Sementara di sudut bangunan lainnya dua orang yang baru saja bebas dari kejaran media masa tehenti langkahnya mendengar teriakan tiffany. Kerumana orang ramai dan para penjaga yang berlari ke arah satu pusat membuat keduanya tidak berfikir terlalu banyak.
"Vallerie!" Tebak kristal. Ia berlari ketika melihat penjaga berlari ke arah yang berlawanan dengannya. Kristal meliaht ke bagian atas gedung dimana seseorang tengah berlari di kejar beberapa pengawal dari alanthas, kristal berlari terus masuk.
DOORR!! Tembarkan berikutnya teredengar. Dor..dor.. beserta tembakan yang lain dan pria itu tersungkur dilantai.
Tiffany membuka matanya melihat kristal berlari kearahnya dan seseorang yang sangat mirip dengan valen, tapi ia tidak bisa fokus pada itu, tangannya terus berlumuran benda berbau besi.
"Medis..aku butuh medis!" Kristal berteriak dan menggantikan tangan tiffany yang sedang menutupi lukanya.
"Bangun! Yak bodoh bangun!" Bentak kristal tapi dia tidak menunjukkan reaksi apapun.
"Val! Val!" Teriak kristal lebih frustasi.
"Tidak vallerie, tetap bernafas! Jangan mati ditanganku! Yak valleriene! Kau dengar itu! Bangun bodoh!" Tubuhnya terus terangkat saat alat pemacu jantung menempel pada tubuhnya.
"Tolong beri jalan nona." Petugas media berlari meningalkan tempat itu.
Kristal masih menangis dan seorang pria yang sangat mirip dengan valen atau lebih tepatnya valen sebenarnya sedang memeluknya. Tiffany terduduk disudut kursi ruang tunggu, ia masih memandangi tangannya yang sekarang sudah putih bersih seolah tidak terjadi apa-apa, tapi pikirannya tidak bisa melepaskan diri dari kekacauan ini. Seorang gadis tengah meregang nyawa didalam sana, karena dirinya dan dia sama sekali tidak tahu jika itu adalah seorang gadis.
"Apa yang terjadi disini?" Terdengar suara pria paruh baya masuk bersama isakan tangis seorang wanita lainnya. "Kenapa vallerie disini, bukankah dia belajar di Amerika?" Kristal diam saja.
"Tenanglah sayang." Ucap wanita itu mengusap punggung suaminya.
"Tiffany?" Terdengar suara yang sangat ingin didengarnya. Itu adalah orang tuanya, dan sudah pasti tiffany langsung menghambur kepelukan mommynya yang sengaja datang untuk menghadiri pertunangan putrinya, tapi yang ia dapat malah kekacauan ini dan kebohongan dari keluarga alanthas.
"Kau! Jika kau tidak menyukai puteriku, katakan padaku, jangan mempermalukan kami dengan kebohongan ini!" Teriak daddy tiffany sembari mencengkram leher sahabatnya itu.
"Sungguh aku saja tidak tahu apa yang terjadi disni.."
"Sayang.."
"Dad.. I wanna go home.." Lirih tiffnay.
"Of course..we are go right now baby.." Baru beberapa langkah tiffany merasakan pusing pada kepalanya dan tumbang. Seketika semuanya menjadi gelap saat itu juga.
'Hai ini pertama kalinya kita betemu, saya valen, senang bertemu denganmu.'
'Saya tiffany, senang bertemu...'
'Kiri milikku dan kanan milikmu!'
'Diluar sana masih ada penjaga, diam disini biar aku lihat keadaan...'
'Kau baik-baik saja?
'Okey, baiklah aku akan belikan ini untuk kristal...'
'No!'
Tiffanytersentak dari tidurnya. Dia terduduk dengan semua kilasan itu berada diotaknya. Ia bangun dengan nafas ngos-ngosan dan tubuh berkeringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED
Fanfiction"Kenapa? Apakah matahari terbit dari barat hari ini?" Sambungnya. "Tidak tapi ku rasa otakmu agak sedikit bergeser ke barat. Apa kau terbentur sesuatu?" Ia bertanya sembari mengecek kepala gadis itu. "Kau juga tidak demam." Lanjutnya sembari me...