I Trust You (2)

7K 622 25
                                    

"Kayaknya aku lembur lagi malam ini." Beritahu Riki saat mereka sarapan.

Gerakan tangan Sinta yang sedang mengambil makroni panggang untuk suaminya terhenti.

"Lembur? Bukannya semalem udah lembur?" Sinta masih berusaha tenang.

Setelah semalam mengetahui suaminya pergi dengan perempuan lain, dia masih berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Biasa Yang, lagi kejar target, harus selesai bulan ini." Riki memberikan alasan.

"Ooo.." Sinta meletakkan piring sarapan di depan suaminya.

"Hmm.., makroni panggang kamu emang juara." Riki makan dengan lahap.

Sinta hanya memberikan senyuman kecil yang tidak sampai ke matanya.

Bagaimana bisa suaminya bersikap seperti ini padanya? Seolah tidak terjadi apa-apa?

Sinta bahkan tidak melihat perubahan berarti pada suaminya. Riki masih sayang padanya, pada anak-anak, hubungan seks mereka juga baik-baik saja, lalu dimana salahnya?

Riki memang beberapa bulan terakhir tampak lebih bersemangat ke kantor, tapi Sinta pikir, itu karena pekerjaan, bukan karena ada perempuan lain yang akan ditemuinya.

Suaminya juga lebih dandy, tapi.., Riki memang memperhatikan penampilan dari dulu.

Entahlah, sepertinya ada hal-hal kecil yang mungkin luput dari perhatian Sinta.

Kalau diingat-ingat, Riki lebih sering memberikannya hadiah dan kejutan kecil. Bukan sesuatu yang besar, tapi hal-hal kecil yang manis. Seperti coklat, makanan kesukaannya, kerudung, dan buku bacaan.

Apa dia memberikan hadiah-hadiah itu, karena merasa bersalah padanya?

"Yang.." panggil Riki

"Eh, iya." Sinta tersadar dari lamunannya.

"Berangkat dulu ya, anak-anak mana?"

"Tadi habis mandi, lagi pakai baju."

"Papa!" Rama muncul dan berhambur ke Riki.

"Jagoan Papa." Riki mengambil Rama dalam gendongannya.

Sinta rasanya ingin menangis melihat adegan di hadapannya. Riki menciumi wajah Rama sayang, mereka ngobrol sebentar tentang kegiatan Rama kemarin di sekolah.

Apa Riki benar-benar menyukai perempuan itu? Lalu bagaimana nasib kami?

Riki menurunkan Rama dan menyambut anak perempuannya.

"Assalamu'alaylum shalihah." Riki mengangsurkan tangannya pada Maryam

"Wa'alaukumussalam Papa." Maryam mencium tangan Riki.

"Sudah besar anak Papa." Riki mengusap kepala Maryam sayang kemudian memeluknya erat.

"Papa pulang cepat nanti malam?" Maryam mengurai pelukan papanya.

"Papa lembur Sayang."

Sinta diam saja, dia masih sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya.

"Yahhh.., padahal Maryam ada PR, kata Mama nanya sama Papa."

"Mama jago Sayang, kan kuliahnya sama kayak Papa, di Fakultas Teknik."

Maryam masih merajuk karena Riki tidak bisa menemaninya mengerjakan PR.

"Udah sama Mama aja." Sinta mencoba membujuk.

Rama sudah duduk di meja makan memakan sarapannya lahap.

And The Story GoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang