11. Bawa Aku Kembali

5.2K 517 24
                                    

Bentar,

Ada yang kangen ga?

Hehe
















Langkahnya terhenti.

Dari jarak yang tak begitu jauh, mata coklat itu memandangi sesosok lelaki yang ia kenali. Melihat lelaki itu ada disana, Kinan---yang setiap hari kemari---memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Dia ingin menghindar, sebisa mungkin, sejauh mungkin, bahkan apapun caranya itu dia ingin menghindar.

Tangannya mengepal tanda kesal. Sorot matanya tak pernah menghangat ketika ia bertemu Satria. Dia sudah terlanjur menaruh rasa kecewa bercampur benci hingga saat ini. Membiarkan segala rasa hangat yang pernah ia rasakan terhadap lelaki itu berubah menjadi sesuatu yang terlihat dingin sekali.

Kinan menarik napasnya. Dia hendak berbalik, meninggalkan pemakaman umum ini. Bunga mawar serta beberapa kantong berisikan bunga tabur ia hendak bawa kembali. Niatnya kemari tak jadi. Ada orang lain yang lebih dulu mendahului nya.

Sayangnya bersamaan dengan itu, laki-laki yang berlutut disana melihat dirinya.

Satria melihatnya. Sebagai seorang wanita yang tak ingin dilihat lemah, Kinan memutuskan untuk mendatanginya. Dia merubah segala pikirannya yang ingin segera meninggalkan tempat ini. Langkah kakinya terasa tegar. Dia harus kesana bagaimanapun caranya.

"Oh, kau disini?"

Kinan tersenyum singkat. Dia rupanya mengabaikan Satria lalu menaruh bunga mawar yang ia bawa di atas batu nisan ini.

"Aku selalu kemari,"jawab Kinan singkat.

Satria kini membiarkan Kinan berjongkok, ia berpindah tempat beberapa jarak lalu memerhatikan wanita itu menatap nisan yang ada di depannya. Sekilas Satria dapat merasakan kalau wanita itu nampak terlihat sedih, namun sayangnya Satria sendiri tak mau terlalu mencampuri urusan wanita ini.

Karena wanita ini terlanjur membenci dirinya begitu dalam.

Satria memberikan beberapa waktu Kinan untuk mendoakan sesosok yang terkubur di dalam sana. Aura hening kini menyelemuti. Kehangatan itu seakan tak pernah dikenali lagi.

"Ah, ya. Kau hari libur bukan?"dengan ragu Satria menanyakan hal itu.

Kinan menoleh sekilas. "Ya,"

"Kau ingin kemana setelah ini?"

Kinan terkekeh pelan. "Kemana? Kamu tidak salah menanyakan hal seperti itu?"

Satria menggaruk tenguk belakangnya. Maksud hati ingin sekalian mengantar wanita ini kembali ke rumah, dia rasa telah gagal mengucapkan kalimat yang salah. Reaksi Kinan yang nampak tak suka membuktikan kalau wanita itu sangat risih.

"Kau tak memiliki hak,"jawab Kinan lagi. "Aku hanya mengingatkan,"

"Ah ya, maaf."balas Satria merasa seluruh hatinya bagaikan tertembak peluru sangat tajam.

Kinan menarik napasnya, pikiran melarikan diri selalu ada di benaknya. Sebelum wanita itu berencana melarikan diri, Satria berhasil menghentikan nya dengan pernyataan yang semakin membuat Kinan berada disana.

"Karna kau tak mau bertanya kenapa aku ada disini, aku akan memberitahumu tanpa kau tanya. Aku merindukan anak kita..."jelas Satria. "...sama seperti dirimu,"

"Bukan urusanku,"

"Anehnya setiap kali aku kemari, aku tak pernah bertemu denganmu. Padahal, aku selalu berharap kali saja aku dapat bertemu denganmu."

Kinan memalingkan wajahnya. Hendak mengabaikan ucapan omong kosong lelaki ini tapi bibirnya gatal ingin ikutan menanggapi. "Ah, kau tak pernah beruntung."

Even If Time PassedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang