Prolog

4.3K 349 31
                                    

Awan kabut menyelimuti sebagian tempat di Seoul hari ini. Cuaca tengah sangat buruk untuk beberapa pekan terakhir. Hujan dan badai yang datang seolah tiada hentinya menebar kecemasan. Dan gadis itu hanya bisa terdiam memerhatikan setiap wajah muram yang didapatinya pada etalase kaca cafe yang tengah di tempatinya kali ini.

Apa hal terindah yang bisa merubah suasana hati mereka? Apa seburuk itukah cuaca hari ini sehingga kebanyakan dari mereka terlihat sedih dan nampak tak bersemangat untuk memulai harinya.

Gadis itu mendesah. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna tetapi kenapa mereka tidak dapat mensyukurinya?

Hanya itulah yang ada dipikiran gadis itu sekarang. Setiap harinya, ia merindukan senyuman dari wajah-wajah suram itu. Kebahagian adalah takdirnya, senyuman adalah kekuatannya dan tangisan adalah rasa sakitnya. Jika Tuhan berkehendak, salah satu dari mereka setidaknya bisa mendapatkan senyuman itu kembali. Gadis itu berharap ia bisa merubah semuannya. Ya, semua orang.

'Plak'

Suara tamparan keras menarik perhatian gadis itu. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita yang tengah terduduk dengan tangisan yang teredam dalam kediaman. Jelas sekali bahwa wanita itu tengah menahan rasa sakitnya, terlebih sosok yang telah menamparnya itu adalah seorang pria.

"Diam kau! Apa ini balasanmu setelah apa yang aku lakukan selama lima tahun pernikahan kita? Jika bukan karena diriku, kau mungkin sudah hidup sengsara!" teriak pria itu yang telah berdiri dari kursinya.

Wanita itu masih terisak dalam tangisannya. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat dan hanya bisa menempelkan telapak tangannya seolah menutupi bekas tamparan yang baru saja didapatkannya.

"Bayangkan saja, ketika keluargamu jatuh miskin apakah ada pria yang menginginkanmu?" pria itu berdecak, "beruntung aku mau menikahimu, kau bisa memiliki semua yang sama persis seperti apa yang kau miliki dulu. Jadi seharusnya kau bersyukur untuk itu."

"Kau hanya menganggap pernikahan ini sebagai status saja, kau pikir aku menikahimu hanya untuk mengangkat derajat keluargaku saja? Itu tidak benar," bisik wanita itu lirih dengan wajah yang tertunduk.

"Tidak benar? Lalu apa? Hah?"

"Aku mencintaimu," bisiknya lagi membuat pria itu hanya mendecakkan lidah seolah apa yang didengarkannya bukanlah sesuatu yang berharga. "Aku sudah sangat jelas mencintaimu tetapi kau tidak pernah menghargai perasaanku."

"Tutup mulutmu!"

"Dan kau teganya memiliki wanita lain tanpa aku ketahui selama lima tahun pernikahan kita. Kau bukan hanya membohongiku, kau juga membohongi keluargaku! Kau-"

'Plak'

Satu lagi tamparan keras melayang pada pipi wanita itu membuat semua orang yang ada di cafe itu ikut terkejut dan memerhatikan sepasang suami istri yang tengah berseteru.

"Diam kau, wanita sialan!"

Retakan itu mulai terdengar, nyaris seperti sebuah garis yang melintang panjang. Secara perlahan merapuhkan setiap kekuatan yang telah lama dibangun.

"Kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu! Memangnya kau siapa hah? Dengan beraninya kau menuduhku hal semacam itu. Cinta katamu, persetan dengan apa yang kau katakan. Kau mengatakannya karena kau tidak ingin kehilangan kemewahan yang aku berikan kepadamu bukan?"

"Selama ini aku tidak pernah takut kehilangan segalanya?" buka lagi wanita itu dengan emosi yang mulai tersulut. Ia mendongak dan menangis menatap suaminya. "Aku benar-benar mencintaimu tapi kau tidak peduli dengan perasaanmu, jika kau berpikir aku takut kehilangan segalanya, kau salah besar. Ayo kita bercerai!" ungkap wanita itu dengan tekanan kuat di akhir kalimatnya.

Angel Has BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang