Lombok

206 4 0
                                    

4 Juni 2015

Akhirnya saya dan yang lainnya sampai di lombok. Di bandar undara internasional lombok.

Saat baru saja turun dari pesawat dan berjalan kaki masuk ke dalam bandara, Kak Dandi akhirnya menegur saya.
"Dek, kau kenapa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa Kak"
Dia pun pergi meninggalkan saya dan tak melanjutkan percakapan kami. Saya heran kenapa dia malahan menanyakan keadaan saya lalu pergi begitu saja.

Satu hari itu kami lewatkan dengan berkunjung ke tempat-tempat yang menjadi tempat yang ada dalam list travelling, mulai dari desa sade, kuta beach lombok, desa adat sukarara, sinar mutiara lombok, oleh-oleh dan kerajinan lombok, gandrung lombok hingga check-in di puri senggigi hotel.

Saya dan satu kakak kelas teman kamar saya yaitu Kak Amel menaruh koper dan merapikan barang bawaan kami.
Tak lama, dari luar sudah ada suara keributan. Kami berduapun keluar untuk mengecek keadaan. Tampak gerombolan kakak kelas laki-laki dan dua orang perempuan lainnya yang sudah bersiap.

"Kalian mau kemana?" Tanya Kak Amel.
"Mau cari udara malam"

Saya dan yang lainnya pun ikut bersama rombongan laki-laki itu. Perempuan yang ikut hanya berempat, termasuk saya. Karena yang lainnya sepertinya hanya ingin beristirahat saja.

Kami berhenti pada mini market karena ada salah satu dari kami yang ingin menarik uang di atm. Karena tak ada yang ingin dibeli, saya dan yang lainnya pun hanya menunggu diluar mini market. Kak Dandi berdiri di samping saya. Sempat memandangi ku beberapa saat lalu berkata.

"Bagaimana? Nanti ujian selanjutnya mau nyontek lagi tidak?"

Kenapa harus itu yang dibahas olehnya.
"Kakak kan juga nyontek" jawab ku dengan jutek.

Dandi hanya tertawa.

***
5 Juni 2015

Tepat hari jumat pagi, tempat yang harus kami kunjungi pagi itu adalah gili trawangan. Kami harus menaiki speed boat untuk sampai kesana.

Saat disana lah saya melihat ada yang aneh dilengan bawah Dandi. Astaga, ditangan Dandi ada tattoo. Saya melihat tangan Kak Dandi sekali lagi. Benar, ternyata plaster panjang yang tertempel ditangannya saat ujian lalu, untuk menutup tattoo yang ada di tangannya. DANDI, itulah kata bertuliskan huruf kapital rapi yang ditulis oleh tinta hitam permanen ditangan laki-laki itu. Memang hanya nama, tapi tetap saja ketika mendengar kata tattoo yang terpikir dibenak orang-orang adalah hal yang negatif.

Setelah ke gili trawangan, kami melanjutkan perjalan melalui hutan pusuk untuk menuju ke Museum Negeri NTB.

Saya sempat masuk ke Museum yang terletak di kota mataram, lombok itu. Hanya sebentar karena saya lebih memilih untuk bersantai didepan museum tersebut sambil menikmati jajanan yang singgah didepannya bersama dengan kakak-kakak kelas yang lain.

"Dek traktir yah..." tiba-tiba Dandi muncul begitu saja dan sudah berdiri tepat disebalah ku saat saya sedang menunggu cimol pesananku.

"Kakak saja yah yang traktir saya" pintah ku sambil tersenyum.

"Kau saja lah. Yah, yah, yah..." rayunya.

Saya masih saja terus menjailinya, "Pak punya saya dibayar sama dia yah" kataku sambil berpura-pura ingin pergi.

"Ih... Dasar" dia mengelus kepalaku. Untuk pertama kalinya, dia mengelus kepalaku. Siapa yang tidak senang coba.

Saya berusaha tetap tenang jadi saya hanya tertawa melihat wajah lugunya.

"Yah... Yah... Yah..." dia masih saja terus memintaku untuk mentraktirnya cimol.

"Kak kembalian saya masih ada 10rb, ambil saja" kataku pada akhirnya.

Terlalu Jatuh Cinta (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang