17. Ending?

289 29 5
                                        


Pelajaran kosong. Tanyakan pada pelajar manapun, bahwa setiap adanya kesempatan di situasi seperti ini, kelas akan berubah menjadi kisruh dan ramai. Suasana berubah menjadi panas dan gerah. Sebab, beradunya cekcok obrolan meja satu dan meja lainnya.

Di situasi begini, Ressa sangat malas dan ingin pulang saja. Rasa damainya melenyap. Ketenangannya terganggu, dan Ressa sangat mengesalkan itu.

"Res, anter ke kantin."

Rengekan Rani disebelah, membuatnya menegakkan tubuhnya.

"Belum istirahat Ran," kata Ressa mengingatkan.

"Dikit lagi kok, 5 menit lagi juga istirahat."

"Tetep aja ngelanggar aturan,"

"Ish, bilang aja kamu males anterin," Rani mengerecutkan bibirnya.

"Engga kok, astaga. Yaudah ayo aku anter," pasrah Ressa. Rani hanya tersenyum penuh kemenangan.

***

"Bentar ya, aku cuma mesen jus alpukat doang kok." Ressa mengangguk memperbolehkan Rani memesan minuman yang dia inginkan.

Sambil menunggu, Ressa melihat sekeliling kantin. Walaupun bel belum berbunyi, Ressa sudah melihat banyak murid yang hadir dalam rumah kantin ini. Tidak dipungkiri, bahwa orang-orang seperti merekalah yang tidak taat dan tertib pada peraturan sekolah. Ressa menggelengkan kepalanya

"Res...sa?"

Ressa menoleh saat teguran dari arah belakang mengagetkannya.

"Oh, Kak... Kak Tasya,"

Ressa tersenyum kikuk saat dilihatnya Tasya dihadapannya sekarang. Sudah lama saat terakhir kali Ressa menyapa Tasya.

"Rasanya udah berapa hari ya, ga liat-liat kamu. Kamu masuk sekolah terus, 'kan?" tanya Tasya sambil membimbing Ressa untuk duduk dikursi kantin.

"Ah, iya Kak. Aku masuk terus kok," kata Ressa agak canggung.

"Emm, eh, apa akunya aja yah yang sibuk sama tugas-tugas. Soalnya sebentar lagi aku ujian, hehe,"

Ressa mengangguk sambil tersenyum simpul.

Tasya memperhatikan gerak-gerik Ressa yang seolah tidak nyaman dengan obrolannya. Lantas bertanya,

"Kenapa? Canggung ya," Ressa mengerjap beberapa kali, "Gapapa kok, aku ga lagi bawa Kak Barra tenang, gausah kikuk begitu, hm?"

"Ahahah, engga kok Kak," Ressa beusaha mengelak apa yang menjadi benarnya karena Ressa sama sekali tidak nyaman bertemu Tasya bahkan untuk mengobrol begini. Rasanya tidak enak dalam situasi dan keadaan yang seperti ini.

Tasya sedikit terkekeh, "Kenapa? Kalian kan cuma berhenti sejenak, bukan pisah sebenarnya."

Ucapan Tasya membuat Ressa tertegun. Sejenak katanya? Apa maksudnya?

"Kalian hanya mengistirahatkan pikiran, tapi jalannya hubungan masih berlanjut. Kenapa harus terdiam berlarut-larut. Entah kamu, atau Kak Barra sama aja. Terlalu sering mengurung diri. Diamnya kalian itu menyeramkan, aku sampai ga punya cara buat mecahinnya."

Ressa tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya mendengarkan apa yang menjadi nasehat dari Tasya.

Penjelasan yang membuatnya bertanya-tanya, apa maksud dari berhenti sejenak? Barra jelas-jelas memintanya untuk berhenti.

Sejenak? Apa maksud dari kata itu?

"Ga perlu lama-lama untuk istirahat sebentar, kalian masih punya lembar baru yang perlu diisi dengan cerita kalian. Jangan terlalu banyak mengasingkan diri. Apalagi menghidari satu sama lain. Hm?"

Taciturn BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang