8. Kenyamanan

27 6 0
                                    

"Mereka berdua berbicara tentang apa sih?, aku ingin tahu" tanya Kuri, "Bentar, mereka tertawa, apa sih yang sebenarnya mereka bicarakan?" tanya Keli.

"Penasaran ya? Datengin gih" goda Rufa, "Ruf, kamu juga sebenarnya penasaran kan?, jangan pura-pura deh" balas Kuri.

"Mau samperin gak?" tanya Bari, "aku sih terserah" jawab Rufa. "Ya sudah, samperin aja yuk dari pada penasaran" saran Kira, "ayo.." balas Kuri.

"Hai Annabeth" sapa Rufa, "sudah lama di sini?" tanya Kuri. "Hai semua, sudah lumayan lama" jawabku, "kok gak samperin kita sih? malah asyik ngobrol berduaan"tanya Keli, "Hehe maaf ya, lain kali aku langsung ke pohon inti deh" balasku.

Aku membalas perkataan Keli dengan mata yang tertuju pada sungai, akupun mulai bertanya-tanya kenapa selalu ada batu di pinggir sungai, sebenarnya buat apa?

"Emm... aku mau tanya dong" kataku, "tanya apa?" balas Rufa, "batu yang ada di pinggir sungai itu, fungsinya buat apa?" tanyaku dengan jari yang menunjuk ke arah sungai.

"Kamu memperhatikan sekali Annabeth, aku saja selama ini tidak memperdulikan batu itu" balas Keli, "kalau soal fungsi sebenarnya tidak ada yang tahu pasti" jawab Marlin,

"Iya tuh benar, tapi ada yang bilang buat dekorasi dan ada yang bilang untuk mencegah air sungai keluar dari tempatnya" balas Bari.

"Kalau air sungai dicegah bagaimana rumput dan tanaman mendapatkan air? Ooh.. tunggu lewat air hujan ya?" tanyaku lagi, "disini tidak pernah ada hujan" balas Kuri.

"Lalu bagaimana tanaman dapat hidup? Jangan bilang kalian yang menyiraminya?" tanyaku dan mendapat banyak anggukkan, "setiap hari?" tanyaku lagi dan mendapatkan anggukkan untuk kedua kalinya.

"Itu sudah kewajiban kami, untuk rumput kami tidak apa-apakan karena memang rumput disini tidak perlu disiram tetapi kalau untuk pohon inti harus disiram rutin setiap hari" jelas Marlin.

"Kok rumputnya gak perlu disiram? Segar-segar lagi rumputnya" tanyaku, "rumput di Quanus memang seperti itu tidak perlu disiram sudah segar sendiri" jawab Bari.

"Tapi seharusnya dan sebenarnya rumput Quanus lebih segar dari ini, tidak tahu kenapa belakangan ini rumput dan tumbuh-tumbuhan tidak sesegar dulu" balas Keli.

"Iya juga ya.." balas Kira, "dulu rumputnya lebih segar dari ini? wow segar banget dong" balasku.

Aku sempat kagum dengan kesuburan di Quanus, aku harap kalian dapat lihat betapa suburnya dan segarnya rumput ini dan Keli baru saja bilang kalau dulunya Quanus lebih segar dari pada ini, aku tidak bisa bayangin seberapa suburnya Quanus, aku sangat kagum.

"Jalan-jalan yuk, bosan nihh" saran Kuri, "Ayo!" teriak Bari, "tapi mau kemana?" tanyaku, "Gak tahu, jalan-jalan aja" Keli, "OK!" balasku.

"Annabeth, apa yang membawamu untuk datang ke sini?" tanya Kuri, "aku juga sebenarnya tidak tahu, setiap kali aku lagi bosan atau lagi tidak ada kerjaan aku langsung berfikir tentang Quanus dan berfikir untuk datang ke sini, dengan jarak yang mendukung juga. Setiap kali aku berusaha untuk melupakan Quanus, aku malah tambah mengingatnya. Aku tahu aneh kan?" jelasku panjang lebar.

"Itu berarti kamu sudah nyaman di Quanus" balas Kira, "jangan sungkan-sungkan datang ke sini, kami selalu menyambutmu kok" balas Rufa, "benar tuh Annabeth, datang kapan saja juga tidak apa-apa kok" balas Bari. "Makasih ya semua, iya aku akan sering-sering datang ke sini" balasku dengan senyuman yang lebar.

Kami pun terus mengobrol sambil berjalan dengan canda dan tawa. Benar kata Kira, aku sudah nyaman di sini makanya aku sangat sulit untuk melupakannya. Mengapa aku tidak terpikirkan itu sebelumnya.

Diperjalanan Bari dan Kuri memetikkan buah-buahan untuk dimakan bersama-sama nantinya.

"Sudah cukup belum?" tanya Kuri, "sudah" jawab Rufa, "wahh.. banyak banget buahnya, asyikk" balasku, asal kalian tahu aku sangat suka buah, semua buah aku makan.

"Aku makan ya.." kataku, "silahkan, maka saja Annabeth" balas Kira. Akupun memakan buah-buahannya dengan lahap, begitupun dengan yang lain. 

"Buahnya enak sekali Kuri, kamu sangat pintar memilihnya" pujiku, "buah-buahan di Quanus memang bagus, segar, dan manis jadi ambil saja buah yang kamu lihat dan pasti rasanya manis" jelas Kuri.

"Kalau buah yang aku petik bagaimana Annabeth?" tanya Bari, "manis juga kok" balasku sambil tersenyum.

"Bagus deh kalau kamu menikmatinya" kata Kira, "Emm.. di Quanus tidak pernah malam ya?" tanyaku tiba-tiba, "ya, kok kamu tahu?" tanya Marlin, "habisnya setiap kali aku ke sini, di Quanus terang terus sementara aku datangnya saat sore sampai malam" balasku.

"Ooh iyaa... aku baru ingat aku di sini sudah sangat lama, mama sama papa pasti nyariin aku" kataku dengan sedikit teriak.

"Tidak bisa sebentar lagi?" tanya Keli, "maaf ya semua aku selalu pulangnya mendadak" kataku sambil menundukkan kepala.

"Tidak apa-apa, tapi kamu harus pulang sekarang?" tanya Bari, "iya, aku sudah terlalu asyik atau bisa dibilang terlalu nyaman hehe" jawabku.

"Ya sudah kalau begitu aku antar kamu ya?" tanya Marlin, "iya aku balik dulu ya.. besok aku balik lagi ok?" tanyaku, "Ok!" jawab semua.

Aku pun balik ke kamarku dan aku melihat di jam dinding yang ada di kamarku, jam menunjukkan pukul setengah 8, sejujurnya aku kaget karena aku merasa sudah di Quanus selama 3-4 jam-an.

Akupun berjalan ke meja belajarku dan mengambil hpku untuk mengecek sosmed, lalu ku bawa hpku menuju ranjang dan akupun menidurkan badanku yang pegal-pegal.

Aku yang merasa bahwa besok tidak ada prpun menonton youtube dan chat bersama teman. Tidak lama kemudian aku memutuskan untuk tidur karena tidak ada tontonan yang bagus lagi, dan akupun tertidur.

*Di Quanus setelah Annabeth pulang*

"Marlin, Tuan Besar memanggilmu" kata burung (bukan Bari), "untuk apa?" tanya Marlin, "aku juga tidak tahu" jawab burung, "ya sudah, makasih ya.." balas Marlin.

*Di Tempat Tuan Besar*

"Marlin! apakah gadis itu masih ada di sini?" tanya Tuan Besar to the point, "sudah tidak ada tuan, memangnya ada keperluan apa?" tanya Marlin.

"Gawat Marlin! pohon inti kembali terancam bahaya!" jawab Tuan Besar, "ha? bukannya waktu itu tuan bilang kalau pohon inti sudah tidak terancam bahaya lagi?" tanya Marlin.

"Saya kira juga begitu, tetapi daun pohon inti kembali gugur perlahan-lahan" kata Tuan Besar, "tapi tuan apa hubungannya dengan Annabeth?" tanya Marlin.

"Kunci yang dimiliki Annabeth mungkin dapat membantu memecahkan teka-teki ini, ingat tidak fungsi kunci itu? sangat banyak fungsi dan kegunaannya, dan pasti kunci itu dapat menyembuhkan pohon inti" jawab Tuan Besar.

"Lalu bagaimana cara memberitahu Annabeth? dia tidak mungkin memberikan kunci itu dengan mudahnya" tanya Marlin, "kita tidak perlu memberitahunya" balas Tuan Besar.

"Maksud Tuan Besar?" tanya Marlin, "kita dapat menggunakan alasan" jawab Tuan Besar, "tapi tuan, saya tidak pandai dalam berbohong" balas Marlin, "biar saya saja yang berbicara, tugas kamu cukup membawa Annabeth ke saya" perintah Tuan Besar.


Mystery of The KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang