8 Juni 2015
Hari terakhir kami semua di Bali. Paginya kami harus mengunjungi SMA 3 Denpasar. Cukup lama kami disana dan bersosialisasi dengan siswa-siswa disekolah tersebut dan siangnya kami pun berpamitan dengan siswa serta guru dari sma 3 untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Kami makan siang sebentar di Ayam Betutu Khas Gilimanuk lalu ke joger. Tempat terakhir yang akan kami kunjungi sebelum ke Bandara."Kak coba baju ini soalnya badan kakak mirip badan kakak saya" kataku sambil memegang baju ke hadapan Kak Aso, kakak kelasku. Saat masih sibuk mencocok-cocokkan baju, saya melihat Kak Dandi yang sedang antri dikasir. Ia sedang berbicara dengan perempuan yang usianya sekitar dua puluhan ke atas. Sepertinya dia baru saja kenalan dengan perempuan itu.
Sekitar pukul 3 sore kami sampai di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai untuk pulang kembali ke Makassar. Lagi-lagi saya melihat Dandi dengan seorang wanita yang usianya lebih tua dari kami semua bahkan perempuan itu sekarang sedang bersama anaknya. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Ada apa dengan perempuan yang lebih tua? Entahlah.
Entah ini kesialan atau keberuntungan, saya harus berdampingan dengan Kak Dandi dipesawat. Kenapa kursi saya harus tepat disebelah Kak Dandi.
Dipesawat saya duduk ditengah, disebelah kanan saya ada Kak Dandra yang dekat dengan jendela (pacarnya Kak Farhan si ketua OSIS), dan disebelah kiri saya siapa lagi kalau bukan Dandi.Saya pun tak tahu kenapa selalu saja ada kebetulan yang menyangkut dirinya.
Banyak yang saya bicarakan dengan Kak Dandi saat itu tapi sebagian saya pun sudah lupa.
"Kak, kakak siswa barukan disekolah? Pindahan dari mana" tanyaku.
"Pindahan dari kendari. Awalnya saya itu juga sekolah disalah satu sekolah negeri di Makassar cuma karena saya di DO akhirnya saya pindah ke Kendari"
"Di DO karena apa?"
"Saya disekolah saya dulu itu ikut sispala (siswa pecinta alam) dan bisa dibilang saya itu sebagai ketua karena saya yang sering ajak teman-teman saya semua untuk ikut-ikutan mendaki, dan organisasi Sispala itu ilegal dan tidak ada persetujuan dari sekolah. Makanya setelah ketahuan, kami semua yang bergabung dari organisasi itu di keluarin dari sekolah. Dan karena saya dalang dari semuanya, makanya tidak ada sekolah di Makassar yang mau menerima saya. Jadi yah saya pindah ke kendari untuk sementara"
"Oh.." kata ku sambil mengangguk.
"Dikendari itu yah kota dengan pergaulan bebas kedua di Indonesia" jelasnya.
"Oh gitu" jawabku singkat sambil memperbaiki ikatan rambutku."Tidak usah diperbaiki, tetap manis kok" ucap Kak Dandi.
Yah saya pura-pura tidak dengar sajalah.
"Eh siapa yang menjemputmu sebentar di bandara?" tanyanya lagi.
"Bapak sama mama saya Kak, kakak sendiri?" tanyaku
"Saya juga tidak tau sebentar pulang naik apa"
"Mama kakak tidak jemput?"
"Tidak, dia tidak tau naik mobil"
"Bapak kakak?"
"Dia juga tidak tau, itu pun juga dia di papua" jelas Kak Dandi."Pantas mukamu mirip orang Papua Dandi" ejek Kak Dandra disebelah saya.
"Ya tidak lah" jawab Dandi dengan sok ganteng.
"Eh Kak ya sudah sama saya saja sebentar pulangnya" kataku yang tiba-tiba mengajak.
"Ih tidak usah nanti merepotkan"Saya terus saja membujuk Kak Dandi sampai akhirnya dia menyetujui tawaran saya.
Tidak lama kemudian saya mencoba mencari earphone yang ada di saku kursi tapi tak juga menemukannya. Saya pun dengan wajah cemberut menyandarkan bahu saya ke kursi, "ya sudahlah" kataku karena sudah lelah mencari dengan nada agak kesal.
Tiba-tiba dia merogoh saku kursi yang ada didepanku, mencarinya lebih dalam lalu mengeluarkan earphone yang saya cari.
"Makanya carinya teliti"
Saya hanya membalas dengan senyuman.Saya menutup mata saya sambil mendengar alunan musik yang saya dengar melalui earphone. Tiba-tiba earphone saya yang sebelah kiri ditarik-tarik dan tentunya oleh Kak Dandi. Saya menyikutnya perlahan sambil berdehem mengisyaratkan saya tak ingin diganggu. Tapi dia malah terus mengganggu saya dengan menyikut-menyikut saya. Alhasil saya jadi malas mendengarkan musik dan menyimpan earphone kembali ke saku kursi.
Masih dalam pesawat, saya dan Kak Dandi tak henti berbicara dengannya.
"Kasih begini saja" kataku menghibur sambil tersenyum. Ku angkat armrest (sandaran tangan) sehingga tak ada lagi penghalang di antara kami.
"Supaya lebih akrab yah..." katanya sambil tertawa. Lalu membentangkan tangannya lebar-lebar.
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Kami semua akhirnya tiba kembali di Makassar dengan selamat.Entah apa yang saya katakan saat itu kedia saat berjalan ketempat pengambilan koper, dia menjawab "ya iyalah, emang begitu kalau penyanyi,"
"Coba nyanyi kalau begitu" pintah ku ke Kak Dandi.
"Kau cantik hari ini dan aku suka... Eh sudah terlalu sering saya nyanyikan" katanya setelah menyanyikan sepenggal lagu dari Lobow berjudul Kau Cantik Hari Ini.
Saya hanya tertawa.
Saya menarik-narik tas ransel yang dikenakannya.
"Kenapa Dek? Sini-sini saya peluk"
"Ih..ih" jawab ku yang tampak jijik dengan ucapannya itu.***
Semua senior saya lain sudah berpamitan karena penjemputnya pun sudah datang menjemputnya. Mama saya pun juga sudah ada berdiri di samping saya tapi saya bilang kalau saya mau pulang sebentar saja."Kak jadi pulang sama saya kan?" tanya saya ke kak Dandi.
"Tidak usah deh dek, saya malu"
Dandi tampak cengengesan didepan mamaku."Jadi mau pulang sama siapa kak?" tanyaku lagi.
"Saya naik taksi saja sebentar"
"Oh begitu..."
"Dek saya sama Nisbul ke atas yah mau beli minum sekalian tunggu Nisbul dijemput"
"Kak ikut dong"
"Mamamu bagaimana?"
"Dia mau menunggu sebentar kok"Saya pun ikut dengan mereka berdua kesalah satu cafe yang ada dibandara.
Saya tak tahu apa yang awalnya kami bicarakan sehingga kak Dandi saat itu tiba-tiba membicarakan soal pacarnya.
Ia menceritakan bahwa pacarnya itu beda 3 tahun dengannya. Dandi kelahiran 1999 dan pacarnya kelahiran 1996. Dia juga bilang kalau dia suka sama pacarnya karena pacarnya berani mengungkapkan perasaan ke Dandi duluan. Sampai akhirnya 3 bulan pacaran, pertemuan pertama kak Dandi menjemput pacarnya itu di Bandara. Pacarnya itu berprofesi sebagai makeup artis, asli orang Makassar tapi kalau tidak salah ingat Dandi bilang dia bekerja di Surabaya.
Telepon masuk berkali-kali di ponselku. Panggilan masuk dari mama saya. Saya yakin mama saya pasti marah karena sudah terlalu lama menunggu. Saya pun pamit pulang ke Kak Dandi dan Kak Nisbul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Jatuh Cinta (NEW)
Teen FictionDia datang seolah memberikan sedikit harapan padaku, lalu kemudian menjulurkan tangannya tepat didepanku. Namun keraguan muncul. Kutakut ketika ku menggenggam tangan itu, dia tiba-tiba menghempaskannya dan meninggalkan ku sendirian tanpa belum semp...