".....dan aku tidak bisa membantu apa-apa justrul membuatku merasa lebih buruk lagi, hyung."
***
Bagian V - Love is Not Over
Jung Hoseok bersiul pelan keluar dari dalam kamarnya. Malam itu, ia ingin kedapur mengambil air minum karena ia merasa sangat haus. Meskipun mereka memiliki pengawal dan pelayan dirumah itu, tapi ketujuh pria itu tidak terbiasa menyuruh hal-hal yang sepele seperti mengambilkan air minum pada pelayan. Tapi langkahnya terhenti saat melihat dua orang pria yang Hoseok kenal sering mengantar Jungkook ke kampus baru saja keluar dari dalam kamar adiknya. Setelah dua orang itu pergi, Hoseok berjalan perlahan mendekati kamar tersebut dan membuka pintu kamar Jungkook.
Hal pertama yang dilihatnya ia menemukan seorang pemuda dengan pakaian masih rapih memakai mantel bahkan pemuda itu masih memakai sepatu, sudah berbaring diatas tempat tidur. Jung Hoseok berjalan mendekat, ia baru pertama kali setelah sekian lama melihat adik bungsunya memejamkan mata. Hidungnya yang mancung, bulu matanya yang panjang ditambah poni pemuda itu menutup kening semakin membuatnya seperti boneka. Hoseok tersenyum dan mengusap perlahan puncak kepala pemuda itu.
"Maafkan hyung karena sampai sekarang hyung tidak tahu harus bersikap apa padamu. Bahkan sebelum hyung mengetahui itu, sebenarnya hyung sangat menyayangimu, kami semua menyayangimu.." Hoseok mulai membuka sepatu yang dikenakan Jungkook. "Apa kau kesepian diacara kampus hari ini? Maaf, hyung tidak datang karena Jin Hyung melarang hyung keluar akibat luka ini. Tapi sebenarnya hyung baik-baik saja." Ujar Hoseok, setelah itu ia menarik selimut sampai sebatas dada Jungkook. Matanya melihat keringat membasahi kening pemuda itu. "Apa kau kepanasan? Aigoo.." Jung Hoseok menurunkan selimut yang menutupi badan Jungkook sampai sebatas perut.
"Tidurlah yang nyenyak." Bisik pria itu sebelum berbalik menuju pintu.
***
Kelopak mata pemuda yang sudah berbaring sejak kemaren malam bergetar dan perlahan terbuka. Bukan rasa segar yang ia rasakan, tapi denyutan dikepalanya terasa menyakitkan. "Argghh.." Jungkook meremas selimutnya kuat, ia tdak bisa lagi menahan semuanya. Tapi ia juga tidak bisa menunjukkan keadaannya, dengan susah payah, pemuda itu bangkit dari berbaringnya, berjalan susah payah menuju kamar mandi dan menguncinya. Nafasnya telah memburu, keringat membasahi wajah dan lehernya. Tidak ingin semakin memikirkan kondisinya, pemuda itu memutuskan untuk mandi, berharap keadaannya lebih baik.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, sudah hampir tiga jam Jungkook diam berbaring, berharap sakit dikepalanya hilang. Sejak tadi beberapa pelayan mengetuk pintu kamarnya, menawarkannya untuk keluar makan. Jungkook ingat, hari ini adalah acara undangan pesta dengan rakn bisnis ayahnya, tapi Jungkook tidak bisa pergi dalam keadaan seperti ini. Dengan terpaksa ia akan menghubungi ayahnya untuk tidak pergi.
Suasana rumah yang cukup ramai siang itu cukup membuat Jungkook mengetahui kalau keenam kakaknya sedang berada di dapur dan di ruang santai menonton TV, terbukti dari teriakkan Jin maupun Taehyung yang saling menyahut antara acara ditelevisi dan makanan. Ditambah suara tertawa Kim Namjoon, Park Jimin dan Jung Hosoek. Tidak lupa omelan Min Yongi membuat suasana dilantai bawah semakin ramai. Pemuda itu berjalan mendekati telpon rumahnya yang menempel di dinding dekat tangga. Kemudian ia menekan beberapa kombinasi angka yang sudah ia hafal. Untuk beberapa detik kedepan hanya terdengar nada dering, dan didering kesepuluh barulah Jungkook dapat mendengar suara seseorang disebrang sana. Suara yang beberapa hari ini tidak ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEND TIME || FF BTS (End)
Fanfiction#81 dalam FANFICTION (01062017) Jeon Jungkook Pemuda berusia dua puluh tahun yang sangat menyayangi keenam kakaknya meskipun mereka mengacuhkannya, mengabaikannya bahkan membencinya selama lima tahun tapi Jungkook tetap bersemangat untuk mendapatkan...