"hai Annabeth" sapa Marlin, "hai Marlin, ada apa?" Tanyaku, "ada apa apaan?" Tanya Marlin balik.
"Kamu kayak dungguin aku, ada apa?" Tanyaku, "emm... Annabeth, pohon inti..." jelas Marlin ragu-ragu.
"Kenapa pohon inti?" Tanyaku, "pohon inti sedang terancam bahaya" balas Marlin dengan raut wajah khawatir.
"Terancam bahaya? maksudnya?" tanyaku, "dulu.. tuan besar pernah bilang kalau pohon inti terancam bahaya, tetapi sudah terselamatkan, dan kemarin tuan besar bilang lagi kalau pohon inti terancam bahaya lagi." jelas Marlin.
"Kemarin? kok aku tidak tahu?" tanyaku lagi, "kemarin Tuan Besar memanggil aku, dan Tuan Besar bilang kalau mungkin saja kunci yang kamu miliki dapat memecahkan teka-teki ini dan bahkan dapat menyembuhkan pohon inti." jawab Marlin.
"Tunggu.. maksud kamu kunci yang sempat aku ceritakan padamu itu?" tanyaku, "Iya.., kami boleh meminjam kunci itu?", "Emm..boleh sih, tapi memangnya kunci itu berguna?" tanyaku, "kata Tuan Besar sih bisa" jawab Marlin.
"Oh iya, Annabeth.. Tuan Besar ingin menemuimu" Kata Marlin, "untuk?" tanyaku, "sepertinya ingin menanyakan soal kuncimu itu" jawab Marlin, "ok, kamu ikut kan?" tanyaku, "iya.. memangnya kalau aku tidak ikut kenapa?" tanya Marlin balik, "ya.. akukan masih baru disini, aku juga gak berani ngomong sendirian sama Tuan Besar" jelasku yang dijawab dengan anggukan dari Marlin.
*Di Tempat Tuan Besar*
"Permisi Tuan" kata Marlin sambil membungkuk, "ya?" tanya Tuan Besar, "ini Annabeth, Tuan ingin menemui Annabeth bukan?" tanya Marlin, "ya.. ooh Annabeth, saya ingin bicara denganmu" kata Tuan Besar, "Tuan ingin berbicara apa?" tanyaku, "saya ingin menanyakan suatu yang sangat penting, ini berkaitkan dengan pohon inti, ini berkaitkan dengan Quanus" jelas Tuan Besar.
Aku sempat berfikir, mengapa aku ada sangkut pautnya dengan Quanus? awalnya aku ke Quanus hanya untuk berjalan-jalan dan menghilangkan stressku, tapi kenapa sekarang menjadi rumit. Apa ini yang nenek maksud dengan petualangan yang akan menungguku?
"Apakah Marlin sudah menjelaskan masalah pohon inti?" tanya Tuan Besar, "sudah" jawabku singkat, "ok, jadi bolehkah saya meminjam kuncimu itu?" tanya Tuan Besar, "boleh.. kalau benar-benar diharuskan" jawabku, "terima kasih Annabeth atas kerjasamanya" balas Tuan Besar, "apapun untuk kebaikan pohon inti dan Quanus" balasku dengan senyuman.
"Kapan kamu bisa memberikan kuncinya?" tanya Tuan Besar, "Tuan Besar inginnya kapan? saya sih kapan saja bisa" jawab Annabeth, "saya inginnya sekarang, lebih cepat lebih baikkan?" balas Tuan Besar, "saya ambil dahulu ya kuncinya.." ijinku.
Akhirnya aku kembali ke pintu dimana tadi aku masuk. "Bagaimana aku mengambilnya?" tanyaku pada diri sendiri. Idepun muncul di benakku.
Pertama-tama aku naik ke kamarku dengan kaki setengah di Quanus, aku perlahan-lahan menyelipkan tanganku di bawah pintu supaya aku dapat mencabut kuncinya.
Setelah kunci sudah tercabut, aku langsung mengambilnya dan meloncat ke Quanus, sebelum pintunya tertutup.
Saat mendarat, aku sempat terjatuh, dan saat ku lihat ke atas, pintunya sudah tertutup, "apa aku terjebak di Quanus?" tanyaku dalam hati, "aku tidak mau disini selamanya" teriakku, "bagaimana dengan mama dan papa? sekolah?" tanyaku kepada diriku sendiri dan aku sebenarnya sempat ingin menangis tetapi aku baru teringat kalau Tuan Besar membutuhkan kunci ini dan semoga kunci ini dapat membantu Quanus.
Aku berdiri dan mengecek kantong celanaku, "hpku.." teriakku lagi, dan sekarang aku benar-benar ingin menangis, aku berjalan menuju tempat Tuan Besar dengan raut wajahku yang murung.
Saat aku sudah sampai di tempat Tuan Besar, aku langsung menyerahkan kunci yang ada di genggamanku, "Tuan.. ini kuncinya" kataku sambil menundukkan kepala, "Wahh.. makasih Annabeth.." balas Tuan Besar.
"emm.. apakah Tuan membutuhkan bantuan saya?" tanyaku, "tidak, memangnya kamu ingin membantu apa?" tanya Tuan Besar, "saya ingin membantu menyembuhkan pohon inti dan Quanus" jawabku sambil tersenyum terpaksa,
"Hahaha.. kamu pikir saya benar-benar akan menyembuhkan pohon inti?, sudah beberapa kali pohon inti seperti ini, dan saya sudah melakukan segala hal dan hasilnya apa? nihil, kalau sembuhpun tidak sembuh total dan akan kembali melemah lagi" jelas Tuan Besar.
"Jadi.. bagaimana dengan kunciku?" tanyaku yang mungkin sebentar lagi akan menangis, "emm.. kuncimu? maksudmu kunciku? sebenarnya aku tidak tahu apakah kunci ini dapat menyembuhkan pohon inti" jawab Tuan Besar dengan senyuma kecil di akhir kata.
"Kunci Tuan? Itu kunci saya dan saya hanya meminjamkannya keada Tuan, dan mengapa anda membutuhkan kunci saya?" tanyaku lagi yang sedikit demi sedikit terbawa emosi.
"Dari dulu saya mengincar kunci ini, dan saya yang berhak memilikinya. Tetapi Elibertha menghalangi jalan saya dan saya sempat berfikir kamu akan menjadi penghalang berikutnya, tetapi fikiran saya salah, kamu malah membawakan kunci itu kepada saya" jelas Tuan Besar.
"Ha? lalu keadaan pohon inti dan Quanus bagaimana?" tanyaku, "cari tahu saja sendiri" jawab Tuan Besar dengan cuek, "tapi saya membutuhkan kunci itu untuk pulang" kataku, "lalu? kamu fikir saya akan memberikannya begitu saja? selama bertahun-tahun saya menunggu kunci ini jadi milik saya dan kamu ingin memintanya balik? mungkin itu akan terjadi... hanya di mimpimu" jawab Tuan Besar dengan membentak di akhir kata.
Semua air mata yangku simpan dari tadi keluar begitu saja, aku sempat melirik Marlin, "apa kamu juga merencanakannya?" tanyaku dalam hati, Marlin menggelengkan kepalanya seperti dia baru saja membaca fikiranku.
Akupun langsung membalikkan tubuhku dan berlari kecil ke manapun yang bisa aku tempati seorang diri.
"Pa.. Ma.. jangan khawatirin aku ya.. aku baik-baik saja di sini" kataku seperti berbisik dan sebenarnya aku tidak tahu apakah aku baik-baik saja, aku tersesat disini dan aku tidak dapat kembali pulang.
Akupun menangis, 15 menit sudah berlalu dan fikiranku kosong, tangisanku sudah berhenti dan aku tidak tahu mau ngapain lagi. Akupun akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar tempatku duduk tadi, aku lagi tidak ingin menemui siapa-siapa, aku lagi ingin sendiri saja.
"Apa yang akan aku makan di sini?" gumamku, "apakah aku bisa berbaur di sini?, lalu bagaimana keadaan di rumah?, apakah mama dan papa akan mengkhawatirkanku, lalu sekolah bagaimana?, Stephanie dan Kimberly..." gumamku yang tidakku fikirkan terlebih dahulu.
"Apa aku akan menua disini?" tanyaku dengan suara lebih besar dan akupun tersadar.
Setelah 10 menitan aku berjalan-jalan akupun memutuskan untuk kembali duduk, perlahan-lahan aku menutup mataku dan akupun tertidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery of The Key
AventuraSeorang gadis bernama Annabeth (14) mempunyai kunci misteri yang berada di dalam laci meja belajarnya. Sejak kecil ia memiliki kunci misteri tersebut tetapi Annabeth tidak dapat mengambilnya. Sebentar lagi Annabeth merayakan ulang tahunnya yang ke-1...