Hari ini Kinar pergi ke Rumah Sakit mengendarai motor matic nya karena Satria tidak bisa mengantarnya karena ada sebuah pelatihan yang harus ia datangi. Kinar menjalani harinya seperti biasa. Ia melakukan visite pasien dan mengontrol bagian dapur dan penyimpanan. Sampai akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.
"Kinar, ada pasien baru di VVIP 1, mereka meminta agar segera dilakukan asuhan gizi. Segeralah kesana, jangan pulang dulu"
"Apakah emergency bu?"
"CITO!"
"Siap bu, saya segera kesana sekarang"
Tenaga kesehatan yang mendengar kata "CITO" harus segera bertindak. Tidak ada penolakan, tidak ada pertanyaan dan harus segera dilakukan walau sesibuk apapun kondisi kita saat itu. Kinar segera berlari menuju ruang VVIP 1 sambil membawa perlengkapan yang ia perlukan untuk melakukan asuhan gizi mendadak ini. Sesampainya di meja perawat, ia segera meminta izin meneliti data rekam medis pasien dan tangannya mendadak gemetar ketika ia melihat nama pemilik dari rekam medis tersebut. "Tn. Satria", tulisan itulah yang membuat nafasnya terasa tercekik seketika. Sakit apa dia? Mengapa Kirana diperintahkan segera melakukan asuhan gizi bahkan secara "CITO". Perlahan ia membuka gagang pintu ruang VVIP 1. Matanya mulai terasa panas dan seakan tak mampu membendung air matanya setelah melihat calon suaminya teraring lemah dengan balutan perban hampir di seluruh tubuhnya.
"Se...selamat sore. Saya Kinar, Ahli Gizi di Rumah Sakit ini. Izinkan saya melakukan assessment untuk membuat asuhan gizi pada Tuan Satria"
"Silahkan, tapi tolong jangan terlalu menekan bagian luka putra kami"
"Baik pak"
Walau sedikit terbata-bata, Kinar harus tetap professional dan menerapkan aturan Rumah Sakit yang walau siapapun pasiennya, tenaga kesehatan harus memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan yang akan dilakukannya. Orang tua Satria sudah mengetahui dan mengenal Kinar begitu dekat, namun ayah dan ibu Satria tetap mengizinkan Kinar bersikap seperti itu, seolah Kinar sedang melayani pasien lain dengan professional seperti biasanya.
Setelah jam kerjanya selesai, Kinar sesegera mungkin menuju ruangan tempat Satria dirawat. Terlihat disana ibu dari Satria yang masih setia menunggui putranya yang masih belum sadar.
"Masuklah Kinar, temani tante"
"Permisi tante"
"Baru selesai bekerja?"
"Iya tante. Saya langsung kesini. Sebenarnya apa yang terjadi pada mas Satria tante?"
"Satria mengendarai mobilnya sendirian ketika pulang dari pelatihan tadi. Dia sempat telfon tante dan berkata jalanan sedang ramai jadi tante bilang hati-hati. Sesaat setelah kami menutup telfon, tante langsung mendapat kabar bahwa Satria kecelakaan. Mobilnya ditabrak oleh truck dari arah kanan sehingga mobilnya terdorong dan terbalik. Tante takut cidera kepalanya parah, tangan dan kakinya juga patah"
"Tante yang sabar, mas Satria pasti baik-baik saja. Saat ini dia sedang istirahat sebentar untuk memulihkan kesehatannya kembali"
"Terima kasih sayang, tante percaya kata-katamu"
Mereka saling berpelukan dan menumpahkan air matanya. Kinar berusaha untuk tidak menangis namun tidak bisa. Mereka terdiam memandangi keadaan Satria yang memprihatinkan. Kepala, dada, tangan dan kakinya dibalut perban. Masker oksigen juga menutupi hidung dan mulut Satria. Berbagai kabel juga menempel di tubuhnya dan tersambung pada patient monitor untuk memantau denyut jantung/nadi, frekuensi pernapfasan, tekanan darah, suhu tubuh, saturasi darah dan yang lainya. Tidak lama setelah kedatangan Kinar, ayah Satria dan Putri juga terlihat mengunjungi Satria. Putri menangis sejadi-jadinya menangisi kondisi kakak tercintanya. Kinar berusaha menenangkan Putri yang menangis sesenggukan. Putri ingin menunggui kakaknya namun ia harus pergi karena ada study tour yang diadakan oleh kampusnya. Ayah dan ibu Satria juga harus pergi esok hari untuk mengunjungi kerabatnya karena suatu kepentingan yang sudah disepakati jauh-jauh hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me (complete)
General Fiction"Pekerjaanku sebagai Ahli Gizi menuntutku untuk selalu tersenyum didepan pasien-pasienku. Akupun sudah lama memimpikan kebahagiaan ini denganmu. Kau juga bahagia denganku. Dengan perjuangan kita selama ini sampai kita berhasil berada di titik ini. L...