Bulan purnama bertengger indah di langit malam. Bintang-bintang menemaninya dengan senyuman cahaya yang indah. Naruto menatap indahnya malam ini. Tersenyum cerah sampai membuat lesung pipit.
"Indah banget." kagum Naruto.
Cling
Kalung batu emeraldnya berkilau cerah. Cahaya hijau yang menyilaukan mata keluar dari batu itu. Naruto tak terkejut ataupun heran, ini sudah biasa baginya. Setiap bulan purnama kalungnya berkilau sejak ia kecil. Entah arti dari cahaya kalungnya, Naruto tak tahu.
Yang Naruto tahu kalau kalungnya sudah ada sejak bayi ketika di temukan di teras panti asuhan. Kata ibu panti pun saat bulan purnama datang kalungnya bercahaya seperti sekarang. Naruto hanya yakin kalau kalung ini adalah tanda kasih sayang kedua orang tuanya yang telah tiada.
"Ayah, ibu aku yakin kalian masih hidup di dunia sana."
Naruto melihat ke arah langit yang makin gelap. Bulan purnama pun tertutup awan. Bintang yang bertaburan kini berselimut awan. Tanda hujan akan datang.
"Mau hujan yah... Lebih baik aku masuk aja deh terus tidur. Besok harus bangun pagi-pagi."
Naruto masuk ke kamar bersiap untuk tidur. Ia membersihkan kasurnya dulu, memakai selimut lalu matanya mulai terpejam.
"Dimana ini?"
Naruto melihat ke sekelilingnya. Ruangan yang kurang penerangan dan di belakangnya ada sebuah patung besar berbentuk aneh.
"Takdir telah memilihmu."
Suara seseorang menengejutkan Naruto. Naruto langsung waspada.
"S-siapa kau?!"
"Uzumaki Naruto. Takdir para yousei berada di genggamanmu. Mata itu dan sesuatu yang ada di dalam tubuhmu adalah matahari yang akan menghancurkan kegelapan."
"Hah?"
"Bintang harapan ada dalam dirimu. Suatu kekuatan bersemayam dalam dirimu untuk mengalahkan kegelapan. Kegembiraan bagi para yousei telah tiba."
"Aku?"
Matanya mengerjap. Secercah cahaya mentari masuk melalui celah-celah jendela kamarnya. Naruto mengucek matanya membiasakan diri dengan penerangan pagi.
"Sudah pagi ternyata."
Cahaya hijau muncul dari kalungnya membuat Naruto pergi ke arah cermin dan melihatnya. Sesuatu terjadi pada Naruto. Sepasang telinga rubah tumbuh di atas kepalanya. Matanya pun berubah jadi lavender bukan biru saphire miliknya.
"Apa ini aku?" tanya Naruto di depan cermin. Perlahan semuanya hilang dalam sekejap. Matanya kembali ke warna aslinya dan telinga rubahnya pun telah hilang.
"Ah...sudahlah." Naruto hendak mengambil handuk di dalam lemari. Sesaat ingat sesuatu.
"Oh... Ya ampun. Aku harusnya bangun pagi-pagi sekali... Ini bencana ini bencana."
Naruto segera lari terbirit-birit. Ia langsung pergi ke dapur dan memasak sesuatu. Bahkan, penampilan bangun tidurnya yang acak-acakkan pun tak dihiraukan.
Naruto baru ingat kalau ada seseorang yang akan datang. Katanya sih bagian dari keluarga uchiha ini. Uchiha Madara, kah? Uchiha shishui yang ganteng itu atau Uchiha obito yang jago ngelawak?
Naruto sudah menyiapkan makanan di meja. Bermacam masakan jepang tersedia hampir memenuhi meja makan.
"Sudah selesai.."
Tuk
Tuk
Tuk
Naruto melihat ke tangga. Tuan mudanya telah datang. Sudah dengan penampilan yang sangat rapi dan memakai seragam sekolah. Tas di taruh di pundaknya.
"Ohayou, Tuan muda." sapa Naruto ramah.
Sasuke melihat penampilan Naruto dari bawah sampai atas. Berantakan. Masih memakai piyama bergambar doraemon, rambut seperti singa, ada peta buatan di samping bibir sampai pipi dan mata sipit khas bangun tidur.
"Ada apa, Tuan muda?"
"Kau baru bangun tidur?"
"Ha'i. Kenapa Tuan muda?"
"Petamu masih kelihatan."Naruto langsung melihat penampilannya saat ini. Oh... Sungguh bukan seperti anak gadis umumnya ketika bangun tidur.
"Dasar! Baka Naruto." Naruto mengumpat sendiri. Ia pun kemudian langsung melenggang pergi tanpa memerdulikan Sasuke.
Sasuke yang melihatnya menahan tawa sejak tadi. Sebenarnya ia ingin tertawa terpingkal-pingkal saat baru melihat penampilan pelayannya tapi takut tersinggung.
Sasuke lalu duduk dan memulai sarapannya dengan tenang. Ia melihat semua makanan yang terhidang. Banyak sekali. Pikirnya. Mungkin akan ada yang datang.
Sasuke sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Penampilannya seperti biasa. Ia merasa nyaman dengan penampilan ini. Meskipun di mata orang dan pujaan hatinya ia dianggap culun.
"Iruka.."
Sasuke memanggil Iruka supir pribadinya tapi tak kunjung datang. Sasuke mencari Iruka di kamarnya tapi tak ada.
"Kemana Iruka?"
Sasuke kemudian berangkat sendiri. Terpaksa ia harus naik bus.
Criitt
Mobil hitam yang biasa Iruka pakai untuk mengantar ke sekolah berhenti di sampingnya. Sasuke mengernyit heran. Bukankah Iruka sedang tak ada?
Di pintu supir menyembullah kepala seseorang. Surai pirang dan mata saphire nampak olehnya.
"Ohayou lagi tuan muda. Ayo berangkat."
"Eh? Pelayan? Kemana Iruka?"
Sasuke masuk ke dalam mobil. Ia duduk di belakang.
"Iruka jii-san sedang izin pulang. Mungkin satu minggu." ucap Naruto di tengah perjalanan.
"Kau bisa menyetir? Kau kan belum punya sim."
"Bisa. Di ajarin Iruka jii-san. Memang belum punya. Nah.. Tuan muda sudah sampai. Silahkan keluar."Naruto memberhentikan mobilnya. Sasuke melepaskan seatbeltnya lalu keluar dari mobil.
"Hati-hati Tuan muda."
Naruto menjalankan mobil kembali pulang. Ia melihat ke arah kaca yang menggantung di mobil. Ia melihat di belakang jok dari kaca tersebut ada sesuatu. Naruto berhenti. Ia mengambil barang tersebut.
Buku paket kimia milik tuan mudanya tertinggal. Ia harus mengembalikannya. Naruto membalikkan mobil menuju kembali ke sekolah tuan mudanya.
Naruto keluar mobil dengan cepat. Ia masuk ke sekolah dan mencari kelas tuan mudanya. Para murid melihat Naruto sinis. Ia ingin bertanya tapi sepertinya bukan pada orang yang tepat.
Naruto terus menyusuri untuk mencari tuan mudanya. Ah, ia menemukannya. Tuan mudanya sedang bersama dengan temannya berbincang di depan perpustakaan.
"Tuan muda..." panggil Naruto dari kejauhan. Sasuke yang merasa namanya di panggil menoleh. Naruto berlari ke arah Sasuke.
Ctak brugh...
Naruto tersandung kaki seseorang yang dengan sengaja mencelakai Naruto. Naruto jatuh tersungkur. Dahinya berdarah. Matanya berat untuk membuka dan yang terakhir kali ia lihat adalah tuan mudanya mendekat ke arahnya dan memanggil namanya lalu semuanya menjadi gelap.
***
Gimna minna-chan? Up setelah sahur karena kuota kehabisan. Sedangkan kalo kuota pas sahur masih banyak.
Chapter ini terinspirai dari boruto: naruto next generation episode delapan. Awalnya sy tercengang kalo toneri ada di dlm mimpi boruto. Kalo minna-chan gimana?
Tankyu yah.. Yang udah baca cerita abal-abal saya :)
Kritik dan saran di perlukan
Vommentnya ya kak :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Maid, Love You.
Lãng mạnHidup dalam kesederhanaan dan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Keajaiban dan tragedi masuk dalam kehidupannya. #sasufemnaru #ff