Dia Berbeda

10.7K 729 62
                                    

Belum diedit
Entah kenapa tetiba kangen sama mereka
Sempet2nya ngetik via henpon pas lagi halbil di rumah sodara :p

Maapkan cuma sedikit

He he..

====

Al itu..

Apa ya..

Setelah menikah, dia berbeda.

Maksudku, setelah menikah, dia terlihat berbeda. Bukan dia berubah, hanya saja..

Contoh suatu hari, saat aku sedang tilawah selepas salat subuh, dia duduk di pinggir tempat tidur sambil menatapku lekat. Risih karena terus diperhatikan, aku menoleh padanya.

Kenapa? Tanyaku padanya tanpa suara.

Dia hanya tersenyum sambil menatapku penuh cinta.

Bagaimana aku bisa tahu tatapan penuh cinta? Well, tahulah ya, di matanya hanya ada aku, he he.

Lain waktu, saat sarapan, dia memperhatikanku yang sedang menyantap nasi goreng dengan lahap. Tangannya menopang dagu di atas meja. Pandangannya lurus, dengan senyum simpul di bibirnya.

Saat aku tanya ada apa, dia hanya menggeleng, tanpa melepaskan pandangannya dariku.

Apa aku keberatan? Tentu saja tidak, aku suka dia memperhatikanku, itu tandanya dia cinta kan?

Tapi aku penasaran, tingkat dewa. Apa yang ada di dalam pikirannya?

Dan pagi ini, dia melakukannya lagi. Saat aku hendak bersiap untuk ke Rumah Qur'an.

Aku mengoleskan pelembab di wajah dan lipbalm tipis pada bibirku. Kemudian memakai ciput dan kerudung langsung dari bahan bubble crepe yang nyaman.

Dia masih dengan intens memperhatikanku. Aku pura-pura tidak tahu, setelah selesa, baru aku berjalan mendekatinya.

"Kenapa? Terpesona ya?" Godaku.

Dia mengangguk, matanya tidak lepas dariku.

"Hari ini kemana?" Aku duduk di sampingnya. Berusaha basa-basi sejenak sebelum aku mendapatkan jawaban yang sudah aku tunggu sejak lama.

"Nganterin istriku, terus ke Al-Azhar." Jawabnya masih tersenyum simpul.

Aku suka senyum simpulnya, seolah menyimpan misteri.

"Ada kajian?"

"Iya, ada Imam Masjid Nabawi yang datang mengisi kajian di sana."

Ooo.., aku membentuk huruf O dengan bibirku.

"Kamu kenapa?" Aku mulai mengorek informasi darinya.

"Aku? Kenapa?" Seolah tidak tahu ada apa.

Aku mencebik, "pura-pura deh."

Dia terkekeh pelan, tangannya mengusap pelan kepalaku sayang.

"Kenapa? Memang tidak boleh melihat istri sendiri?" Balasnya.

"Boleh, harus malah. Tapi kamu ngeliyatnya gitu banget, jadi penasaran, lagi mikirin apa."

"Ya mikirin kamu lah Sayang, masa aku lagi ngeliatin kamu, tapi mikirin orang lain."

"Yah, mana kutahu."

Dia mengambil tanganku, menariknya pelan, membuatku duduk di pangkuannya. Dipeluknya pinggangku dari belakang dengan dagu diletakkan pada bahuku.

"Kadang aku masih berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri, kalau kamu benar ada di hadapanku, dan kamu milkku." Ucapnya pelan dekat dengan telingaku.

And The Story GoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang