Chapter 12: Would you--?

2.9K 199 4
                                    

Sesil melambaikan tangannya ketika mobil Revin bergerak meninggalkan gedung apartemen. Sesil memutuskan untuk mampir ke kedai kopi dekat apartemennya, namun seseorang menepuk pundaknya.

"Anda siapa?" Tanya Sesil saat melihat laki-laki berjas yang menepuk pundaknya.

"Saya mengantar surat ini atas suruhan Ibu Renata," jawab laki-laki itu sambil menyerahkan amplop coklat kepada Sesil.

"Surat? Baiklah, terima kasih." Laki-laki itu mengangguk lalu segera pergi menuju mobil yang berada tak jauh dari Sesil.

Sesil mengernyitkan dahinya sambil membolak-balikan amplop di tangannya. Kenapa harus surat jika Renata dapat menemuinya langsung? Ia menggedikan bahu acuh tak acuh lalu melanjutkan niatnya yang tertunda.

"Satu caramel macchiato," ucap Sesil memesan kopi kesukaannya.

Sesudah membayar dia menunggu pesanannya dengan duduk di salah satu meja dekat kasir, mata Sesil berpendar mengamati keadaan kedai kopi yang terlihat dipenuhi dengan pasangan yang sibuk bercanda tawa. Entah kenapa dia tiba-tiba memikirkan Revin yang tersenyum lembut, Sesil menggelengkan kepalanya.

"Ini pesanannya, Mba." Sesil tersenyum lalu mengucapkan terima kasih dan segera menuju apartemennya.

Sesil menekan tombol naik pada lift lalu bersenandung kecil sambil menunggu pintu lift terbuka, ponsel Sesil berdentang singkat menandakan ada pesan singkat masuk. Dia merogoh ponselnya sambil menyeruput cairan coklat tersebut.

Revin AN

Udah sampe apartemen?

Bentar lagi

Read

Revin AN

Oh

Beli kopi?

Itu tau

Read

Revin AN

Minum kopi terus ga baik

Banyakin air putih

Ck iya

Read

Revin AN

Besok pagi aku jemput

Mau apa?

Read

Revin AN

Nanti juga tau sendiri

Bawa jaket ya

Apa sih?

Dan tak ada tanda-tanda Revin akan membalas bahkan membaca pesannya, entah kenapa jantung Sesil berdetak tak normal menebak-nebak apa yang akan terjadi besok. Revin terlalu misterius hari ini, sekarang begini lalu sepuluh menit kemudian berubah lagi begitu seterusnya.

Begitu tiba di apartemennya, Sesil memutuskan untuk membersihkan apartemennya. Melupakan amplop yang berada di meja depan televisi bersama tasnya hingga dia tertidur karena kelelahan.

Same but Different (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang