Kinan menghentikan scoopi nya ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Helaan napas ia keluarkan lagi, sudah bangun kesiangan kini ia harus berkutat dengan pengguna jalan lain. Oh andai saja pembangunan jalan ini tak ada, tentunya ia bisa lancar kesana kemari tanpa harus bermacet-macetan.
Kinan melirik jam jalan raya. Ah rasanya jarum panjang jam itu bergerak begitu cepat. Meski begitu kenapa pula lampu merah ini tak mau berubah. Kinan berdecak kesal. Sudah kena omelan, kini ia harus siap kena omelan lagi. Beruntung nasibnya tak sampai kena pecat soal kejadian kemarin. Saat Kinan sudah menyerah dan bayangan pengangguran begitu kuat, nyata nya Tuhan masih memberikan nya pekerjaan sebagai dokter.
"Gue lagi di lampu merah. Macet banget, asli."gerutunya ketika ada sebuah panggilan masuk dari salah satu rekannya.
Dari sambungan telepon saja orang itu sudah menceramahi Kinan dengan berbagai ocehan. Bella, teman sekaligus rekan kerja nya dari nol sengaja memberikan ocehan. Bayangkan saja, baru juga diberikan kesempatan, Kinan malah bertindak ceroboh untuk kesekian kalinya.
"Ini macet, ada polisi pula."
Ya lo pacarin aja polisinya biar bisa nerobos. Buruan, kalau sampai Pak Andri tau kalo lo bermasalah lagi, karir lo bakalan runtuh beneran.
Kinan berdecak sebal. Lampu itu tak juga berganti warna. "Gue juga nggak mau kesiangan, ini karena gue lupa ngatur alarm."
Buruan deh, gue nanti yang akalin gimana biar lo nggak kena omelan.
"Gue baru sampai di pertigaan jalan raya, masih jauh banget ke rumah sakitnya. Ini lagi pake segala ditutup jalan yang biasanya. Gue kan jadi tambah kesel,"
Buruan kesini, telat banyak gue nggak bisa nolong sama sekali.
Sambungan panggilan itu terputus. Kinan buru-buru mengantongi telepon genggamnya lagi lalu bersiap mengendarai scoopi-nya. Sedetik kemudian lampu berubah menjadi kuning, lalu hijau. Kinan langsung menancapkan kecepatan mengendarai nya dengan tinggi. Dia tak ingin telat lalu terkena masalah lagi.
Hidupnya sudah cukup dengan masalah, jika ditambah lagi ia tak yakin bisa bernapas esok lagi atau tidak.
"Lampu merahnya lama amat, lah ini udah mau merah lagi, brengsek."cetus Kinan sendiri.
Kinan semakin mempercepat kecepatan kendarannya, dan bam! Lampu kembali berwarna merah.
"Sialan, merah lagi."katanya sebal.
Kinan menoleh kaca spionnya. Di belakang sana ada mobil hitam yang tak henti membunyikan klakson. Wajar saja mobil itu marah, Kinan menghentikan kendarannya yang membuat mobil itu tak bisa berbelok mengambil lajur kini. Zebracross dipenuhi oleh kendaraan roda dua, dan Kinan tak mau lagi harus terkena macet. Mau tidak mau dia harus menghentikankan scoopinya di barisan paling depan.
Kadang macet bisa membuat orang kesal. Jika ditambah sikap sepele sedikit, rasa kesal itu akan berubah menjadi amarah. Kinan sudah bersabar dan pura-pura nggak denger, tapi tetap saja mobil itu mengklaksoni dirinya.
Kinan menoleh, dia memang salah karena menghalangi jalan. Tapi ketika padat seperti ini, dia juga bingung harus bergeser kemana.
"Saya mau maju ke depan nggak bisa mas, penuh sama motor."balas Kinan dingin.
Bapak-bapak angkuh yang ada di dalam mobil itu hanya melihatnya sekilas. Cih, angkuh sekali. Sendirian tapi menggunakan mobil satu yang memakan banyak jalan. Kenapa juga bapak-bapak itu tak naik transportasi umum saja. Sekalian mengurangi orang angkuh didunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Even If Time Passed
ChickLitSEKUEL DARI CERITA OK CAPTAIN "Yang saya butuhkan hanya satu orang yang bisa memahami dan mengerti saya. Hanya itu,"