur semua pengunjung dengan lawakannya. Rena penasaran, apakah seorang yang dingin dan tak banyak bicara seperti Abi bisa membuat semua orang tertawa atau tidak. Makanya Rena memberikan tantangan itu pada Abi.
Lagipula, tantangan ini juga baik untuk Abi. Mau tidak mau, Abi jadi harus berani bicara banyak di depan umum dan melemparkan senyum mahalnya itu. Siapa tahu setelah tantangan ini berhasil dilakukannya, dia bisa berubah menjadi cowok yang tidak dingin dan ketus lagi.
"Gue nggak bisa bayangin deh, dia ketawa aja susah apalagi disuruh bikin ketawa orang," kata Adam.
Mereka berempat tertawa lagi. Sambil membayangkan akan seperti apa jadinya jika Abi melawak nanti. Belum juga Abi melakukannya, mereka sudah geli terlebih dulu.
Ketika para sahabatnya tertawa semakin kencang, Abi malah mendengus dan memasang wajah super malas. Matanya melirik sinis sahabatnya satu-satu. Sudah sejak awal Abi memang tidak ingin ikut-ikutan permainan konyol seperti ini.
"Udah, buruan next," kata Abi, yang membuat tawa sahabat-sahabatnya berkurang volumenya.
"Jadi lo terima tantangannya nih, Bi?" tanya Jero.
"Nggak bakal bisa nolak juga kan?" balas Abi, sarkatis.
Jero perlahan menghentikan tawanya, mengangguk-angguk. Begitu pula yang lainnya, ikut menghentikan tawa meskipun harus terbatuk-batuk.
"Oke, berarti gue puter lagi nih ya," ucap Jero sambil memegang botolnya.
Mereka semua mengangguk. Berusaha serius lagi memperhatikan botol yang baru saja diputar oleh Jero. Dengan harap-harap cemas, mereka menunggu giliran siapa yang akan ditunjuk oleh botol itu.
"Yhaa, Kentung!" seru Adam kencang sekali.
Tutup botol itu berhenti tepat ke arah Dion duduk. Dion pun cuma bisa pasrah dan meminta Jero untuk memutar botolnya lagi. Dan ternyata botol itu akhirnya berhenti ke arah orang yang memutarnya. Jero pun langsung bersorak sambil menepuk-nepuk perut Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionApa aku harus pergi dulu agar kamu tahu makna hadirku? Padahal sudah kuberi tanda, tapi kamu seolah tutup mata. •••• Copyright April 2017 by Inesia Pratiwi