9. Tugas

5.4K 499 14
                                        

Satria melihat ponselnya. Sejak dini hari, ponselnya terus saja berbunyi. Begitu membuka kunci layar, terdapat beberapa notifikasi yang masuk. Pesan yang kemungkinan berisi tugas dadakan dari atasannya.

Jendral Prasastyo
Pastikan kau mengikuti pendidikan itu, sebagai seorang tentara, kau juga harus memiliki pengetahuan yang luas.

Read

Satria kini melirik jam dindingnya. Hampir pukul tujuh pagi. Lelaki itu langsung bergegas mempersiapkan diri. Akan ada upacara apel pagi ini, dan dia belum juga menyiapkan apapun.

Saat Satria tengah berada di kamar mandi, tiba-tiba saja rekannya yang sudah rapi itu masuk ke dalam apartemen nya lalu menyalakan pendingin udara. Bertahun-tahun mengenal, sikap dari Aryo tak juga berubah. Teman satu akademinya itu masih sering menganggunya, bedanya Aryo kini telah menikah.

Bahkan orang selalu Satria anggap konyol itu mampu mempertahankan pernikahannya, tak seperti Satria yang kini malah menjadi duda.

"Sat? Lo baru bangun?!"teriak Aryo yang kini mengelilingi penjuru ruangan mencari tau dimana keberadaan pemilik apartemen itu.

Satria yang tengah berada di dalam kamar mandi menyahuti dengan keras. "Gue kesiangan,"

Usai mendengar jawaban dari Satria, Aryo kini menuju dapur. Dia mencari cemilan yang ada di dalam sana. Biasanya jika Aryo memeriksa kulkas, artinya lelaki itu sedang mengalami pagi yang buruk. Kemungkinan istri Aryo tengah merengut sehingga Aryo yang ingin mengisi perutnya harus mencari cemilan dari kulkas orang lain.

Usai mendapatkan cemilan yang ada disana, Aryo kembali ke ruang depan menonton berita sebentar.

"Berantem lagi?"tegur Satria ketika sudah berganti pakaian memakai seragam namun rambut lelaki itu masih terlihat berantakan.

Aryo mengangkat bahunya. "Entahlah, dari semalem Silvia diemin gue."

"Terus apartemen gue jadi pelampiasan gitu?"

Aryo tertawa singkat. "Cuman disini kan banyak makanan sama cemilan."balas Aryo.

"Eh disini juga banyak sampah! Sat, gue tau lo itu sempurna dan selalu diidamkan wanita, tapi lihat deh. Cewek juga males pacarin lo kalo begini."protes Aryo yang kini ikutan mengomentari keadaan apartemen yang Satria tinggali.

Satria melempar handuk yang ia gantung di lehernya ke arah Aryo. Mata lelaki itu langsung memicing kesal. "Sialan,"

"Ayolah, lo itu ganteng, mapan, juga pinter. Cewek juga mau sama lo. Asal satu hal, lo juga mau kenalan sama mereka. Bukannya nolak mentah-mentah,"

Satria mengambil tas hitamnya. "Bodo amat,"

"Anak gue aja udah empat tahun. Dan lo masih sendiri. Nungguin siapa?"

Satria diam. Lagi-lagi Aryo selalu mencecarnya dengan permasalahan ini. Ah, sudahlah. Satria malas berdebat pagi-pagi seperti ini.

"Tuhkan pura-pura cuek. Nanti baru tau rasa sendiri. Cowok itu butuh wanita buat mengurusnya. Ada manfaatnya, Sat. Salah satunya ini apartement nggak berantakan lagi."

Satria menarik napasnya dalam. Sembari memakai jam tangan, dia menjawab segala debatan dari Aryo. "Susah, Yo. Nggak gampang."

"Kenapa? Karena Kinan Amarani? Dia sendiri kan yang minta pisah, yaudah, lupain aja. Gampang,"

Even If Time PassedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang