Nine.

75 11 0
                                    

Handphone Jossy berdering di tengah malam. Samar-samar, cewek itu melihat Kyle yang tertidur pulas disampingnya dengan hanya memakai celana pendek. Kyle memang menginap.

Jam disebelahnya menunjukkan angka 02:22 malam. Jossy berdecak. Siapa sih, orang yang meneleponnya malam-malam begini? 

Dan benar saja, Jossy reflek memutar bola matanya ketika ia tahu siapa yang meneleponnya, Carter.

--

"Kau tahu tidak, aku harus pergi ke lantai dasar hanya untuk mengangkat teleponmu," Jossy berucap dengan nada sinisnya. Sadar karena tidur pulasnya diganggu, Jossy kesal sekali.

"Just calm down, okay? Aku ... hanya mau menanyakan soal Kyle. Apakah kau melihatnya?"

Jossy terdiam seribu bahasa. Mendadak, dirinya takut untuk jujur. Ia takut dengan fakta kalau Carter bisa marah atau bahkan atau Kyle yang marah. Jossy jadi gugup tiba-tiba macam orang habis selingkuh.

Dan sedang di interogasi, mungkin?

"Jossy kau disana, 'kan?"

"Y-ya, aku mendegarmu." cewek itu menelan ludah. "Memang ada apa? Aku tidak bertemu Kyle ... Aku juga tidak tahu ia di ... mana," Jossy berbohong.

"Tidak ada apa-apa."

"C-carter," Jossy, entah kenapa memanggil nama cowok itu. "Maafkan aku soal Sharon. Aku emosi, okay?"

Carter terdiam. Namun terdengar jelas kegaduhan nyata ditempat yang Carter kunjungi saat ini.

"Carter?"

"Apa yang membuatmu tiba-tiba minta maaf?" ledek cowok itu dengan nada Agak lembut namun ia juga terkekeh santai. 

Jossy ingin marah, namun pikirannya entah justru malah membayangkan wajah Carter saat ini. Entah pikiran masuk darimana. Tapi Jossy membayangkan kalau Carter akan jadi sangat manis. Suaranya saja, begitu.

Padahal dirinya kesal dengan orang itu. Setidaknya, mereka sedang tidak bertatap muka dengan langsung.

"Ya ... terserah kau."

Ingin marah tapi tidak bisa. Ini yang membuat Jossy tambah sebal. Kaki cewek itu semakin cepat bergerak di dalam air. Dasar pecicilan. 

"Oke. Aku paham. Sharon bilang juga besok ia sudah sekolah. Ada perubahan jadwal katanya," Carter berucap dengan nada yang biasa. Tidak seperti sebelumnya atau bahkan biasanya. Nada bicara Carter selalu dingin dan menusuk. Begitu pula omongannya. 

Itulah yang membuat Jossy merasa kesal kalau ada Carter. Namun entah kenapa kali ini berbeda. 

Ini adalah Carter yang manis. 

"Carter, ayolah lanjutkan giliranmu!"

Sebelum Jossy bisa membalas atau setidaknya, sebelum Cowok itu berpamitan, teleponnya sudah putus. Ah mungkin dia memang sedang sibuk. 

--


The Hills. [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang