BAGIAN XXI -- DANGER

17K 1K 95
                                    

"Ketika luka buatmu tak mampu berkata, sebuah pelukan akan buatmu temuka tawa. Karena pelukan mampu berkata tanpa perlu bersuara."





~~~~~



Bagian XXI -- Danger



              Pria paruh baya berbadan gemuk itu melangkah cepat menaiki anak tangga saat ia baru saja sampai disebauh rumah besar yang sudah lebih dari lima belas tahun ia tempati. Semua pengawal dan pelayan yang berjajar menyambut kedatangan pria itu membungkuk setiap kali bertemu.

              Jantung Minhwo berdetak cepat setelah ia mendengar keadaan anak bungsunya. Hal yang begitu cepat terjadi. Kali ini, untuk terakhir kalinya Minhwo tidak akan lagi menunda semuanya, dia tidak akan lagi memberi kesempatan dua orang yang sudah menjadi musuh dalam selimutnya semakin membahayakan semua anak lelakinya.

              Setelah langkahnya berhasil mencapai ambang pintu sebuah kamar, ia melihat semua anak-anaknya tengah mengelilingi kasur milik Jungkook. Tapi kali ini keenam laki-laki itu tidak sedang menunduk murung, justrul Minhwo mendengar suara tawa mereka semua. "Ada apa ini?"

              "Oh, Ayah? Kau sudah pulang?" Tanya Jin berbalik diikuti yang lain mulai menyadari kehadiran pria paruh baya itu. Dengan langkah lebar Minhwo mendekati mereka semua, dan hal yang tidak dia duga terlihat didepannya. Tidak seperti biasanya ia akan menemukan Jungkook kembali tidak sadarkan diri. Justrul pria itu melihat senyuman lebar Jungkook yang tengah duduk bersandar dikepala ranjang. Meskipun wajah Jungkook terlihat pucat tapi Minhwo bisa melihat dengan jelas sorot anak bungsunya terlihat berbeda dari biasanya. Ia terlihat sangat.. bahagia??

              "Jungkook-ah, kau tidak apa-apa? Mana yang sakit?" Minhwo sudah duduk disamping Jungkook, menatap setiap inci tubuh pemuda itu.

              Jeon Jungkook tersenyum kecil dan menjawab. "Aku sudah merasa lebih baik. Dokter sudah menjahit lukanya. Kau tidak usah khawatir, ayah."

              "Jahit? Yakk! Itu artinya kau tidak baik-baik saja." Minhwo protes.

              "Tidak ayah, aku benar baik-baik saja. Ada hyungnim disini. Jadi kau tidak usah begitu khawatir."

              "Ayah, sekarang dia tidak menangis saat dokter mengobatinya. Dia sudah dewasa." Ujar Kim Namjoon bergurau. Minhwo yang melihat semua anak laki-lakinya yang tampak bahagia menurunkan tingkat khawatirnya.

              "Syukurlah kau tidak apa-apa. Kau harus banyak istirahat, hm." Jungkook mengangguk pelan, menjawab perkataan Minhwo. "Baiklah, kalau begitu.." pria paruh baya itu hendak berdiri namun lengannya ditahan Jungkook, tidak membiarkan ayahnya pergi.

              "Ayah. Sekarang, aku ingin kau menjelaskan semuanya." Tatapan mata Jungkook yang serius menghentikan ucapan yang akan keluar dari mulut Minhwo, ia belum pernah melihat tatapan serius dari anak bungsunya seperti ini. Tidak ada suara atau komentar dari keenam kakaknya. Mereka semua setuju dengan perkataan Jungkook, mulai sekarang tidak ada lagi hal yang disembunyikan diantara mereka semua. Justrul dengan saling mengungkapkan kejujuran yang terjadi, akan semakin banyak jalan keluar yang terbuka.

               Minhwo menghela nafas panjang, sebenarnya ia tidak ingin memberitahu pada mereka bahwa kini disetiap inci rumahnya telah ditambah orang-orang dari anggota CIA, ia juga tidak ingin memberitahu identitas asli pasangan Byung-gi dengan keadaan yang sekarang, tapi Minhwo menduga ketujuh anak angkatnya telah mengetahui semuanya. Kemudian pria paruh baya itu menghela nafas panjang sambil kembali duduk disamping Jungkook, menatap anaknya dengan wajah sendu.

SPEND TIME || FF BTS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang