Satria POV
Kau sudah bahagia sekarang Kinar? Apakah itu anakmu? Kau sudah menikah? Usianya masih mau 7 bulan rupanya? Kenapa kau tidak mengundangku? Maafkan aku, aku yang bodoh, aku yang mengecewakanmu, aku yang meruntuhkan kebahagiaanmu. Aku lupa jika kau adalah boneka kecilku, aku lupa bahwa kau adalah tunanganku, dan aku juga lupa bahwa kau adalah calon istriku yang sesungguhnya. Maafkan aku. Orang tuaku dan Putri, adikku, selalu berusaha membuatku ingat padamu. Kau tahu? Semua itu sangat menyakitkan. Aku berusaha mengingatmu dan beberapa kali tidak berhasil, bahkan sampai sekarang, aku belum 100% ingat. Tapi hatiku tidak pernah bohong. Aku tidak bahagia bersama Dokter Grace, aku tidak nyaman bersamanya, aku hanya nyaman bersamamu. Ketika kau berpamitan denganku 2 tahun lalu, sesungguhnya aku ingin menangis. Aku tidak ingin kau pergi. Tapi saat itu aku tidak memiliki alasan untuk mencegahmu. Aku tidak tahu bahwa lelaki brengsek yang kuhujat karena melupakan dan meninggalkanmu adalah diriku sendiri. Kau bilang kau tidak akan pernah melupakanku dan selalu ada untukku, tapi sekarang... sepertinya kau sudah bahagia. Selamat sayang, entah aku bisa sebahagia itu atau tidak.
"Pak, mari kita pulang"
"Tapi tuan, tuan belum bertemu mbak Kinar"
"Tidak jadi pak, besok saja di Rumah Sakit"
"Baiklah akan saya antar mas Satria pulang ke rumah"
"Terima kasih pak, mohon maaf saya merepotkan bapak"
"Kalau saya menjadi sopir dari ayahnya tuan itu artinya saya juga menjadi sopir tuan Satria. Tidak usah sungkan"
Satria POV end~Keesokan harinya~
Seluruh Ahli Gizi dan petugas dapur telah menyiapkan sedikit perayaan kecil-kecilan untuk menyambut kedatangan Kinar. Semua nampak bahagia karena merindukan sosok Kinar yang dikenal tegas, disiplin namun friendly tersebut. Mereka menyiapkan sebuah tumpeng nasi kuning dan beberapa hiasan dinding bertulisakan "Selamat Datang Bu Kinar". Ketika Kinar memasuki ruang Instalasi Gizi semuanya berteriak dan Kinar terlihat terkejut bahagia. Mereka semua saling berpelukan melepas rindu satu sama lain. Mereka menikmati kebersamaan dengan memakan tumpeng bersama namun hanya sebentar karena mereka "berpesta" di jam kerja. Kalau sampai ketahuan oleh atasan akan bahaya. Mereka segera merapikan ruangan dan melakukan pekerjaan masing-masing. Sementara Kinar ditugaskan untuk melakukan konsultasi di Poli Gizi karena selama Kinar menempuh pendidikan profesi, bu Dina sedikit merubah pembagian tugas ahli gizi di beberapa ruang/bangsal. Namun Kinar menyempatkan mampir ke bangsal anak, bangsal favoritnya, untuk melihat kondisi pasien-pasien disana.
"Selamat pagi bu Tari. Apa saya boleh ikut visite pasien anak hari ini?"
"Selamat pagi bu Kinar. Tentu boleh. Kau rindu dengan bangsalmu ini ya?"
"Iya bu, aku sangat rindu melihat adik-adik yang penuh semangat ini. Kita mulai dari mana bu?"
"Ini, ada pasien pada bed 4B, usia 2 tahun dengan Diagnos Medis awal adalah Gastroenteritis Akut (GEA) + Dehidrasi. Namun Saat ini Diagnos Medisnya berubah menjadi DSS (Dengue Shock Syndrome) + Illeus Paralitik + Melena. KU lemah. Diagnosa Gizi NI-2.1 (Ketidakcukupan Intake Oral disebabkan oleh pasien tidak nafsu makan, mual muntah dan tidak mau makan ditandai dengan hasil recall defisit berat), NI-1.2, NI-5.1, NB-1.2, dan NC-2.1. Tapi sementara intervensi normal tidak bisa kita lakukan, karena pasien tidak mau makan dan kalau dipaksa makan ia akan muntah. Jadi sementara kita beri dia susu yang dia suka, agar ada energi yang masuk dari makanan. Itu juga atas saran dari Dokter Spesialis Anak"
Kinar tidak tega melihat penderitaan gadis kecil yang masih berusia 2 tahun itu. Saat itu juga ia teringat akan Satria yang sempat menemaninya visite di bangsal anak. Satria bilang ia juga tidak tega melihat anak-anak yang menangis dan menanggung rasa sakit bahkan sampai mengganggu masa-masa bermain mereka. Ia kembali merindukan sosok Satria yang ia kenal dulu.
~Beberapa saat setelah itu, di Poli Gizi~
"Selamat pagi, boleh aku masuk?"
"Mas...Satria? Si...silahkan masuk mas"
"Apa kabar Kinar?"
"Baik, bagaimana denganmu?"
"Seperti yang kau lihat, aku masih menggunakan kursi roda karena aku belum mampu berjalan dengan benar"
"Kau pasti bisa berjalan lagi mas"
"Selamat ya atas gelar profesimu, Dietitian"
"Terima kasih mas"
"Baiklah kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu. Aku hanya inginmenyapamu saja"
"Mas... Apakah... kau...."
"Ada apa? Lanjutkan"
"Ah tidak, lupakan saja"
"Baiklah aku pergi dulu ya"
Kinar sangat ingin menanyakan apakah Satria sudah menikah dengan Dokter Grace, namun ia sama sekali tidak mendapat keberanian atas itu. Ia takut ia masih tidak bisa menerima kenyataan. Ia takut Satria akan tersinggung dan malah menjauh dari Kinar.
Di sisi lain, Satria sangat terpaksa memberikan senyum khasnya kepada Kinar. Ia ingin menangis dan menahan emosinya. Ia marah pada dirinya sendiri karena membuat wanita yang ia cintai itu tersiksa. Dan kini ia merasa pantas mendapat balasannya. Ia harus berani menjelaskan semua ini dan meminta maaf kepada Kinar agar kesalahpahaman ini berhenti sampai disini dan rasa bersalah tidak terus menghantuinya.
Beberapa hari setelah Kinar kembali aktif bekerja di Rumah Sakit, Satria bertekad untuk bertemu dengan Kinar dan menjelaskan semuanya.
Telfon
"Halo, Kinar?"
"Iya mas. Ada apa?"
"Apakah kau ada waktu setelah kau pulang bekerja?"
"Sepertinya aku memiliki waktu luang hari ini. Ada apa?"
"Kau pulang bersama siapa?"
"Sepertinya nanti Kirana akan menjemputku, dia bisa mengendarai mobil"
"Pulang bersamaku saja boleh kan? Aku diantar oleh sopir keluargaku. Kita ke café favorit kita dulu. Mau tidak?"
"I..iya mas. Aku mau"
"Baiklah, jangan lupa ya. Terima kasih"
Akhirnya mereka pergi bersama pada jam sepulang kerja menuju café steak favorit mereka. Kinar sangat gugup. Di dalam mobil mereka hanya diam, Satria sibuk dengan HP nya, sedangkan Kinar mengusap-usap tangannya yang tidak berhenti gemetar dan berkeringat. Ia tidak tahu harus bagaimana dan apakah yang akan dibicarakan oleh Satria.
TBC
Minta tolong vote dan comment nya ya. Terima kasih 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me (complete)
Narrativa generale"Pekerjaanku sebagai Ahli Gizi menuntutku untuk selalu tersenyum didepan pasien-pasienku. Akupun sudah lama memimpikan kebahagiaan ini denganmu. Kau juga bahagia denganku. Dengan perjuangan kita selama ini sampai kita berhasil berada di titik ini. L...