14

5.7K 780 50
                                    

_______________________________

M E   T O   Y O U
<><>

Rena tahu, dia sudah gila. Menawarkan diri menjadi pacar pura-pura Abi adalah pemikiran paling konyol sedunia. Sudah pasti strategi ini takkan berhasil, tapi anehnya Rena tetap ingin melanjutkan.

Meskipun cuma pura-pura, setidaknya Rena bisa mempunyai kesempatan yang sejak lama dia inginkan itu. Katakanlah ia egois, tapi memangnya cinta mana yang tak egois? Semua yang mencintai pasti juga ingin memiliki.

Sekali lagi, walaupun sebatas pura-pura.

"Lo???"

Terlihat dari raut wajah kaget Abi, cowok itu juga pasti saat ini menganggap Rena gila. Buktinya, sesudah itu Abi langsung tersenyum miring –senyum khas saat meremehkan sesuatu.

"Mana mungkin Riri percaya. Kita kan sahabatan," kata Abi lagi.

Rena sebetulnya juga sepemikiran dengan Abi. "Terus emang lo punya kandidat lain? Lo aja kenal cewek cuma gue sama Riri doang."

Senyum miring itu Abi kendurkan, sebab dalam hati sedang membenarkan perkataan Rena.

"Mau asal comot cewek lain yang nggak lo kenal? Makin nggak percaya lah si Riri. Kalo gue, seenggaknya kan dia bisa percaya dikit, lo tinggal bilang aja dari dulu kita emang udah saling suka diem-diem. Beres, kan?" kata Rena lagi.

"Anak-anak perlu tau juga gak?"

Rena melotot. "Jangan! Repot nanti malah mereka bocor. Apalagi si Dion."

Abi mengangguk kecil. "Yaudah," pasrahnya.

"Berarti deal, nih?"

"Kenapa malah lo yang keliatan semangat banget, Ren?"

"Eh?" Rena melarikan bola matanya ke sembarang arah. "Ya gue kan semangat mau bantuin lo."

Mempercayai, Abi cuma manggut-manggut. "Yaudah gue mau tidur."

"Good night! Mimpiin aku, ya, sayang!"

Abi geleng-geleng kepala lalu balik badan masuk ke kamarnya. Tanpa melihat Rena lagi, ia menutup pintu kamar dan hendak tidur.

Sementara, di balkon seberang, ada yang masih sumringah menatap pintu kamar Abi dengan hati yang mengembang, amat bahagia bahwa keinginannya memiliki Abi bisa terwujud. Walaupun sebatas pura-pura. It's oke, yang penting Rena puas.

Usai puas dan merasa kalau kakinya sudah jadi landasan nyamuk-nyamuk lapar, Rena pun masuk ke kamarnya. Namun tetap masih dengan senyum yang belum memudar. Melemparkan diri ke atas kasur, Rena lalu memeluk guling dan membekap wajahnya. Teriakkan panjang ia lepaskan saking penuhnya kebahagiaan di dadanya yang ingin diluapkan.

<><>

"Ay!!!"

Suara khas tukang POS di depan rumahnya membuat Rena mengikat sepatunya dengan kasar. Nada panggilan itu sudah berulang kali ia larang, tapi Adam tetap ngeyel. Dan setelah tali sepatunya tersimpul, Rena bangkit sambil menggendong ranselnya dengan hanya satu tali tergantung di bahu. Rena melangkah tomboi menuju pagar setelah berpamitan dengan ayahnya. Wajahnya sudah dipasang galak untuk memarahi Adam.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang