1. Kegagalan Bertindak

10.5K 649 23
                                    

Ketika sampai di depan gerbang rumah sakit, Kinan langsung berlarian menuju ruangan pasien yang akan segera ia tangani. Sebenarnya tugasnya telah selesai sejak sore tadi, tapi karena keadaan yang tak bisa diprediksi, hal itu mengakibatkan dia harus kembali dan bertindak. Usai menerima panggilan dari salah satu perawat, nuansa kegembiraan yang ia rasakan ketika berada di bianglala itu mendadak sirna.

Kini raut wajahnya benar-benar berubah menjadi khawatir. Takut dia tak bisa bekerja semaksimal mungkin yang akan membuat keadaan semakin memburuk. Kinan kini memasuki ruangan pribadinya, dia berganti pakaian menjadi pakaian serba steril. Melepaskan segala aksesoris yang ia gunakan termasuk cincin pemberian dari Satria.

Wanita itu memandang dirinya di depan cermin. Dia berusaha mengumpulkan keberaniannya atas tindakan yang akan ia ambil kali ini. Langkahnya tergesa-gesa ke dalam ruangan ICU itu.

Ketika sampai disana ada dua orang perawat serta seorang dokter yang sudah menunggunya.

"Kenapa bisa terjadi komplikasi seperti ini?"tanya Kinan yang benar-benar khawatir.

Tidak ada yang menjawab satupun. Melihat reaksi yang sama sekali tak menanggapi, akhirnya Kinan menginstruksikan untuk melakukan operasi saat itu juga.

"Dokter Rani, bantu saya melakukan operasi ini."perintah Kinan dengan singkat.

Mendengar instruksi itu, nama nya yang disebut hanya terkejut. "Sa-saya?"

"Kamu bantu saya sementara, karena Dokter Belinda tak ada,"kata Kinan kembali.

Usai diputuskan, mereka kini bertindak dengan cepat. Yang tidak berkepentingan dipersilahkan keluar ruangan ICU. Kinan menarik napasnya dalam, dia harus bekerja ekstra kali ini. Kinan menyiapkan perlengkapan dirinya, dia harus menangani segera mungkin karena sudah terjadi luka robek pada bagian perut.

Kinan menyuruh perawat untuk menyuntikkan biusan kepada pasien. Setelah obat bius itu bekerja, dia mulai melakukan pekerjaannya. Kinan membelah bagian perut pasien itu, ketika dibuka sudah benar-benar terjadi komplikasi.

"Sudah terjadi komplikasi, pastikan kalau semua berjalan lancar, kita akan segera mengatasi ini."kata Kinan dengan yakin.

Semua yang bekerja dengannya mengangguk mengerti. Kini dia mulai menjalankan tugasnya, membuat komplikasi itu terhenti. Kinan bertindak. Peluh kini memenuhi keningnya, suasana dingin serta mencekam semakin terasa, salah satu rekannya membantu mengambilkan alat serta lainnya membantu Kinan menghilangkan peluh di keningnya. Sementara Dokter Rani, yang baru saja bergabung menjadi tim nya menjaga kestabilan tubuh pasien akan keadaan yang tak bisa diprediksi.

Awalnya semua berjalan lancar, pasien ini mengalami keadaan yang semakin membaik. Penanganan yang dilakukan Kinan berjalan dengan lancar tanpa kesalahan sedikitpun. Kini tinggal merapikan kembali hasil kerjanya. Kinan mulai mengakhiri tugasnya dengan menjahit bagian badan yang sengaja ia belah. Ketika benang jahitan mulai bersatu dan hampir selesai, pasien itu mengalami kejang-kejang seakan salah melakukan penanganan.

"Apa pasien memiliki alergi?"tanya Kinan dengan tanggap.

Salah satu rekannya menjawab. "Tidak ada, dokter."

"Tidak biasanya hal ini terjadi."balas Kinan yang tak kalah khawatir.

Belum juga membuat keadaan pasien membaik, bunyi detak jantung pasien itu seakan berhenti. Mata Kinan sontak saja langsung melihat kearah monitor, tak ada lagi gambaran detak jantung yang tergambar disana. Hanya garis lurus disertai bunyi dengung panjang.

"Siapkan alat pemacu jantung, keadaan darurat."perintah Kinan tegas.

Dengan bantuan alat pemacu detak jantung itu dia berusaha menyelamatkan nyawa dari pasien ini. Satu demi satu ia lekatkan benda itu agar mengagetkan sehingga membuat jantung pasien kembali berdetak. Tiga kali ia lakukan, percobaan serta tindakan yang ia lakukan telah gagal. Pasien itu tetap saja tak mau kembali. Jantung pasien itu sudah terhenti.

Even If Time PassedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang