6. It's a secret

5.4K 476 10
                                    

Kinan mengantri.

Akhirnya dia kemari sendirian dengan mengendarai kendarannya sendiri. Kinan sengaja menaiki scoopi miliknya lalu melesat ke tempat ini.

Kalau bukan karena niatnya untuk liburan ke Korea, ia juga tak repot-repot kembali lagi ke tempat ini. Kinan menghilangkan paspor yang pernah ia buat secara tak sengaja, mau tak mau daripada ia rugi karena sudah membooking perjalanannya sejak lama, akhirnya cewek itu kembali lagi untuk membuat paspor.

Kinan mengipas-ngipaskan dirinya. Pendingin ruangan yang ada disini juga tak terasa saking banyaknya orang yang ada. Sederet kursi tunggu penuh dengan orang-orang yang juga hendak membuat paspor sama seperti dirinya. Kinan menarik napasnya lelah, jika bukan nasib sial, dia tak akan kemari dan tinggal duduk manis menunggu keberangkatan nya.

"Mbaknya dari jam berapa disini?"tanya ibu paruh baya yang duduk tepat di sebelahnya.

Kinan menoleh ramah. "Oh, saya baru. Baru juga duduk disini..."katanya lalu melihat jam tangannya. "Sekitar lima belas menit yang lalu,"

"Saya dari pagi belum dilayani sama sekali. Lagi rame, Mbak. Pada mau liburan akhir tahun jadi pada bikin paspor,"

Kinan terkekeh pelan. "Dari pagi?"

"Katanya sih tadi denger mau bikin loket lagi, tapi sampai sekarang nggak dibikin juga."jelas Ibu itu lagi.

Kinan menggaruk kepalanya heran. "Duh, jadi makan waktu begini ya? Biasanya beberapa jam juga jadi, Bu."

"Adeknya kerja memang?"

Kinan mengangguk lagi. "Saya dokter, Bu. Baru kerja di rumah sakit Puri Kusuma sejak tiga bulan yang lalu, sebelumnya saya masih di rumah sakit negeri,"

Ibu itu terkejut sambil tertawa pelan. Pasalnya dilihat dari wajah dia tak terlihat seperti seorang dokter. Makanya orang-orang sering mengira nya Kinan masih menuntut ilmu sebagai seorang mahasiswa.

Ya, wajah serta penampilan Kinan masih seperti anak kuliahan. Dia memang tak pernah bergaya, hanya saja ukuran tubuhnya yang langsing dan juga cantik membuatnya terlihat awet muda meski sudah menyandang status janda.

"Ibu kira adek ini kuliah,"

Kinan menggeleng. "Saya udah kerja, Bu. Malahan umur saya bukan anak muda lagi."

"Ah masa, si enengnya masih cantik."

Kinan tersipu malu. "Ibu bisa aja,"

"Kesini sama pacar?"

Kinan menggeleng lagi. "Sendirian, Bu. Pacar saya tidak punya."

"Wah, padahal nengnya cantik yah. Kalau di deketin sama cowok pasti banyak nih? Apalagi kan dokter rumah sakit pada ganteng-ganteng sama putih-putih."

Kinan terkekeh lagi. "Saya masih trauma, Bu."

Seakan tak ingin berhenti berbicara dengan Kinan, ibu itu selalu saja menghadirkan pertanyaan-pertanyaan basa basi. "Galau pernah diputusin?"

"Pernikahan saya berakhir dengan perceraian, makanya masih trauma."

Ibu itu kembali tercengang. Bahkan ketika mendengar alasan Kinan barusan, rasanya ibu itu menganggap Kinan hanyalah bercanda. Tapi semua itu memang benar, pernikahannya benar-benar kandas tanpa alasan yang jelas. Yang Kinan ingat, mantan suaminya berubah dan secara tiba-tiba Kinan menggugat perceraian kala itu.

Even If Time PassedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang