dua belas (end)

2.2K 47 10
                                    

-Kenapa selalu ada yang mengoyak kebahagiaan saat senyum baru saja dimulai?-

Nia duduk dengan nafas yang berat, matanya pun masih belum terlepas dari foto cowok itu, yang sedang tersenyum lebar ke arah kamera. Jelas dia ingat, karena dirinya lah yang mengabadikan foto itu.

Nia memeluk foto itu. Sudah hampir sebulan dan dia masih belum bisa menerima kepergian cowok itu. Masih belum bisa menerima kalau cowok itu pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Ketukan pintu membuat perhatian nia teralih. Ia terdiam sebelum akhirnya seseorang memanggil namanya.

"kenapa ma?"

Mama nia tersenyum dan duduk di tepi kasur seraya mengusap puncak kepala putrinya. "ada temanmu di depan"

Nia beringsut menjadi duduk. "siapa ma?"

"mama gak tau. Kayaknya belum pernah ke sini. Katanya ada perlu sama kamu"

Nia terdiam. Mamaya ikut terdiam seraya memperhatikan nia. Ada sarat yang tidak bisa dijelaskan di dalam kedua bola mata itu.

"Kamu gak papa?"

"Gak papa, ma"

"ya udah samperin dulu temanmu. Kali aja penting"

Nia mengangguk dan turun dari tempat tidurnya.

Nia menuruni anak tangga dan berjalan perlahan keluar dari dalam rumah. Saat di ambang pintu utama, angin malam mulai menusuk kulit dan hujan pun belum berhenti mengguyur bumi. Nia menoleh ke kiri; tempat di mana cowok itu duduk.

"bagas, ada apa?" tanya nia to the point.

"gue nemu di rumah akbar. Karena ada tulisan nama nia. Ya, gue kasih lo" ujarnya sambil menyerahkan sebuah kertas yang sudah terlipat.

"apa ini?"

"nggak tau, gue pikir buat lo"

Nia menerima kertas itu dengan bingung.

"udah itu aja, gue balik dulu" bagas langsung bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam mobilnya.

Nia menatap kertas di tangannya dengan dahi yang sudah mengerut. Karena rasa penasarannya tinggi, akhirnya cewek itu memilih untuk membuka lipatan kertas. Dan tubuhnya langsung menegang. Kemudian dengan lemas, ia mendudukkan dirinya di kursi, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Dear nia,

Ketawa aja kalo lo mau ketawa pas baca surat ini. Tapi yang penting lo pahami semua kata-kata yang gue tulis di sini. Gue nggak bakal ngomong langsung karena lo nggak mau dengerin.

Gue mau minta maaf. Maaf karena mungkin sebulan yag lalu gue udah bikin lo kecewa karena tiba-tiba gue jadian sama riska. Bukan karena gue suka sama riska. Bukan, sama sekali bukan karena itu.

Dan lo harus tau kalo seharusnya sebulan yang lalu lo jadi pacar gue. Gue salah nyatain perasaan, ni. Gue salah naruh surat yang seharusnya buat lo malah gue taruh di bangku riska, kalo lo gak percaya tanya aja sama bagas. Cemen banget kan gue? Iya gue tau itu. seharusnya gue ngomong langsung, gak usah ngirim surat laknat itu.

Perasaan gue masih sama, ni. Masih sama kayak pertama kali kita ketemu. Walaupun lo gak mau ngomong sama gue, tapi gue tau, perasaan gue belum berubah. Masih buat lo dan mungkin slalu buat lo.

Udah ya jangan marah lagi karena gue udah mutusin riska. Kalo lo udah baca surat ini, kasih tau gue. Kirim chat atau apa biar gue tau. Nanti kalo ketemu jangan ngledek gue ya.

-Akbar

Nia menggenggam kertas di tangannya dengan kuat. Dadanya naik turun. Setitik air mata nia menetes dengan sendirinya. Untuk kesekian kalinya nia menangisi kepergian cowok itu.

Nia semakin meringkuk sambil mengumpat pada hatinya.

Teringat kembali pada hari itu nia duduk di depan pagar rumahnya. Menunggu akbar yang sedang di dalam perjalanan untuk menjemputnya. Akbar akan memberikan surat itu sekarang.

Nia melihat akbar yang baru saja berbelok ke arah gang rumah nia. Kemudian, Nia pun memutuskan untuk menyebrang supaya Akbar tidak perlu susah paya menyebrang lagi.

Namun tiba-tiba dari arah belakang akbar, muncul lah mobil dengan kecepatan tinggi. Di gang yang sempit tentu saja Akbar tidak bisa menghindarinya. Suara tubrukan yang kencang dan darah pun megalir di jalan. Iya, itu suara dan darah yang berasal dari akbar.

Nia langsung berlari kesetanan, menghampiri akbar.

"akbar!"

Nia berusaha membantu akbar yang sedang lemah. Tetapi disaat lemah pun dan tatapannya terlihat buram, akbar masih seakan-akan menjaga nia melalui tatapan yang tidak terlepas sedetik pun dari Nia. Sambil tersenyum tipis sebisanya.

Nia yang sangat khawatir lalu menyuruh keluarganya untuk menelfon ambulance selang beberapa menit ambulance datang. Tatapan akbar mulai buram, tubuhnya pun semakin terasa sakit sehingga ia tidak dapat untuk menyampaikan apapun pada Nia.

Nia terus berdoa untuk keselamatan akbar dan berusaha untuk tidak panik. Nia menguatkan akbar melalui sentuhan tangannya. Akbar yang ingin menyampaikan sesuatu selalu tertahan oleh rasa sakit yang luar biasa.

"Akbar plis. Bertahan. Gue bakal maafin lo sekarang. Bar tahan. Udah hampir sampai" Kata Nia menguatkan Akbar.

Semakin lama mata Akbar semakin berat. Begitu juga senyumnya. Semakin lama semakin tipis. Hingga Akbar pun menutup matanya dan senyuman itu perlahan hilang.

"Akbar bangun, plis buka matamu. Setelah ini kita akan seperti dulu. Aku janji. Akbar aku sayang kamu. Plis bertahan. Aku tau ini sakit tapi plis bar plis aku rindu kamu." Tidak ada respon apapun dari Akbar.

Hingga sampailah di rumah sakit. Nia terus saja menguatkan Akbar meski tidak ada respon apapun. Apapun yang ada di hati Nia, ia curahkan semua berharap akbar bangun dan mendengarnya.

Dokter pun membawa Akbar di ruang UGD. Nia duduk di kursi depan ruangan. Nia menundukkan kepalanya. Menumpahkan tangisnya.

"Maaf, pasien tidak dapat kami selamatkan" kata dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.

Tangisan Nia semakin menjadi-jadi seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter.

Nia mengambil handphone dari saku celananya.

Raniaa: gw udah baca surat lo, bar. Ayo ketemu, gw kangen. Pas ketemu nanti gw janji gabakal ngledek(:

Air mata gadis itu lagi-lagi terjatuh sampai ia tak sadar kalau ada seseorang yang menepuk punggungnya.

"Kamu belum bisa ngelupain akbar ya, ni?" tanya mama nia.

Nia terdiam.

"Mama tau rasanya susah buat ngelupain orang yang kita sayang Tapi, kamu gak boleh gini terus. Kamu harus bisa mulai membuka hati buat orang lain. Kalo akbar tau mungkin sekarang akbar juga ikut sedih" nasehat mama nia.

Kemudian nia memeluk mamanya dan menumpahkan semua air mata dan kesedihan di bahu milik mamanya tersebut.

***
SELESAI🎉
ululu gak baper ya? udah abis kok ceritanya🙋 tinggal nunggu nianya aja kpn mau moveon😜

-Because I Love You- [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang