11. Rencana

32 5 0
                                        

"Haom..." aku menguap dengan mulut yang terbuka lebar. Saat aku bangun aku baru ingat kalau aku terjebak di Quanus.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyaku dalam hatiku, "Annabeth.." panggil Kuri dengan suara yang sangat kecil, "Ah.. kamu Kuri, ada apa dan kok kamu bisa di sini?" tanyaku, 

"tadi aku lagi mencari buah-buahan, oh iya kamu pasti belum makan kan?, ayo ke pohon inti, berkumpul dengan yang lain, sekalian makan bareng" ajak Kuri, "Emm... makasih, tapi memangnya tidak apa-apa?" tanyaku dengan ragu, "tentu saja, ayo.." balas Kuri.

*Di Pohon Inti*

*Teman-teman.. Annabeth ikut makan bersama ya?" tanya Kuri, "Oh.. ya silahkan" balas Rufa, "Annabeth sini, duduk di sebelahku" ajak Keli, "Iya..." balasku.

"Annabeth.. jangan sungkan-sungkan, makan saja sepuasnya" kata Bari, "Iya..." balasku, sudah lama sekali aku tidak merasa di sambut dengan sangat baik, rasanya sangat menyenangkan.

Aku baru sadar kalau mereka sangat baik kepadaku, mereka seperti keluargaku. Kami makan bersama dengan canda tawa dan seketika kesedihan yang melandaku kemarin hilang begitu saja dengan sekejap, itu semua karena mereka. 

Di tengah canda, Kuri tiba-tiba menanyakanku sesuatu yang sempat membuatku terdiam beberapa detik.

"Annabeth.. kamu kenapa kok tadi ada di bawah pohon sendirian, jauh dari pohon inti lagi?", "Emm.. semalam aku tidur di sini, jadi aku tidur di bawah pohon deh" jawabku disertai dengan senyuman, 

"Mengapa tidak tidur di pohon inti saja?" tanya Kira, "semalam aku tidak terpikir untuk tidur di pohon inti" jawabku, "Tapi kok kamu tumben-tumbennya tidur di sini? Apa kamu sudah beri tahu orang tuamu kalau kamu tidur di sini?" tanya Keli, akupun terdiam, aku tidak tahu harus berbicara apa.

"Annabeth..? Annabeth?, kamu tidak apa-apa?" tanya Keli, "Ah.. ya.. aku tidak apa-apa" bohongku, "Annabeth.. kalau kamu ada masalah, ceritakan saja pada kami, atau kamu lagi sakit?" tanya Bari, 

"tidak kok, aku tidak sakit" jawabku, "Lalu?" tanya Kira, "Emm.. sebenarnya aku ada masalah" jawabku, "ceritakan saja kepada kami" usul Rufa, "benar tuh kata Rufa, Annabeth" timpal Kuri, "baiklah.." balasku, akupun akhirnya menceritakan semuanya dengan tetesan mata yang kembali terjatuh.

"Tidak mungkin Tuan Besar meninggalkan pohon inti begitu saja" kata Rufa dengan ekspresi yang tidak percaya, "tapi itu kenyataannya" balasku, 

"Annabeth.. kamu tidak boleh menangis terus-terusan seperti ini, kamu boleh sedih tapi jangan sampai terlalu lama" nasihat Bari, "benar Annabeth, kalau kamu mau pulang cepat, kamu harus mengambil kunci itu dari tangan Tuan Besar" timpal Keli.

"tapi bagaimana dengan Quanus?, kata Tuan Besar kunci itu dapat menyembuhkan pohon inti" tanyaku, "kalau tentang Quanus, kami mungkin dapat menemukan jalan lain untuk menyembuhkan pohon inti" jawab Kuri, 

"mungkin kan? tapi kalian belum pasti, bagaimana kalau pohon inti tidak dapat disembuhkan?" tanyaku dengan nada khawatir, "Annabeth, sekarang masalah kamu lebih penting" kata Rufa, "Tidak, bukan masalah aku yang penting sekarang, tapi masalah Quanus, Quanus sekarang lagi terancam bahaya" balasku.

"Kamu yakin Annabeth?" tanya Keli, "iya, aku yakin" jawabku, walaupun sebenarnya aku tidak yakin, tapi Quanus lebih penting sekarang dan aku yakin aku membuat keputusan yang benar.

"Teman-teman.., lalu sekarang kita ngapain?" tanyaku, "pertama, kita harus memikirkan cara bagaimana kami bisa mendapatkan kuncimu itu" usul Bari.

"Annabeth, aku ingin tanya, sebenarnya apa kekuatan dari kunci itu sehingga Tuan Besar menginginkannya?"tanya Rufa, "benar tuh, baru kali ini aku lihat Tuan Besar sangat menginginkan sesuatu" balas Kuri,

"Yang aku tahu, kunci itu dapat membuka pintu penghubung kamarku dengan Quanus, selebihnya aku tidak tahu" jelasku, "pasti ada sesuatu yang tersembunyi di kunci itu sampai kamu pemiliknya saja tidak tahu" balas Bari,

"Tapi kalau Annabeth saja tidak tahu, bagaimana Tuan Besar bisa tahu tentang kunci itu?" tanya Keli, "Aku tidak tahu, tapi beberapa hari yang lalu, Tuan Besar sempat menanyakan hal-hal tentang nenekku secara tiba-tiba, pas aku tanya mengapa Tuan Besar menanyakan tentang nenekku, dia tidak mau jawab" jelasku panjang lebar, 

"apa mungkin ada sangkut pautnya dengan nenekmu Annabeth?" tanya Rufa, "aku tidak tahu, tapi ada kemungkinan" jawabku.

"Annabeth, kalau ternyata kunci kamu itu ada semacam kekuatan, bagaimana kita dapat mengambilnya?" tanya Kuri, "aku tidak tahu" jawabku seadanya.

"Kalian pernah lihat kalau Tuan Besar marah tidak?" tanyaku, "tidak sepertinya, Tuan Besar sangat jarang marah, palingan kesal, tapi saat kesal saja kelihatan sangat menyeramkan, apalagi marah?" jelas Bari.

"Kalau Tuan Besar marah karena kita ingin mengambil kunciku bagaimana?"tanyaku, "aku tidak tahu, tapi aku yakin Tuan Besar akan sangat marah dan akan mencari kita" jawab Keli.

"Teman-teman, maaf ya.. aku sudah merepotkan kalian" kataku, "kamu tidak merepotkan kami kok" balas Bari, "kitakan juga sekalian ingin menyelamatkan Quanus" balas Kuri, "iya.. kita juga jadi ada kerjaan, kami sudah bosan setiap hari hanya duduk di bawah pohon inti dan tidak melakukan apa-apa" balas Keli, 

"benar nih tidak apa-apa?" tanyaku lagi untuk memastikan, "iya Annabeth, kamu jangan terlalu dipikirkan, kamu tidak merepotkan kami kok, dan kamu tidak perlu meminta maaf" jawab Rufa, "ya sudah" balasku.

Tidak tahu kenapa aku merasa ada kurang sesuatu, aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling dan "kalian lihat Marlin tidak? aku kok dari tadi tidak lihat ya?" tanyaku, "iyaya.. aku juga dari tadi tidak lihat Marlin" balas Keli.

"Teman-teman, bagaimana kalau kita ke tempat Tuan Besar dan membicarakan ini baik-baik, kita pinjam dahulu kuncinya, setelah kita sudah selesai pakai, Annabeth diam-diam pulang" usul Rufa, 

"Aku yakin Tuan Besar tidak akan memberikan kunci itu dan kalau rencana ini jadi, kalian pasti akan kena marah, hanya karena aku.." balasku, "Annabeth.. kamu jangan berfikiran negatif dahulu, siapa tahu rencana Rufa berhasil, dan soal kita dimarahi, itu tidak apa-apa dan itu semua bukan karena kamu" jelas Kuri.

"Benar apa kata Kuri, Annabeth.., kita bisa coba dahulu cara baik-baik, tetapi kalau Tuan Besar tidak mau memberikan kuncinya, kami bisa pikirkan rencana lain yang memungkinkan" balas Keli.

"Ya sudah.. mau sekarang saja ke tempat Tuan Besar?" tanyaku, "ayo.. lebih cepat lebih baik" jawab Bari.

*Di Rumah Tuan Besar*

(Sebelum Annabeth dan yang lain datang)

"Tuan..., kalau pohon inti tidak diselamatkan segera, bagaimana keadaan Quanus?" tanya marlin, "pohon inti tidak dapat disembuhkan lagi, ingat tidak?, dahulu kita sudah melakukan segala cara, tetapi tidak ada hasil, pohon inti hanya bertahan lebih lama, tetapi masih terancam dalam bahaya" jelas Tuan Besar.

"Lalu bagaimana dengan Annabeth?" tanya Marlin, "saya tidak peduli" jawab Tuan Besar dengan wajah kesalnya, "tetapi dia tidak bisa pulang" jelas Marlin,

"kenapa tidak bisa?" tanya Tuan Besar, "karena pintu yang menghubungkan kamar dia dengan Quanus tidak dapat dibuka tanpa kunci itu" jelas Marlin panjang lebar.

"lalu saran kamu apa?" tanya Tuan Besar, "saran saya?" tanya Marlin memastikan, "iya, saran kamu" jawab Tuan Besar, "emm... saran saya, anda bekerja sama dengan Annabeth, karena kalian saling membutuhkan, mengapa tidak bekerja sama saja? dan soal Quanus, Tuan kan belum coba dengan kunci, siapa tahu dengan kunci itu Tuan dapat menyembuhkan pohon inti dan selamatkan Quanus" jelas Marlin.

"Saya tidak bisa percaya dia, kalau dia menipu saya bagaimana?" tanya Tuan Besar, "Annabeth itu anak baik, ia tidak akan menipu anda" jawab Marlin, "kamu kenapa bisa sangat yakin?" tanya Tuan Besar, "karena Annabeth adalah teman saya, Tuan bisa pikirkan" jawab Marlin dengan senyuman di akhir kata.

"Permisi Tuan Besar, kami ingin berbicara kepada Tuan" kata Rufa, "kalian kenapa bisa ada disini? kalian seharusnya menjaga pohon inti" balas Tuan Besar dengan penekanan di akhir kata, "Tuan.. saya ingin meminta kembali kunci saya yang anda am... Marlin?"

"Marlin ada disini? Untuk apa?" gumamku

Mystery of The KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang