Ketika sampai di dalam kamarnya, Kinan langsung merebahkan diri di atas tempat tidur. Matanya sengaja dipejamkan. Kantuk selalu saja ia rasakan setiap kali dekat dengan kasur nya sendiri. Wanita itu menarik napasnya perlahan, hidupnya terasa berbeda sejak dua tahun yang lalu. Bahagia yang ia rasakan terlanjur berubah menjadi kekecewaan.
Namun bukannya tenang menghadapi mimpi, wanita itu malah teringat akan masa lalunya.
"Brengsek lo, Satria."desisnya lalu segera membuka matanya.
Tentunya harapan kosong itu datang lagi. Dulu ketika dia belum mengerti bagaimana menjalin suatu hubungan yang serius, dia percaya kalau Satria adalah jodohnya. Lambat laun mimpi itu menjadi nyata. Kinan menikah dengan Satria usai wanita itu mendapatkan gelar sarjana kedokteran.
Hal itu Kinan semakin yakin, meski hubungan jarak jauh itu sempat terkendala, nyata nya Kinan masih baik-baik saja. Dia senang melakukan komunikasi dengan Satria melalui sambungan internet, dia senang menunggu Satria ketika akan kembali ke Indonesia, dan dia senang memiliki Satria, cowok tentara yang ia taksir sewaktu SMA dulu.
Hari-harinya bahagia ketika Satria dipindah tugaskan ke Jakarta. Mereka akhirnya sering bertemu. Satria sering memberikan hal-hal yang romantis, termasuk hatinya dan dirinya. Satu tahun hubungan mereka baik-baik saja, tanpa dihadapi oleh suatu masalah satupun.
Memang, pernikahan mereka tergolong muda. Tapi hal itu tidak mengecilkan keyakinan Kinan akan Satria sebagai pendamping hidupnya. Kinan bahagia dengan Satria. Bahkan berkali-kali Kinan jatuh hati kepada lelaki itu.
Sayangnya ketika mendekati tahun kedua, ekonomi keluarga mereka berantakan. Satria selalu membawa masalah pekerjaannya ke dalam rumah, tak ada senyum hangat lelaki itu lagi ketika ia tunggu kepulangannya, Satria menjadi lebih cuek.
Kinan tentunya paham. Kala itu memang sedang terjadi berbagai masalah di pekerjaan suaminya itu. Kinan tentunya bersabar. Dia berusaha mengerti lelaki itu dengan caranya sendiri. Namun mengingat umur pernikahan mereka yang cukup muda.
Akhirnya, Kinan menyerah. Keduanya resmi bercerai satu tahun yang lalu.
Hingga detik ini hubungan keduanya lost contact. Kehidupan masing-masing mulai mereka berdua jalankan usai sidang putusan, Satria tak pernah lagi menanyai kabar Kinan, begitupun sebaliknya. Kinan menahan gengsi untuk rindu pada lelaki brengsek itu.
"Aishhh, kenapa sih dia lagi dia lagi."gerutu Kinan kesal sendiri.
Saat hendak mengambil minuman untuk menghilangkan gugup, Mia masuk dengan terbirit-birit ke dalam kamar Kinan. Langkah sahabatnya itu terkesan panik bercampur penuh tanda tanya. Mia duduk di tepi kasur, Kinan lalu dia hendak bercerita.
"Ada temen lo, cowok, ganteng, pokoknya rapi deh."
Kinan menghelakan napas sejenak. "Pake kacamata?"
"Iya,"
"Bilangin suruh tunggu, gue baru nyampe rumah."jawab Kinan pelan.
Mia mengangguk kan kepalanya. Dia kemudian bergegas kembali ke bawah untuk memberitahu lelaki itu kalau Kinan tengah bersiap. Kinan menghelakan napasnya. Baru juga sampai, dia harus pergi lagi dengan Regan yang sudah datang menjemputnya. Oh andai saja bukan karena tugas relawan itu, Kinan juga enggan ikut campur dalam urusan Regan.
Kinan memeriksa ponselnya. Sedari tadi lampu led notifikasi nya menyala-nyala tanda pemberitahuan masuk.
Kinan langsung memeriksanya. Dan sedetik kemudian helaan kekesalan ia lantunkan sendiri di dalam kamar.
Regan : Buruan, pake apaan aja udah. Temen gue juga gak bakalan ngelirik lo.
Kinan tidak terima. Dia pikir dia tak cantik? Ah, Kinan lupa. Ia merubah tampilannya semenjak kejadian itu. Ketika ia berpisah dengan Satria, Kinan menjadi malas mengurus dirinya sendiri. Alhasil, apapun yang ia kenakan, ia tak peduli. Entah cantik atau tidak dia tetap percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Even If Time Passed
ChickLitSEKUEL DARI CERITA OK CAPTAIN "Yang saya butuhkan hanya satu orang yang bisa memahami dan mengerti saya. Hanya itu,"