4 (What Should I Do?)

403 24 0
                                    

"Mbak? Mbak Kinar nggak papa? Aku masuk ya"

"Masuk aja Kirana"

"Mbak Kinar nangis ya?"

"Enggak kok"

"Sudah jangan bohong. Mbak kalau nggak mau bilang saja sama papa"

"Nggak mungkin Ran, mbak nggak mungkin menentang kehendak papa"

"Yasudah kalau memang begitu mbak Kinar nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Lupakan mas Satria"

"Tidak semudah itu Kirana"

Sejak pertemuan itu, Kinar sering di antar jemput oleh Galih. Beberapa kali pula Kinar diajak jalan-jalan oleh Galih. Namun tidak ada raut kebahagiaan terukir di wajahnya. Ia tidak ingin seperti ini. Ia sangat ingin mencoba dekat dengan Galih dan melupakan Satria. Namun ia tidak bisa karena setiap hari ia bertemu dengan Satria dan malah bisa dikatakan semakin dekat dengan Satria. Kinar harus ingat bahwa Satria sudah memiliki Dokter Grace dan sekarang Kinar adalah calon istri dari Galih.

"Selamat pagi Kinar"

"Selamat pagi mas Satria"

"Wah aku benar-benar hanya bisa bertemu denganmu ketika kamu jadwal di Poli ya"

"Kalau ada perlu mas Satria bisa menemuiku di Instalasi Gizi kok"

"Ah kamu seperti belut. Susah sekali dipegang kalau sedang tidak ada jadwal di Poli. Kerjaanmu keliling terus"

"Ya kan sama seperti pegawai yang lain, punya tanggung jawab masing-masing"

"Iya deh iya. Oh iya, kulihat kau sudah tidak pernah pergi ke Rumah Sakit sendirian"

"Ma..maksud mas Satria?"

"Terkadang kalau kamu tidak diantar oleh papamu kan kamu mengendarai motor matic merahmu itu. Tapi sekarang sepertinya sudah ada lelaki yang setia mengantar jemputmu"

"Kenapa memangnya? Mas Satria mau mengantarku pulang?"

"Kalau boleh sih. Tapi sepertinya sekarang sudah tidak bisa ya"

"Kenapa tidak bisa? Oh iya kana da Dokter Grace nanti yang bisa-bisa menyerangku"

"Memangnya harimau, pakai acara menyerang segala. Aku sudah tidak ada hubungan dengan Dokter Grace. Kami sudah putus satu bulan yang lalu"

"Pu..putus? Tapi kenapa? Bukan karena---"

"Jangan negative thinking, bukan karena kau atau siapa-siapa. Itu keputusan kami berdua. Kami sudah tidak sejalan"

Lidah Kinar serasa kelu dirasa. Entah ia harus bahagia atau sedih atas berita tersebut. Di satu sisi ia bahagia karena Satria sudah tidak memiliki kekasih, namun sayangnya saat ini ia adalah calon istri dari lelaki lain. Dan lelaki itu sekarang berada di hadapannya sedang asyik menyantap makanan yang ia pesan. Sedangkan Kinar, nafsu makannya hilang dan tidak ingin melakukan apapun.

"Tidak makan?"

"Tidak lapar"

"Kau ini kenapa sih? Kita sudah lumayan lama bersama. Tapi kau masih saja dingin"

"Aku hanya lelah mas, banyak pekerjaan yang kuselesaikan dengan cepat"

"Alasan. Bukan karena kau tidak menyetujui perjodohan ini kan? Kau sudah tidak bisa menolaknya Kinar. Aku berusaha baik kepadamu tapi apa balasanmu? Kalau tetap seperti ini jangan salahkan jika aku berbuat diluar dugaan"

Drrrttt... Drrrttt...

"Sebentar mas, aku angkat telfon dulu..."

Kinar pergi meninggalkan Galih dan mengangkat telfon. Dari kejauhan Galih memandangi calon istrinya itu tersenyum di tengah percakapannya dengan sesorang diseberang telfon itu. Hati Galih memanas. Tidak pernah ia melihat senyum itu di wajah Kinar ketika Kinar sedang bersamanya. Namun, hanya dengan Kinar mengangkat telfon itu Kinar bisa tersenyum manis seperti itu. Sebenarnya siapa orang dibalik telfon itu?

Remember Me (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang