"Satu lawan satu," Kata Percy menantang Luke. "Apa sih yang kau takutkan?"
Luke mengerutkan bibirnya. Para prajurit yang sudah siap membunuhnya tampak ragu, menunggu perintahnya.
Sebelum Luke bisa berkata apa-apa, Agrius, manusia-beruang, berlari ke geladak sambil menggiring seekor kuda terbang. Itu adalah pegasus hitam legam pertama yang pernah kulihat, dengan sayap-sayap seperti gagak raksasa. Pegasus itu tampak siap melompat dan meringkik. Aku bisa memahami pikirannya. Ia memanggil Agrius dan Luke dengan sebutan-sebutan yang begitu kasarnya sampai-sampai Chiron tentu sudah akan mencuci moncongnya dengan sabun kuda.
"Tuan!" panggil Agrius, sembari menghindar dari kaki sang pegasus.
"Kudamu sudah siap!"
Luke memakukan matanya pada Percy.
"Sudah kukatakan padamu musim panas yang lalu, Percy," katanya. "Kau nggak bisa membuatku terpancing untuk bertarung."
"Dan kau terus-terusan menghindar, takut prajurit-prajuritmu akan melihatmu dihabisi?"
Luke memandangi anak buahnya, dan dia sadar Percy telah memerangkapnya. Kalau dia mundur sekarang, dia akan kelihatan lemah. Kalau dia melawan kami, dia akan kehilangan waktunya yang berharga untuk mengejar Clarisse.
"Aku akan membunuhmu dengan cepat," putusnya, dan mengangkat senjatanya.
Pedangnya berkilat dengan pendar mengerikan abu-abu dan emas, besi tempa manusia disatukan dengan perunggu langit. Aku hampir merasakan bilah pedang itu bertarung melawan dirinya sendiri, seperti dua magnet berlawanan yang terikat bersama.
Luke bersiul pada salah satu anak buahnya, yang melemparkan padanya perisai bundar berbahan kulit dan perunggu.
Dia menyeringai jahat pada Percy.
"Luke," kata Annabeth, "setidaknya beri dia perisai."
"Maaf, Annabeth," kata Luke. "Kau bawa perlengkapanmu sendiri ke pesta ini."
Perisai itu akan jadi masalah. Bertarung dua-tangan dengan hanya memegang pedang memberimu kekuatan, tapi bertarung satu-tangan dengan sebuah perisai memberimu pertahanan lebih baik dan keluwesan. Akan lebih banyak gerakan, lebih banyak pilihan, lebih banyak cara untuk membunuh.
Luke menerjang dan nyaris membunuh Percy pada percobaan pertama. Pedangnya mengarah ke bawah lengan Percy, mengiris menembus kemejanya dan menggores tulang rusuknya.
Percy melompat ke belakang, kemudian membalas serangan dengan Riptide, tapi Luke menghantam pedang Percy menjauh dengan perisainya.
"Wah, Percy," ejek Luke. "Kau sudah lama tak latihan rupanya."
Luke menyerang Percy lagi dengan satu ayunan ke arah kepala. Percy mengelak, membalas kembali dengan tikaman. Dia menghindar dengan mudah.
Saat Luke menerjang lagi, Percy melompat mundur hingga tercebur masuk ke kolam renang. Dia berputar di bawah air, menghasilkan awan berbentuk corong, dan menyembur keluar dari kolam terdalam, tepat ke muka Luke.
Kekuatan air itu membuatnya terjungkal, tersedak air dan pandangannya terganggu. Tapi sebelum Percy bisa menyerang, dia berguling ke samping dan kembali berdiri.
Jika saja Percy tidak mengatakan untuk melawan sendiri-sendiri, mungkin aku sudah membantunya mengendalikan air kolam renang itu.
Percy menyerang dan menebas tepi perisainya, tapi itu tidak mengganggunya sama sekali. Luke merunduk dan menikam ke kedua kakiku.
Tiba-tiba aku melihat rembesan darah keluar dari paha Percy, celna jinsnya langsung basah dengan darah.
Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi aku merasakan telingaku mendengung, tubuhku terasa panas. Suara ganas ombak air terngiang di otakku. Aku merasakan semua air yang berada disekitarku menunggu akan perintaku. Aku menyuruh air untuk menyerah Luke dan gerombolannya. Air sudah mulai bergerak tapi tiba-tiba saja airnya berhenti, seseorang menahan kekuatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) Atalanta Jackson The Sea of Monster
FantasyIni novel pertama aku, novel ini menceritakan tentang kisah Atalanta Jackson, disini dia diceritakan sebagai saudara Percy Jackson, blasteran, anak dari Poseidon. dan juga aku mengambil alur ceritanya ini dari novel Percy Jackson, jadi kalian pasti...