Happy reading heheJangan lupa play media youtube nya ya hehe
Harus.
***
Hari berlalu begitu cepat, segala hal yang mengejutkan kemarin sedikit demi sedikit pudar dari pikirannya. Kinan sendiri yang membuat sugesti melupakan kejadian itu, namun tetap saja bak tinta permanen, kejadian itu sulit ia pudarkan dengan cara cepat.
Kinan kali ini mendapatkan jadwal tugas malam. Biasanya suasana ruangan ramai dengan coletehan serta obrolan tidak jelas dari Bella, namun berhubung temannya itu masuk pagi, sehingga ia tak bertemu.
Kinan membenarkan rambutnya yang berantakan, walau ia tak peduli dengan penampilan, setidaknya ia harus mencerminkan bagaimana sikap seorang dokter yang baik. Harus rapi dan juga terlihat profesional. Kinan menelungkupkan wajahnya. Biasanya kalau masuk malam, jarang sekali terjadi hal-hal yang mendadak.
Ya meskipun begitu, kapanpun ia harus siap dalam melakukan tugas.
Kringg!
Telepon yang ada di ruangannya berbunyi. Kinan langsung mengangkat nya karena terhubung dengan unit gawat darurat yang berada di lantai satu.
"Iya?"jawab Kinan sigap. "Saya akan kesana, persiapkan segala peralatannya."
Kinan bergegas menuruni lantai dengan menggunakan tangga darurat. Selepas mendapatkan telepon dari pusat bantuan, ia langsung mempercepat langkahnya agar korban yang berada di unit gawat darurat bisa ia segera tangani. Dari tangga itu, Kinan samar-samar mendengar suara hujan yang sepertinya turun.
Kinan menarik napasnya, mungkin kali ini ia akan disibukkan dengan pekerjaan.
Sampai di ruang unit gawat darurat, Kinan cepat menghampiri korban yang tengah kesakitan menunggu kedatangannya. Kinan menyiapkan peralatan yang ia bawa sendiri. Matanya langsung menebak, orang-orang ini banyak sekali terkena luka tembak.
Kinan menghelakan napasnya. Ketika mata itu kembali ia lihat. Lelaki itu memegangi perutnya tanpa meringis kesakitan sedikitpun. Matanya menatap lurus Kinan yang sedang mematung sejenak. Karena harus menaruh rasa profesional, Kinan lalu bergegas membersihkan luka itu.
"Kau tak ingin bertanya?"
Kinan ragu menjawabnya. Dia cuek dan tetap teguh bersikap profesional. Kali ini ia tengah mengobati luka lelaki ini, jadi dia tak perlu berlebihan.
"Argh!"ringis Satria ketika cairan obat itu perih mengenai lukanya.
"Kau terlalu banyak bergerak, sehingga kau sendiri yang membuatnya jadi terasa sakit."balas Kinan dingin.
Satria tersenyum kecil. Dia kini diam memerhatikan cewek di depannya sibuk sendiri. Ada rasa lain, sekaligus perasaan yang campur aduk. Dulu, dulu, dan dulu. Satria tidak salah jika ia mengingat tentang dulu, hanya saja rasanya aneh ketika mengingat kenangan dulu sendirian seperti ini.
"Maaf sudah merepotkanmu malam-malam begini,"sahut Satria mencoba menciptakan pembicaraan.
Kinan mengiyakan dengan singkat. "Ini tugasku,"
"Ah ya, ini memang tugasmu. Mengobati orang lain, bukan?"
"Hm,"
Satria berpikir sejenak. Cewek ini selalu menjawab obrolan kecilnya dengan singkat sekaligus seperti rasa tak tertarik sama sekali. "Maaf,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Even If Time Passed
Chick-LitSEKUEL DARI CERITA OK CAPTAIN "Yang saya butuhkan hanya satu orang yang bisa memahami dan mengerti saya. Hanya itu,"