Stay with Me

8.8K 708 53
                                    


"Biasanya istri saya tidak mau ikut, dia lebih senang di rumah, bersama anak-anak, mendidik mereka dengan tangannya sendiri." Al berbicara kepada jamaah ibu-ibu di masjid siang ini.

"Selama istri saya bisa mendidik anak-anak dengan ilmu yang dimilikinya, maka akan dia lakukan. Apabila dia tidak punya ilmunya, maka akan diserahkan kepada saya, atau kepada guru."

"Sesungguhnya sudah menjadi tugas orangtua untuk mendidik anak-anaknya. Kita yang akan ditanyakan pertama kali atas amanah yang Allah berikan. Bukan gurunya, bukan kakek neneknya, bukan tetangganya, tapi kita, orangtuanya."

"Sekarang, dia lebih sering ikut bersama saya, terutama apabila kajiannya untuk ibu-ibu, seperti saat ini."

"Kenapa? Karena anak-anak kami sudah besar sekarang, mereka sedang menuntut ilmu di tempatnya masing-masing."

"Dulu banyak yang bertanya kepada saya, Ustadz sudah punya istri? Atau Ustadz istrinya tidak ikut? Nah, sekarang sudah terjawab, ini istri saya."

"Tahu ibu-ibu, yang mana istri saya?" tanya Al.

Jamaah ibu-ibu saling berpandangan, melihat apa ada istri Sang Ustadz diantara mereka? Biasanya tampilan istri seorang Ustadz agak berbeda, bisa dilihat dari gamis dan kerudungnya yang agak wah.

"Mana Ustadz?" seorang jamaah bertanya, karena tidak menemukan istri Sang Ustadz.

Al hanya tersenyum, "Istri saya memang tidak mau muncul di layar kaca, setiap ada kesempatan, pasti dia akan menghindar. Katanya yang Ustadz itu saya, yang perlu dikenal itu saya, bukan dia."

"Tapi seorang laki-laki, tidak akan bisa berada di tempatnya saat ini, tanpa ada perempuan hebat di sisinya."

"Sekarang saya mulai meminta istri untuk tampil di publik, tampil di depan umum, kenapa? Karena insya Allah, dia akan mulai aktif mengisi kajian atau taklim ibu-ibu."

"Biasanya ibu-ibu kan lebih enak kalau curhatnya sesama perempuan, ada hal-hal yang mungkin malu untuk ditanyakan di depan umum, kepada seorang Ustadz. Benar kan ibu-ibu?"

"Betulll..!" jawab mereka serempak.

"Insya Allah, kalau ibu-ibu butuh Ustadzah untuk mengisi taklim, bisa undang istri saya."

"Mana istrinya Ustadz?" tanya jamaah seolah tidak sabar.

"Sayang..?" panggil Al kepada istrinya, "Bisa ke depan sebentar."

Suasana hening, kemudian mulai krasak krusuk, jamaah menoleh ke depan dan belakang, menanti seseorang untuk berdiri.

Pelan Mai berdiri dari bagian tengah jamaah.

Suasana langsung riuh seketika.

"Waa.., beneran itu istri Ustadz..?"

"Cantik ya."

"Penampilannya biasa saja."

"Masih muda ya."

Pelan dan hati-hati Mai melangkah ke depan, menuju suaminya.

"Permisi bu, maaf.., permisi." Ucapnya sopan.

Al menyambut Sang Istri untuk berdiri di sampingnya, mengambil tangan Mai dan menggenggamnya erat.

"Nah, ini istri saya ibu-ibu, namanya Humairoh, biasa di panggil Mai." Al memandang istrinya dengan penuh cinta.

"Cantik Ustadz." Celetuk slaah seorang jamaah.

"Alhamdulillah, makanya saya rela menunggu lama untuk mendapatkan cintanya bu." Canda Al, disambut tawa jamaah.

"Nah, kalau ibu-ibu mau mengundang istri saya untuk mengisi taklim, bisa, asalkan tidak berbenturan waktunya dengan kegiatan lain."

And The Story GoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang