30 Mei 2015
(Hari terakhir ujian)
Bel masuk yang kedua baru saja berdering. Semua siswa diruangan saya pun sudah masuk, kecuali Dandi. Yah dia belum datang juga.
Saya memperhatikan bangkunya yang kosong sampai akhirnya suara ketukan pintu terdengar. Ia pun masuk setelah dipersilahkan oleh pengawas.
"Kau itu Dandi, bapaknya Mayor anaknya malah begini" pengawas geleng-geleng kepala.
Dandi hanya terdiam dan sepertinya tak suka jika pekerjaan orang tuanya di umbar di depan orang.
Betul-betul diluar dugaan, senior yang dekat denganku saat ujian kenaikan kelas merupakan anak mayor atau sekarang dikenal dengan komisaris polisi. Ternyata senior saya itu merupakan anak pejabat.Hari itu, saya seakan tak bersemangat mencari jawaban di handphone ku. Apalagi pengawas saat itu adalah guru kelas XII yang terkenal killer di sekolah.
"Pengertian polusi dong Oghy" teriakku kecil ke Oghy. Namun rupanya Oghy pun belum menjawab soal tersebut.
"Polusi apa yah..." gerutu ku di belakang. Saya mencoba memikirkan jawabannya sendiri.
"Polusi?" tanya Kak Dandi yang tiba-tiba berbalik seakan sudah menguping sejak tadi.
"Iya Kak" ku jawab dengan spontan, berharap dia mengetahui jawabannya dan memberitahukannya pada saya.
"Cari aja di internet, liat saya dong... Nyonteknya santai" Dandi menunjuk handphonenya yang tergeletak di atas meja.
"Saya takut Kak sama pengawasnya"
"Kau berlindung saja dibelakang saya, saya lindungin kok"
Lagi-lagi untuk kesekian kalinya saya merasa aneh dengan sikap kakak kelas saya itu.Saya pun menuruti perintah Kak Dandi yang berniat menolong saya. Entah saya yang tidak tau diuntung atau saya yang terlalu banyak maunya, mulut saya seakan tak bisa berhenti diam memerintahkan Kak Dandi "Kak geser ke kiri-kiri dong"
"Eh kursinya di mundurin dong Kak"
"Kak jangan gerak berlebihan"Sama seperti hari sebelumnya, tiap hari saya mengerjakan 3 mata pelajaran yang diujiankan. Termasuk hari Sabtu ini. Namun berbeda dengan kelas X, kelas XI hanya ujian 2 mata pelajaran untuk hari terakhir ini. Mata pelajaran terakhir pun hanya seni budaya.
"Dek saya sudah selesai, saya keluar duluan yah" dia mencoba memberitahukan ku.
Dandi berdiri. Otomatis sudah tidak ada lagi yang menjadi penghalang ku untuk berlindung dari pengawas.
"Kak disini saja dulu soalnya saya belum selesai" saya memang banyak maunya.
Dia tertawa kemudian berkata, "ihh tapi saya sudah selesai, saya kumpul yah" dengan teganya dia pun mengumpul lembar jawabannya kepengawas.
Dandi tak langsung meninggalkan ruangan ujian, kulihat dia berdiri didekat pintu masuk. Sayapun tak tahu dia sedang menunggu seseorang atau hanya sekedar menunggu didepan ruangan.
Di menit-menit terakhir waktu pelaksanaan ujian akan selesai, pengawas keluar dari ruangan. Entahlah mau kemana. Tiba-tiba saya melihat Kak Dandi yang masih saja berdiri didepan pintu sedang memberikan isyarat bahwa pengawas tersebut menuju kembali ke ruangan kami. Saya yakin betul, isyarat itu ditujukan kesaya. Tatapannya benar-benar menatap saya. Tapi entahlah, mungkin hanya perasaan saya saja.
Akhirnya ujian dihari terakhir selesai juga. Saya memilih bersandar di pintu ruangan saya dan menunggu Oca dan Wanda yang belum juga selesai mengerjakan soal ujian. Disebelah saya juga ada Dandi yang entah sedang menunggu temannya atau cuma ingin melihat-lihat orang-orang yang belum selesai mengerjakan ujian.
Saya melirik ke arah Dandi. Astaga dia sedang menatapku. Entah kenapa saya juga malah menatap balik kakak kelas saya itu. Saya sebenarnya paling tidak bisa lama-lama bertatapan mata dengan seseorang. Saya pun tak tahu alasannya. Intinya, biasanya ketika seseorang sudah mulai menatap saya pasti saya akan langsung mengalihkan pandangan saya. Tapi kali ini saya berani menatap balik kakak kelas saya itu.
Tampak ada sesuatu yang ingin dikatakan Dandi, tapi tak juga terucap dimulutnya."Win... Akhirnya saya selesai" Naomi atau lebih sering di panggil Nomnom oleh teman sekelas kami merusak semuanya. Ia pun dengan semangat menggandeng tangan saya dan menjauhi Kak Dandi. Nomnom teman kelas X saya diruangan sebelah. Yah nomor urut absennya memang lumayan awal jadi saya dan dia tidak satu ruangan. Huruf awalan namanya N sedangkan saya W otomatis saya berada di urutan absensi bagian bawah.
Entah apa yang terjadi saat itu ketika Nomnom tidak datang menemuiku atau paling tidak sedikit lebih lambat. Mungkin saja kakak kelas saya itu akan memecahkan kebisuannya dan berbicara padaku.
Teringat pesan yang disampaikan Kak Farhan si ketua OSIS pada saya semalam untuk kumpul pelepasan siswa yang mengikuti studytour, saya pun sepulang sekolah setelah ujian berakhir menuju ke kelas X1. Kelas yang menjadi tempat kumpul kami semua yang ikut studytour.
Saya duduk terdiam karena semua disekitar saya itu anak kelas XI. Yah saya memang satu-satunya anak kelas X yang ikut studytour bersama anak kelas XI yang lain.
Tiba-tiba, saya begitu terkejutnya saat Kak Dandi pun masuk ke ruangan itu.
Kok bisa kebetulan begini yah. Disitulah saya sadar Kak Dandi yang ikut studytour bukan Dandi anggota OSIS melainkan Kak Dandi si anak baru di SMA saya yang baru saja saya kenal sejak ulangan kenaikan kelas. Dia memang baru pindah di sekolah ku tepatnya saat dia semester 2 kelas XI.
Dandi menjentikkan jarinya kedepan wajah saya sambil mengatakan "oi.."
Tapi saya malah memasang wajah jutekku."Oh... Kau ikut studytour"
Saya hanya berdehem tampak tak semangat.
Sudah hampir setengah jam saya duduk dalam ruangan itu. Saya melihat 3 teman saya yaitu Wanda, Naomi, dan Oca mulai kelihatan gelisah. Tampak dari luar Oca sudah mulai marah-marah.
"Saya pulang duluan saja deh.." Katanya dari jauh dengan memperagakan gerakan.
"Tunggu" jawab ku yang memberi isyarat.
"Kak... Saya bisa pulang tidak? Soalnya teman saya sudah nunggu" kataku ke kakak kelas yang duduk disamping saya.
"Oh ya sudah kalau mau pulang, duluan saja. Jangan lupa yah kita hari kamis berangkat"
"Iya kak""Gila kau Win, kenapa tidak minta pulang dari tadi saja"
"Kalian tuh yang gila, kenapa mau ninggalin saya?!"
"Eeh tadi waktu kau keluar, Kak Dandi liat-liatin kau terus" kata Wanda, teman saya yang memang sukanya rumpi.
"Ha? Serius?" wajah ku tampak malu. Saya malah kegeeran sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Jatuh Cinta (NEW)
Teen FictionDia datang seolah memberikan sedikit harapan padaku, lalu kemudian menjulurkan tangannya tepat didepanku. Namun keraguan muncul. Kutakut ketika ku menggenggam tangan itu, dia tiba-tiba menghempaskannya dan meninggalkan ku sendirian tanpa belum semp...