I Trust You (End - Edited)

9.7K 715 33
                                    

"Aku minta maaf." Ucap Riki tertunduk, "aku salah sudah memulai semua ini, aku benar-benar minta maaf."

Sindi tertunduk menahan tangis di samping laki-laki yang dia cintai sepenuh hati, apa dia bertepuk sebelah tangan? Apa laki-laki ini tidak memiliki sedikitpun rasa untuknya? Lalu, kenapa dia begitu baik padanya selama ini?

"Aku mencintai istriku, sangat mencintainya. Aku tahu tidak ada alasan yang membenarkan apa yang aku lakukan terhadapmu. Aku hanya manusia biasa yang bisa khilaf." Lanjut Riki, kali ini menatap lawan bicaranya.

Mereka sedang berada di dalam mobil, parkir di dekat rumah kost-kost-an Sindi.

"Sindi, kamu masih muda, masih panjang perjalan hidupmu. Kamu cerdas, punya cita-cita besar, seharusnya kamu tidak terdampar dengan laki-laki brengs*k seperti aku."

"Tapi.., aku, aku mencintai kamu." Ungkapnya berani.

Degg.

Riki tertegun mendengar ucapannya, apa dia sudah sejauh itu memberi harapan pada Sindi?

"Maaf." Riki kembali tertunduk, "aku tidak bisa, aku hanya mencintai Sinta, ibu dari anak-anakku."

"Lalu, selama ini, perhatian yang kamu berikan padaku, apa artinya? Kamu mempermainkan aku?" tuntutnya.

"Aku.., aku tergoda. Aku tahu itu salah, seharusnya aku tidak menggodamu dan memberimu harapan pada pertemanan kita.."

"Teman?" potongnya tidak percaya, "kamu hanya menganggap aku sebagai teman?"

"Sindi, aku mengajakmu malam ini hanya untuk menjelaskan tentang hubungan kita. Kita tidak ada hubungan apa-apa, bukan sepasang kekasih, hanya teman, teman kerja. Hanya itu."

"Tapi.., kamu.."

"Aku tahu, aku tahu aku salah. Aku seharusnya tidak pernah melakukan semua ini. Aku khilaf oke. Kamu tidak salah dengan datang kepada Sinta. Memang sebaiknya seperti ini, sebelum terlalu jauh."

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak bisa kalau kamu menjauh, aku.., aku sudah terbiasa dengan semua kebaikan hatimu."

Riki menghela napas panjang, ya Allah, apa yang sudah ia lakukan?

"Mungkin sebaiknya salah satu dari kita pergi."

"Aku tidak mau pergi, aku sudah betah di sini."

"Baik, kalau begitu, biar aku saja yang pergi." Putus RIki, dia harus tegas mengambil batasan kalau maumenyelamatkan pernikahannya.

"Tidak, jangan pergi, aku tidak bisa kalau tidak melihatmu, aku tidak bisa."

"Sindi, aku tidak pernah mencintaimu, kamu harus tahu itu. Iya aku menyukaimu, aku kagum dengan semua perjuangan yang kamu lakukan dengan hidupmu. Kamu perempuan kuat. Tapi hanya sebatas itu, aku minta maaf kalau kamu menanggapinya berbeda."

"Aku punya istri yang aku sayang dan cinta, aku punya anak-anak yang menjadi tanggung jawabku, aku tidak akan pernah meninggalkan mereka." Lanjut RIki.

"Aku tidak minta kamu meninggalkan mereka, aku rela menjadi yang kedua, nikah siri juga aku mau. Aku hanya butuh kamu." Ucap Sindi putus asa.

"Maaf, aku tidak bisa, aku tidak mungkin menyakiti hati Sinta."

"Tapi kamu menyakiti hatiku." Ucapnya lirih, Sindi tahu, dia sudah tidak punya harapan lagi. Dia memang gadis bodoh yang jatuh dalam pesona seorang Riki. Dia bodoh karena memulai semua ini, menggantungkan harapan pada laki-laki yang sudah bersuami.

"Aku sudah mengatakan apa yang perlu aku katakan. Aku harap kamu berhenti mengganggu Sinta, dia tidak salah apa-apa. Kalau kamu mau marah, silahkan marah padaku."

And The Story GoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang