Separuh Nyawaku

8.9K 731 21
                                    

Dia tidak pernah merasa setakut ini, tidak pernah.

Dalam kehidupannya selama lebih 30 tahun, tidak pernah ada yang membuatnya merasakan kehilangan yang amat sangat.

Jantungnya seolah berhenti berdetak.

Waktu seolah berhenti.

Pandangannya kabur oleh air mata.

Rangka tidak lagi mampu menopang tubuhnya.

Pikirannya tertutupi, tidak mampu berpikir jernih.

Rasa sesal menggerogoti dirinya, penyesalan yang amat sangat.

Ini salahnya...

Ini salahnya...

Ini SALAHNYA!

Masih dipeluk tubuh lemah istrinya yang kini bersimbah darah di lantai kamar mandi.

Kesadaran kemudian menyapanya. Dengan cepat dikeluarkan ponsel dari saku baju, mencari nomor kontak yang ia harap bisa memberi bantuan secepatnya.

"Tolong kirim ambulans segera!" serunya seolah tidak sabar.

"Mai, bertahanlah sayang..." dia berbisik lirih di telinga istrinya, lisannya tak henti berdzikir, tangannya terus menggenggam Sang Istri.

Tidak dilepaskannya sampai petugas datang dan membawa istrinya ke dalam ambulans.

Kejadian setelahnya terasa bagai potongan-potongan adegan dalam sebuah film.

Istrinya masuk ke ruang operasi, dan dia hanya bisa menunggu di luar, tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat seperti inilah, saat manusia tidak punya tempat bergantung , selain kepada Rabbnya.

Dia tahu, hanya Allah penggenggam jiwa setiap manusia. Hanya kepada Allah tempat meminta, hanya kepada Allah tempat bergantung semua harapan.

Kakinya melangkah ke musholla untuk sholat, memohon, mengiba kepada Allah, agar Dia menyelamatkan cintanya.

Dikuatkan hatinya yang lemah, pertolongan Allah itu sangat dekat, sangat dekat, sangat dekat.

Air mata mengalir deras, menemani lisannya yang tidak henti melafalkan doa sedari tadi.

"Wahai Rabb, Penggenggam seluruh jiwa manusia, selamatkan istriku dan anak kami."

Dia tidak tahu sudah berapa lama istrinya berada di dalam, yang ia lakukan adalah duduk dikursi dan terus berdzikir, memohon pertolongan Allah.

Ia langsung berdiri saat suster keluar dari kamar operasi.

"Ibu Mai." Suster berseru cukup kencang.

"Saya!" jawab Al.

"Mari masuk Pak, ikut saya sebentar."

Degg!

Dingin mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, apakah..?

Dikuatkan hatinya, bismillah, insya Allah, apapun takdir Allah, semuanya adalah yang terbaik darinya.

Al masuk dalam sebuah ruangan, dia tidak tahu ruang apa ini, tapi istrinya tidak ada di sini.

Langkahnya terhenti, tangisan..., dia mendengar suara tangisan bayi.

Pandangannya tertuju pada suster yang membawanya ke sini. Dalam gendongannya kini ada seorang bayi mungil yang masih merah, menangis dengan kencang.

Allahu Akbar, apakah itu bayinya? Anaknya selamat?

Allahu Akbar, Alhamdulillah, dia berseru dalam hati.

And The Story GoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang