Rangga

11.3K 849 90
                                    

Belom sempet edit

Enjoy

-viveramia

======

Rangga POV

Aku masih tidak berkedip menatap layar ponsel. Kenapa rasanya sesak. Penatianku selama ini..

Kubaca kembali pesannya, berharap kali ini isinya berubah.

Sebuah harapan yang sia-sia. Tulisannya masih sama.

Sidiq : Dia sudah bertunangan

Dia sudah bertunangan? Benarkah?

Sidiq bilang dia akan menyelesaikan kuliahnya dulu, baru kemudian berpikir tentang menikah, tapi sekarang..

Apa aku salah langkah, menunggunya terlalu lama?

Harusnya aku lamar dia begitu aku sudah mendapat pekerjaan.

Aku menghela napas panjang, astaghfirullah, ini sudah ketetapan Allah, tidak boleh seorang muslim berandai-andai.

Angga : dia taaruf?

Sidiq : yup, ta'aruf, and she said yes

She said yes..

Artinya dia sudah dikhitbah, dan haram mengkhitbah perempuan yang sudah dikhitbah orang lain.

Lalu bagaimana aku sekarang?

Dia sudah menjadi bagian dari rencana masa depanku. Aku bahkan sudah membuat timeline di dinding kamar. Sebentar lagi dia wisuda, aku tahu itu, dan aku berencana langsung melamar setelahnya.

Aku akan membawanya tinggal bersamaku di Jakarta, kami akan mempunyai anak..

Sidiq : Sorry..

Ini salah Sidiq, kenapa dia tidak memberitahuku kalau sepupunya berencana menikah sebelum selesai kuliah? Kalau aku tahu, tentu aku akan langsung datang untuk melamarnya.

Aku menghela napas kasar, Allah.

Pelan kulangkahkan kaki menuju kamar mandi, aku perlu berwudhu dan sholat 2 rakaat.

==========

Aku menyerahkan sebuah amplop coklat besar pada murabbiku.

"Antum sudah yakin?" tanya beliau.

"Insya Allah Ustadz." Insya Allah ini yang terbaik, aku tidak bisa, tepatnya tidak boleh terus memikirkannya. Aku sudah siap untuk menikah, siapapun jodohku nanti. Aku percayakan kepada murabbiku.

"Baik, insya Allah ada banyak akhwat yang sudah siap menikah."

Aku mengangguk, berusaha menetapkan hatiku. Insya Allah, ini yang terbaik. Aku tidak boleh membuat hatiku lemah, hanya karena dia sudah bertunangan.

Allah sudah menetapkan jodohku, bahkan sebelum aku lahir. Sekuat apapun aku berlari mengejar, dia tidak akan menjadi milikku. Dan sejauh apapun aku menghindar, dia akan datang kepadaku.

Itulah ketetapan Allah.

Setelah urusna selesai, aku langsung pulang ke rumah, hatiku sedang tidak ingin kemana-mana. Sebaiknya aku tidur cepat malam ini, supaya bisa bangun untuk tahajud.

======

"Dibaca baik-baik akhi, insya Allah, dia yang akan menjadi pendamping hidup Antum." Murabbiku memberikan sebuah amplop coklat padaku, "Kalau Antum sudah setuju, akan Ana proses secepatnya untuk ta'aruf."

And The Story GoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang