Tiffany turun dari lantai kamarnya dan duduk di meja makan dengan pikirna penuh akan pertanyaan. Ia sadar bahwa sepenuhnya vallerie tidak berada dalam kondisi baik-baik saja. Ia ingin menunjukkan perhatian yang lebih padanya, hanya saja ia ragu untuk bersikap seperti itu mengingat bagaimana hubungan mereka sebelumnya.
"Ooo tuan muda, hari ini rancangan untuk cincin tunangan anda akan datang, apakah anda ingin saya mengurusnya?" Tannya kenapal pelayan Ahn.
"Ah, benar kau..."
"Tunggu." Potong tiffany tiba-tiba membuat vallerie dan kristal menoleh padanya. "Hmmm..bolehkah cncinya aku yang memilihnya sendiri?" Vallerie tidak bisa berhenti mengerutkan dahinya untuk megnerti apa yang sedang dipikirkan wanita ini, tapi tidak begitu dengan kristal yang tersenyum. "Hmm.. bagaimanapun kau hanya akan bertunangan dan menikah satu kali bukan? Setidaknya aku ingin merasakan seperti pasangan lainnya yang menyiapkan pertunagan mereka sendiri." Tiffany malu-malu saat mengatakannya.
"Aah, tentu saja nona, kalau begitu saya akan menghubungi perancangan bahwa anda ikut bergabung bersama kami nanti."
"Hmm, bukankah orang normal datang ketoko perhiasan dan memesan disana? Aku juga inigin melakukannya."Tifany menunduk merasa permintaannya terlalu banyak. "Kalau tidak bisa juga tidak apa-apa." Lanjutnya sadar bahwa semua orang terdiam.
"Tentu saja anda bisa nona tiffany. Kebetulan tuan muda vallen hari ini juga hanya memiliki jadwal pagi, jadi setelahnya anda bersamanya bisa ke toko untuk melihat-lihat." Lanjut kristal. "Benarkan tuan muda?" Kristal menyikut vallerie.
"Aaaahh, benar, nanti kau berangkat duluan saja, kita bertemu ditokonya. Kebetulan aku punya teman yang ahli dibidang itu." Tiffany mengangguk dan tersenyum. 'Oohhh.jantungku..kenapa berdetak lebih cepat sepert ini? Dia hanya tersenyum val..sadarlah kendalikan dirmu!' egas vallerie pada dirinya sendiri. "baiklah aku pergi dulu, oh nanti saat pergi aku hanya akan membawa kristal bersamaku, aku tidak ingn yang lain." Vallerie meninggalkan ruangan itu.
'kau benar-benar menyukai pengawalmu itu huh? Ooouuggghhhh bodohnya aku, inign merancang pernikahanku sendir? Apa yang ku pkirkan, bahkan dia saja tidak tertarik padaku.' Sesal tiffany.
Tiffany memasuki kamarnya, berkeliling sembari memilih baju yang akan dipakainya nanti, saat ia melihat kedinding dimana sebuah foto digantung. "Mungkin dua hari lagi aku akan bertunangan dengan kakakmu, kau tidak marahkan?" Tanyanya pada afoto vallerie. Foto itu tentu hanya tersenyum. "Kau tahu, aku tidak menebak apa yang ada dalam pikirannya, apakah dia menyukaiku atau tidak, tapi aku...sebenarnya aku juga tidak yakin, aku menyukainya atau tidak..tapi akusuka senyumannya. Tatapan matanya dan senyumnya persis sepertimu, aku suka dia seperti itu. Dia mengingatkanku pada seseorang, mungknkah aku menyukainya karena orang itu?"
Sebelumnya tiffany membuka lembari milik vallerie walaupun sebenarnya dengan tidak cukup enak hati. Ia menemukan sebuah foto antara dirinya dan si kembar ketika masih kecil. Saat itu ingatannya tentang gadis masa kecilnya kembali. Semenjak itu pulalah berbicara pada foto vallerie menjadi kesukaannya. Mungkin jessica benar, valen memeang menarik, tapi adiknya jauh lebih menggoda.
******
Tiffany berjalan dengan gaun pink diatas lutunya. Helss kebanggaan dengan warna senada dan sebuah headband dikepanya yang membuatnya semakin manis. Ia berjalan handal seperti model diatas catwalk yang mencuri perhatian banyak orang khususnya pria yang melihatnya. Ia mengumbar senyuman bulan sabitnya setiap mereka menatapnya, entah kenapa ia menjadi seramah ini. Ia sampai lebih dulu ditoko itu, dan tak lama setelahnya sebuah mobil Audi A8 berwarna putih muncul dan keluarlah sosok pria dengan kaca mata hitam dan setelah jas lengkap. Disisi lainnya seorang wanita jangkung tengah berusaha mendorongnya agar bergerak lebh cepat.
"Yak! Masuk saja!" Umpat krstal terus mendorong vallerie yang awalnya dia selalu beralasan untuk kabur dar tempat itu. Bahkan sudah mengurung dirnya dikamar mandi sebelumnya sampai kristal menariknya keluar dan mengikatnya dikursi penumpang.
"Heihs kau!" vallerie baru hendak memukul kristal, sebelum ia melihat tiffany. Akibat dorongan kristal yang terus menerus, ia tersandung, tapi kemudian dia berdiri dengan tegak kembali dan berjalan menghampiri tiffany. "Kau sudah lama?" Tanya vallerie menjaga tekanan suaranya yang sangat gugup. Tiffany menggelengkan kepalanya.
"Ayo liat-lhat bukankah disini banyak yang indah?" Kristal tiba-tiba menjadi lebih bersemangat. Ia terus berusaha agar vallerie berjalan disebelah tiffany.
"Oh lihat, ada makanan, sepertinya enak kalau makan siang dulu." Vallerie berusaha menarik perhatian kristal.
"Makanan?" Wajah kristal berbinar, tapi dia segera tersadar. "Aku keyang hari ini, kalau aku lapar, aku ingin makan cincin saja." Ucapnya sembari menarik tiffany menajuh, dikuti oleh vallerie yang kesal umpannya tidak berhasil.
Mereka berjalan menelusuri kaca-kaca dan tiffany berhenti disebuah cncin berbentuk satu hati yang dibagi dua. Ia sangat menyukainya hingga terus tersenyum melihat benda itu. "Bisa aku melihatnya?" Tiffany berbinar. Penjaga toko memberikan cincin itu kepadanya. "Bagaimana kalau yang ini?" Saran tiffany pada vallerie.
"Kurasa sudah banyak yang memilikinya, aku ingin yang ini saja." Vallerie menunjuk cincin yang permatanya mengelilingi bagian atas cincin seperti lilitan seperti mahkota bunga namun semuanya murni berbentuk permata. "Ini terilhat lebih mewah dan berkelas, juga elegan dan unik." Jelas vallerie.
"Tidak, kurasa gambar hati ini lebih menggambarkan tentang hubunngan cinta, dan tidak terlalu menonjol."
"Tapi aku tidak suka itu." Keduanya mulai berdebat.
"kau itu seorang pria! Bagimana bisa kau memilih sesuatu yang glamor seperti itu untuk kau gunakan. Aku tidak masalah menggunakannya, tapi bagaimana dengan image mu?"
"Aku?" Karena obsesinya melihat perhiasan, vallerie sampai lupa bahwa sekarang ini dia adalah valen, dan dia adalah seorang pria. "Siapa bilang aku akan membelinya untuk pertunangan, aku membelikannya untuk kristal. Yak kristal, kemari kau." Vallerie menarik kristal yang masih terperangah untuk lebih mendekat padanya dan memasangkan cincin itu pada jarinya. "Nah terlihat bagus untukmu, aku ambil ini ya?" Goda vallerie pada kristal yang bermaksud bahwa cincin itu untuknya, kristal hanya mencobanya saja karena ukuran jari mereka sama.
"Kau benar-benar!" Tiffany bernafas berat. Mata tiffany berkaca-kaca dan berlari keluar ruangan itu. Dia bahkan meninggalkan gedung itu dengan langsung turun kelantai dasar meninggalkan vallerie yang masih terperangah.
"Kenapa lagi dia?" Vallerie berbalik menuju pelayan di toko tadi.
"Tolong bungkuskan ini untukku, aku bayar dengan ini" Kristal buru-buru mengambil kartu kredit vallerie dan mengembalikannya kedalam dompetnya.
"Yak! Apa yang kau lakukan?" Keluh vallerie saat kristal memaksakan dompet itu untuk kembali kekantong belakangnaya.
"Kau ini bodoh atau apa! Cepat kejar dia!"
"What?! Kenapa aku harus mengejarnya?"
"Heish! Aku bisa gila! Aku tahu kau bodoh tapi aku tidak menyangka kau sebodoh ini! Dia itu menyukaimu! Apa kau tidak bisa lihat, bahkan orang buta dan terbodoh sekalipun tahu kalau dia sedang jatuh cinta padamu bagaimana kau tidak bisa membacanya."
"Dia menyukaiku? Aku vallerie dan bukan valen?"
"Tidak maksudku..." Kristal mengacak rambutnya, bingung bagaimanacara menjelaskan situasi ini. "Terserahsiapapun kau, yang penting dia menyukaimu. Sekarang cepat kejar dia." Valleie masih kebingunan disana. "Aku bilang kejar dia, apa kau mau tunanganmu membelikan cincin untukorang lain saat kau dan dia tengah memilih cincin pertunangan,itu yangdirasakan tiffany sekarang. Jadi kejardia sebelum aku mengembalikanmu ke Amerika karena kebodohanmu." Vallerie berlari keluar gedung. Ia menoleh kembali dan menoleh padakristal,benarkah dia harus melakukan ini, kristal menunjukan tinjunya danvellerie berjalan lebih cepat. "Hoossshhh, tidak adakah dari keluarga alanthas yang cerdas?" Rutuk kristal.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED
Fanfiction"Kenapa? Apakah matahari terbit dari barat hari ini?" Sambungnya. "Tidak tapi ku rasa otakmu agak sedikit bergeser ke barat. Apa kau terbentur sesuatu?" Ia bertanya sembari mengecek kepala gadis itu. "Kau juga tidak demam." Lanjutnya sembari me...