Trap

264 28 5
                                    

"Sebaiknya kau jangan terlalu dekat dengannya." Bisik vallerie setelah cukup menjauh.

"Kenapa? Kau takut calon istrimu sebelumnya menceritakan hal buruk tentangmu?"

"What!" Ia nyaris berteriak.

"Kau benar" Kristal tertawa berdecak dan mengalingkan wajahnya kearah lain masih dengan senyuman diwajahnya. Lesung pipit dipipinya dapat dilihat jelas oleh tiffany yang tidak memanlingkan wajah darinya. Bahkan deru nafas vallerie menyita perhatiannya hingga ia ikut tersenyum memandang vallerie. Heeekhem..seseorang terbatuk.

"Aku tahu kalian akan segera bertunangan, tapi tolong jaga sikap kalian didepanku." Ucap seorang wanita berusia 60 mungkin lebih.

"Kalian bisa melakukannya jika telah menikah." Sambungnya sembari duduk dilantai dimana vallerie dan tiffany juga mengikutinya dengan keheranan apa yang akan mereka lakukan.

"Selamat pagi presdir... saya tiffany hwang.."

"Panggil aku nenek."

"Huh?" Tiffany terheran, mengingat seharusnya seseorang yang dituakan tu sangat ingin untuk dihargai dan gelar-gelar yang dimilikinya.

"Baik, nenek." Jawabnya tergugup.

"Ayo pindah tempat, kakiku kesemutan jika duduk berlama-lama seperti ini." Ujarnya sembari pergi. Vallerie menggeleng tidak percaya, bagaimana bisa neneknya begitu mudah menerima tiffany padahal pada biasanya dia sedikit rewel pada orang baru, apalagi sekarang adalah orang yang akan menikah dengan cucunya.

Tiffany bangun, seketika kakinya merasa bergetar karena duduk terlalu lama. Ia hampir terjatuh, untung saja dengan sigap vallerie menangkapnya. "Hati-hati.." Bisiknya penuh perhatian. Tiffany hampir saja jatuh pada pesona itu sebelum dia mendngar kata berikutnya. "Kau dalam masalah kalau memecahkan teko teh kesayangannya." Bisiknya lagi membuat tiffany membuang pikirannya jauh-jauh tentang betapa manisnya pria ini.

"Kau!" Tiffany membuat gerakan menedangnya sementara vallerie telah berlari keluar ruangan.

"Apa kau bisa merangkai bunga?" Tanya neneknya tiba-tiba.

"Hmm, ya, mommy sempat mengajariku..tapi...aku...aku..aku tidak bisa memetik bunga." Jawabnya malu-malu membuat vallerie tertawa, tapi ia menutup mulutnya ketika dua wanita itu menatapnya. "Aku takut serangga, serangga jenis apapun, jadi..."

"Kau tidak memetik bunga." Jelas vallerie.

"Tidak masalah, valen sangat handal dalam berkebun. Kau bisa meminta bantuannya untuk memetik bunga, dan kau bisa merangkainya."

"Huh? Aku?"

"Kau tidak mau?" Neneknya mentap tajam. Vallerie hanya menundukkan kepalanya. Ia memang pernah berkebun, tapi sampai saat ia tidak bisa membedakan mana yang hama dan bibit mawar, neneknya melarangnya untuk menyentuh kebunnya lagi. Ia tidak masalah membantu tiffany, tapi ia hanya takut kebodohannya membuat ia memotong mawar kesayangan neneknya yang akan mengakhiri hidupnya saat itu juga.

"Oh, valen.. apa kau terlihat lebih kurus dari terakhir kali aku melihatmu?"

"Huh? Aaaahh,aku rasa nenek harus memperbaiki kaca mata nenek." Vallerie tersenyum cangggung.

"Mungkin kau benar. Oh ingat, aku baru menanam bibit mawar biru yang langka, jadi jangan sampai kau memotongnya lagi." Neneknya pergi meninggalkan tempat itu, sementara vallerie hanya menggerutu.

"Kau menggunting mawar nenekmu?" Vallerie hanya menggaruk belakang kepala sambil tersenyum.

"Kau selain mesum ternyata kau juga bodoh." Ejek tiffany sembari memasuki kebun. Tidak terima diumpat dua kali vallerie berniat membalasnya, saat dia melihat kupu-kupu yang sangat cantik bewarna biru hinggap dibahunya. Ia menurunkan kupu-kupu itu, tapi entah kenapa dia terus menempel disana, hingga vallerie memberikan telunjuknya, dan terpikir ide konyol dikepalanya.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang