12. Salahkah kembali?

6K 512 54
                                    

Happy reading hehehee dannnnnnn selamat hari mingguu!




















Pagi ini diawali oleh hujan.

Sejak semalam, derasnya hujan seakan tak mau berhenti, padahal hari ini masih hari kerja yang tentunya akan membuat semangat pekerja menjadi berkurang. Lampu kamar itu masih terlihat gelap. Sengaja dimatikan semalaman, begitu cara wanita itu tidur. Mematikan lampunya dalam gelap agar membuatnya terpejam lalu terbawa dalam mimpi. Akhir-akhir ini memang hujan sering kali turun ketika pagi buta seperti ini. Matahari belum sepenuhnya terbit, namun derasnya hujan secara tak langsung membangunkannya.

Kinan meraih selimut yang berantakan jatuh dibawah. Dia mengambil selimut itu lalu mendekapnya agar merasa hangat. Seharusnya ia belum terbangun pagi buta seperti ini, belum jam tiga pagi. Dia terbangun hanya karena merasa kedinginan.

Kinan menghelakan napasnya. Dia tau ini masih pagi buta, sayangnya matanya sama sekali tidak mau terpejam lagi. Meski dipaksakan, tetap saja.

Mau tidak mau, Kinan menyalakan lampu kamarnya yang sebelumnya mati. Terbangun awal seperti ini akan sulit lagi tidur kembali. Daripada ia akan datang terlambat, lebih baik ia menunggu pagi dengan terjaga.

Merasa bosan, Kinan mengecek ponselnya. Namun ada notifikasi yang mendadak membuat Kinan menjadi tersentak.

Bella : Berita bagus sekaligus kesempatan yang harusnya lo manfaatin.

Bella : Satria, si tentara itu. Dia minta nomor lo sama gue.

Bella : Sebagai teman yang baik, gue kasih, ya itung-itung kali aja dia bisa buat lo terbuka ye nggak?

Read

Kinan memijat pelipisnya. Apa yang baru saja ia terima? Satria mendapatkan nomornya dengan mudah seperti ini? Kinan menarik napasnya, ia merutuki dirinya sendiri yang sengaja menutupi tentang hubungannya dengan Satria sebelumnya. Tak banyak yang tahu jika ia pernah menikah.

Terutama rekan rumah sakit dimana ia bekerja ini. Karena masih tergolong baru, tentunya ia masih menutup diri.

"Salah siapa sih ini sebenarnya?" lirih Kinan pelan ketika menyadari sedikit demi sedikit tentang kebetulan ini.

Mendengar nama lelaki itu saja sudah membuatnya benci. Ya, jika saja Satria memang sengaja meminta nomornya, toh nanti Kinan bisa mengabaikan lelaki. Berpura-pura seperti tak terjadi apa-apa.

Lalu terlanjur rasa penasaran itu menghampirinya, Kinan menggulirkan layar aplikasi pesan ponselnya. Memastikan sesuatu. Tidak, Kinan bukan merasa penasaran, hanya saja jika memang lelaki brengsek itu berusaha memperbaiki, dia bisa mengantisipasi.

Agar tak terjatuh dalam luka yang sama. Luka akibat lelaki brengsek itu.

Matanya membulat. Pesan masuk dari nomor yang tak ia kenali ada di ponselnya. Dikirimkan dua jam lalu.

+6284674xxxx
Apa kabar?
Ah, kau selalu baik-baik saja. Aku tau ini sedikit menganggu, tapi aku hanya ingin memberitahu kamu sesuatu.

Kalau aku, tetap akan berusaha memperbaiki semuanya. Aku ingin berteman baik denganmu. Apakah itu salah?

Kinan terkekeh malas. Lagi-lagi lelaki ini memuakkan. Untuk apa dia memberitahu kalau ingin memperbaikinya? Bodoh, itulah yang saat ini Kinan pikirkan.

Even If Time PassedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang