TUJUH

155 22 1
                                    

Maafkan saya untuk mempublish bagian seperti ini, hanya saja ada beberapa alasan untuk melakukannya.  Jika para readers tidak ingin membaca part ini silahkan tinggalkan saja...terima kasih

***********

"Kristal! Apa kau menurunkan suhu AC? Kenapa kau menurunkan suhu AC di musim dingin kristal bodoh!" Gerutu sambil berguling kekiri dan kanan untuk mencari posisi hangat. Ia mendapati sosok disampingnya.

"Aissshhh!! Seharusnya kau memberiku selimut listrik ini dari tadi." Bentaknya sembari mempererat pelukannya pada 'selimut listrik' itu.

"Sunny, berapa kali kubilang jangan menggunakan kemeja saat tidur, kau bisa merusaknya." Tangan tiffany bergerak dengan sendirinya membuka kancing kemeja adiknya itu satu demi satu.

"Nah sekarang aku bisa memelukmu.." Ujarnya sambil mengeratkan pelukannya. Ia merasakan nafasnya mulai teratur dan ia kembali terlelap.

Matahari baru saja terbit, tapi dua orang yang tengah berbagi kehangatan dalam gudang penyimpanan makanan ini masih enggan untuk terbangun. Mereka seperti sibuk dengan pemikiran masing-masing. "Kris...berhenti menarik selimut!" Rancau vallerie.

"Sunny....berhentilah bergerak, aku ingin tidur.." Racau tiffany.

Bib..bib..bib... terdengar suara kode pintu dimasukkan dan beberapa saat setelah cahaya matahari memasuki ruangan itu. "TUTUP TIRAINYA!" Bentak keduanya bersamaan mengejutkan orang yang berdiri dipintu itu. Saking terkejutnya, dia berteriak membangunkan kedua orang ini.

"Aiissshhh..kenapa berisik sekali??" Vallerie bangun sambil mengacak rambutnya dan mengucek matanya.

"Tu....tuan muda..." Ujarnya ragu-ragu.

"Apa yang kau..." Tiffany terduduk dengan setengah sadar. Menyadari ada suara lain dan orang lain dikamarnya tiffany menoleh kepada orang disebelahnya dan orang lainnya yang berdiri dipintu.

"AAAAA!!!!" Teriaknya dengan suara dolpin hampir memcahkan semua botol anggur diruangan itu. Belajar dari kejadian sebelumnya, vallerie segera berdiri.

"Tunggu! Sebelum kau menuduhku macam-macam, ingat kita terjebak di ruang penyimpanan anggur semalam." Jelas vallerie sembari berkencak pinggang. Tiffany masih terlihat berfikir apakah vallerie mengatakan yang sesungguhnya atau tidak.

"Sudahlah, aku pergi!" Ia keluar dari gudang itu.

Tiffany masih melongo melihat vallerie pergi dengan kancing baju terlepas memperlihatkan perut kecilnya yang rata.

"Aku kan belum berterima kasih." Sungut tiffany sembari memayunkan bibirnya. Ia bangun dari posisi duduknya dan melihat jas vallerie. Ia ingat sepertinya sesuatu yang memalukan tengah terjadi semalam.

"Oh, val? Kau dari mana saja? Aku mencarimu semalaman."

Vallerie menatapnya tajam.

"Kau mencariku semalaman!" Ia menendang kaki kiri kristal.

"Kenapa kau tidak mencari di gudang penyimpanan anggur!" Ia memukul kepala kristal yang tengah setengah berlutut. Kristal terhuyung ke lantai.

"Kau menyebalkan! Bodoh!" Makinya sembari meninggalkan tempat itu.

"Val..." Panggil kristal setengah bernyawa. Vallerie menatapnya dengan tajam seperti bisa membunuh siapa saja saat ini.

"Kenapa kau tidak mengancingkan kemejamu?" Tanyanya melihat kemeja vallerie yang terbuka hingga kancing terbawahnya. Vallerie juga baru menyadarinya, ia menatap dirinya yang setengah terbuka, dan buru-buru menutupi tubuhnya. Mata membulat seiring pikirannya sadar, bahwa sesuatu yang besar tengah terjadi semalam. Ia segera memasuki kamarnya dan membanting pintu.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang