Aduhh maaf ya telat lagi publisnya.
ini karna kemarin laptop tiba-tiba rusak da seperti yang author bilang sebelumnya cerita ini disimpan di laptop author.
oke tanpa panjang", kita cuss baca aja yaa...
jangan lupa vote and coment. maaf jika typo.
***
Aku terbangun, kepala ku pusing dan aku juga mual.
"Percy?" kataku serak.
"Istirahatlah," kata Percy. "Kau memerlukannya."
Aku menggelengkan kepala, Percy sedang memandang jauh lautan dan sedangkan Annabeth sedang merapikan barang-barang yang menurut ku yang terselamatkan. "Berapa lama aku tertidur?"
"Sekitar 7 jam" kata Annabeth pelan.
Aku menggelengkan kepala "Itu terlalu lama, kenapa nggak bangunkan aku"
"Nggak papa, aku tau pada saat pusaran itu berusaha menahan air nya kan"
Aku menatap Percy, pandangannya kosong.
Aku melihat kesekeliling, kami berada di lautan Para Monster, air tampak bercahaya dengan warna hijau lebih terang, seperti asam Hydra. Angin berbau segar dan asin, tapi ia juga membawa bau logam yang aneh—seolah badai guntur akan segera menerpa. Atau bahkan sesuatu yang lebih berbahaya. Aku tahu arah ke mana kami harus menuju. Aku tahu persisnya kami berada pada seratus tiga belas mil laut dari titik barat, yaitu pada arah barat laut dari tempat tujuan kami. Tapi hal itu tetap saja membuatku kebingungan.
Ke mana pun kami berbelok, sinar matahari tampaknya terus menerpa tepat ke mataku. Kami bergantian meneguk Dr Pepper, menaungi diri kami di bawah layar sebisa mungkin. Dan kami membicarakan tentang mimpi aku dan Percy tentang Grover.
Menurut perhitungan Annabeth, kami memiliki waktu kurang dari dua puluh empat jam untuk mencari Grover, dengan pertimbangan mimpiku akurat, dan dengan pertimbangan Polyphemus sang Cyclops itu tidak mengubah pikirannya dan mencoba menikahi Grover lebih awal.
"Yeah," kata Percy sinis. "Kita kan nggak bisa memercayai seorang Cyclops."
Annabeth melempar pandangan ke laut. "Maafkan aku, Percy. Aku sudah salah tentang Tyson, oke? Andai aku bisa mengatakan itu padanya."
Aku memandangi mereka berdua, mereka terlihat ingin saling membenci tapi seolah-olah ada kabut yang menghalang mereka untuk saling membenci. Aku nggak tau pasti apa yang sudah mereka lalui selama ini, tapi aku tau mereka berdua memiliki ikatan yang cukup kuat.
Aku memandangi ke bawah pada barang-barang kami yang masih tersisa —termos angin yang sudah kosong, satu botol multivitamin. Aku hendak mencari barang yang lain saat aku mendengar hal menarik dari pertanyaan Percy.
"Annabeth, apa ramalan Chiron itu?"
Dia mengerucutkan bibirnya. "Percy, sebaiknya aku nggak—"
"Aku tahu Chiron sudah berjanji pada para dewa bahwa dia nggak akan memberitahuku. Tapi kau toh nggak berjanji, benar kan?"
"Pengetahuan nggak selalu baik untukmu."
Percy mengacak-acak rambutnya "Ibumu adalah Dewi Kebijaksanaan!"
"Aku tahu! Tapi setiap kali para pahlawan mengetahui tentang masa depan mereka, mereka berusaha untuk mengubahnya, dan itu nggak pernah berhasil."
"Para dewa takut akan sesuatu yang akan aku dan Atalanta lakukan saat kami lebih dewasa," dia menebak. "Sesuatu yang akan terjadi pada saat kami beranjak enam belas tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) Atalanta Jackson The Sea of Monster
FantasyIni novel pertama aku, novel ini menceritakan tentang kisah Atalanta Jackson, disini dia diceritakan sebagai saudara Percy Jackson, blasteran, anak dari Poseidon. dan juga aku mengambil alur ceritanya ini dari novel Percy Jackson, jadi kalian pasti...