The Hills. [SLOW UPDATE]

Five.

"Oh, gak apa-apa. Lanjutin aja," ucap Carter tak acuh. "Sorry kalau gue ganggu." lanjutnya lalu ia berlalu pergi.

"Maaf Joss, gue tadi ga maksu--,"

"Udah lah, Kyl. Lupain aja, ok?" ucap Jossy setengah hati. Ia keluar dari balkon, lalu berkata, "Kyle, gue-- gue duluan ya. Night."

Kyle tidak menjawab. Ia membiarkan Jossy pergi ke kamar Sharon. Entah tujuannya tidur atau mungkin menghindar.

Atau mungkin, marah.

--

Joselinn's Pov

"Can we pretend that airplanes In the night sky are like shooting stars? I could really use a wish right now, wish right now, wish right now," 

"Suara kaka bagus. Kenapa gak jadi penyanyi?" Tanya Sharon. Aku menggeleng sambil tertawa. 

"Tidak ada bakat. Lagi pula, aku tidak tertarik di bidang tarik suara."

Sharon mengangguk. "Tadi aku lihat Kyle masih diam di balkon. Kakak, berantem?"

Aku, mungkin bisa dibilang agak sedikit terkejut karena pertanyaan Sharon. 

"Eum-- itu-- eh, Kyle bilang ia ingin merokok dulu di luar. Jadi aku duluan masuk ke kamar."

"Oh begitu." jawab Sharon singkat. Cewek itu menarik selimutnya keatas. "Kalau begitu, Sharon tidur dulu ya. Night."

"Night, Sharon."

--

"Sharon, Jangan merepotkan Jossy!" ucap Kyle. "

Aku tertawa, "Enggak kok, Kyle. Don't worry." ucapku. Sementara Sharon memeletkan lidahnya ke arah Kyle. Tanda meledek.

Ternyata aku bisa melewati satu malam dirumah ini, ditambah karena adanya kejadian kemarin. Rasanya aku malu. Bahkan aku kira, Kyle marah padaku. Tapi aku salah. Bahkan dia yang minta maaf soal tadi malam, dia yang menyapaku tadi pagi. 

Kyle memang sangat, baik

"Jossy?"

Aku tersadar saat Sharon mengguncang lenganku. "Ah, maaf."

"Ayo, aku tidak sabar untuk melihat rumahmu." ucapnya manja. Aku mengangguk sambil tersenyum. Senyum setulus dan semanis yang aku bisa.

"Okay-okay. Kyle, Carter, aku dan Sharon pergi ya. Bye."

Aku masuk ke mobil, membuka jendela dan melambai. Sharon pun melakukan hal yang sama. Kyle membalas lambaian kami. Hanya Carter yang diam.