Rasa Rindu..

15.4K 913 52
                                    

"Rasa rindu ini, membuatku tidak sabar untuk segera bertemu denganmu.., yaa Ramadhan."

-Humairoh-

===============

"Kirim donk Ndi." Rayu Mai saat tahu Sandri sudah menyusun menu selama 30 hari untuk bulan Ramadhan.

"Iya, entar aku imel ya. Ini juga dapet dari Mama kali. Nggak mungkin bangetlah aku yang nyusun." Aku Sandri. Dia memang sengaja datang ke rumah mamanya, untuk mendapat salinan menu.

"Waa, Mama emang keren. Kalah deh kita yang masih muda-muda." Mai terkekeh pelan.

"Bunda, bisa bantu aku sebentar?" seru Hakeem dari ruang tengah. Saat ini Mai sedang berada di kamar, menelpon Sandri.

"Sebentar sayang." Jawab Mai pada Hakeem sambil menjauhkan ponsel dari mulutnya.

"Ndi, udah dulu ya, Hakeem manggil nih, jangan lupa resepnya ya." Mai menyudahi pembicaraan.

"Okey, sipp." Jawab Sandri dari ujung sana.

"Assalamualaykum."

"Waalaykumussalam."

Mai menutup ponsel dan meletakkannya di meja. Dia beranjak menuju ruang tengah.

"Kenapa sayang?" tanya Mai pada Hakeem anaknya, sepertinya dia sedang sibuk bersama adiknya meniup balon huruf. Mai ikut duduk di karpet lantai ruang tengah.

Mai memang sengaja membelikan balon huruf bertuliskan "Marhaban Ramadhan" untuk dipasang di ruang tengah. Ini untuk mengajak mereka menghias rumah dan bergembira menyambut Ramadhan.

"Balonnya ada yang bocor Bun." Hakeem menyerahkan 2 buah balon bertuliskan M dan A pada Mai.

"Masa..? Coba Bunda lihat." Mai mengambil balon tersebut dan mencoba meniupnya. Benar saja, langsung kempes kembali sesaat setelah di tiup.

"Bisa minta ganti sama online shop-nya nggak Bun?" harap Hakeem.

"Bunda coba dulu ya, tapi ribet juga, kita harus kirim kembali barangnya, baru dia ganti dengan yang baru." Jelas Mai.

Hakeem terlihat kecewa.

"Sebaiknya Bunda pesan lagi, nanti Bunda kasih note supaya dicek kembali, karena yang sebelumnya bocor." Mai memberi solusi.

"Nah iya, begitu saja Bun, Ramadhan sudah sebentar lagi. Makasih Bun." Hakeem terlihat senang dan kembali kepekerjaannya.

"Nanti biar Ayah aja yang masang di dinding, kayaknya harus pake tangga deh, supaya bagus." Beritahu Mai pada anaknya.

"Bunda, aku juga bantu Abang." Salma memperlihatkan hasil karyanya, sebuah balon huruf yang tidak terlalu sempurna bentuknya, karena kurang angin.

"Alhamdulillah, hebat anak Bunda." Mai memberikan jempol menghargai hasil kerja anaknya.

Salma tersenyum lebar mendapat pujian dari Bundanya, tidak lama dia berbalik mendekati abangnya, mencoba membantu sebisanya.

Mai menatap mereka penuh rasa syukur. Sang Abang tidak keberatan direcoki dengan adiknya, Sang Adik membantu dengan sukacita. Alhamdulillah.

Mai berjalan ke sofa ruang tengah, dia mengambil buku catatan di coffe table.

Untuk Ramadhan kali ini, dia sudah menyiapkan target pribadi, target pasangan, dan target anak-anak. Jadwal harian sudah disiapkan, bahkan jadwal 10 hari terakhir juga sudah .

Apalagi ya?

Nanti aku tanya Al kalau dia sudah pulang.

=======

And The Story GoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang