sembilan

247 28 4
                                    

Vallerie berjalan mengelilingi tempat itu. Suasana disana sangat akrab dengan pikirannya. Ia menatap hamparan bunga bewarna putih di hadapannya. Tersenyum miris bagaimana bayangan itu masih tersimpan rapi dalam ingatannya.

"Kau suka bunga apa val?" Tanya seorang gadis dengan mata sendu padanya. Vallerie hanya menggeleng karena ia memang tidak memikirkan apapun tentang bunga. Satu-satunya hal yang ia tahu tentang bunga adalah, bahwa ia tidak boleh menganggu taman neneknya kalau tidak ingin di paksa menanam ulang taman seluas satu hektar itu.

"Bagaimana denganmu, kau suka bunga apa?"

"Aku suka bunga ini." Ia menunjuk hamparan bunga di hadapannya. "Bunga lily."

"Lily? Bukankah bunga ini beracun?" heran vallerie.

Gadis itu terkekeh. "Bukankah dia sama sepertiku, cantik tapi beracun." Vallerie terkekeh.

"Kau mengakuinya." Senyum vallerie.

"Aaaakkkh!" Ringis vallerie saat cubitan mendarat di pinggangnya. "Selalin beracun kau juga berbahaya." Tawa vallerie.

"Ya, aku akan memberikan bunga ini padamu."

"Kenapa? Kau ingin membunuhku?"

"Kau tahu makna bunga ini?" Vallerie menggelengkan kepalanya. Gadis itu berjalan menuju bungan yang terhampar dihapannya. Memetik salah satunya dan kembali berdiri di hadapan vallerie.

"Kau telah membuat hidupku sempurna"

"Kau telah membuat hidupku sempurna"

Vallerie tersentak dari lamunannya mendegar suara disampingnya. Gadis itu menatap lurus pada mata vallerie begitu juga sebaliknya. Mereka tidak berbicara hingga beberapa saat. Seperti suasana ini akrab bagi keduanya.

"Itu makna dari bunga itu kan. Kau ingin memberikannya untuk tunanganmu?" Tanya gadis itu. Vallerie hanya diam saja.

"Kenapa kau berdiri disini?" Heran jessica.

"Bukan apa-apa, aku akan pergi sekarang." Balas vallerie dan seger berbalik.

"Val!" panggil jessica selanjutnya menghentikan langkah vallerie. Ia sangat akrab dengan panggilan itu. Hanya saja tidak seharusnya ia berbalik sekarang. Ia berbalik dan menatap jessica yang memetik bunga lily itu. Dengan bunga ditangannya, ia berjalan sangat pelan menuju vallerie dengan langkah pasti.

"Aku tidak pernah memanggil valen dengan nama depannya vallerie." Bisik jessica pelan.

Vallerie merasakan detak jantungnya semakin cepat. Mata membulat menatap jessica yang berdiri terang-terangan dihadapannya. Gadis itu tidak menunjukkan ekspresi apapun, namun jauh di dalam hati nya vallerie tahu bahwa jessica menahan rasa yang sama dengannya. Debaran yang kuat walaupun untuk alasan yang berbeda.

Jessica menaraih tangan vallerie dan meletakan bunga itu di tangan vallerie. "Kau telah membuat hidupku sempurna." Bisiknya di telinga vallerie hingga gadis itu mengambil langkah mundur. Namun jessica menahan tangan vallerie untuk tidak terlalu jauh darinya.

Sentuhan tangan itu masih terasa sama. Terlalu dingin dan kaku. Namun menghangat ketika jessica menundukkan pandangannya. Setitik air mata jatuh di atas kedua tangan yang saling menggenggam itu.

"Aku merindukanmu." Bisik jessica.

"Sicca..." Lirih vallerie. Gadis yang di panggil tidak mengangkat wajahnya. Sehingga vallerie menggunakan telunjuknya untuk membuat jessica menatap wajahnya.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang