Bab 2

1.6K 214 11
                                    

Jongin menggulingkan tubuhnya ketika alarm di ponselnya berbunyi dengan keras. Dengan mata yang masih setengah mengantuk, ia mengambil ponsel untuk segera mematikan alarmnya. Hal kedua yang ia lakukan adalah membuka folder pesan meskipun disana tidak ada satupun pesan yang masuk disana.

Ia menjatuhkan ponselnya lantas kembali menenggelamkan wajahnya untuk tidur kembali. Hanya sesaat sebelum ia benar-benar mengumpulkan seluruh nyawanya. Angin sejuk tiba-tiba membuat tubuhnya bergidik, ia mendongak mendapati bahwa jendela kamarnya yang terbuka. Meniupkan angin pagi yang secara selaras menerbangkan tirainya. Jongin bangun lantas menatap lekat-lekat jendela kamarnya. Apakah ia lupa menutup jendela kamarnya semalam dan seingatnya sekarang masih bulan agustus, terlalu awal hingga musim gugur datang tetapi angin ini cukup menyejukkan pagi di musim panasnya.

Tiba-tiba saja Jongin tersenyum. Entahlah, ia hanya merasa pagi ini terlalu indah—terlalu indah hingga ia tidak pantas untuk mendapatkan pagi seindah ini.

Bersiap untuk memulai aktifitas hariannya. Ia akan memulai dengan membereskan kamar tidurnya. Beranjak untuk segera membersihkan tubuhnya lantas segera merapikan dirinya dengan pakain yang sering ia kenakan untuk bekerja. Ia akan sarapan jika ia memang sempat untuk memasak, jika tidak ia akan mencari apapun nanti untuk mengganjal perutnya. Setidaknya ia datang tidak terlambat.

Semuanya bisa Jongin lakukan dalam waktu kurang dari satu jam, setelah itu ia langsung membenahi laptop dan beberapa jurnalnya yang ada di dalam tas hingga akhirnya membawanya untuk berangkat bekerja. Jongin sedikit merasa kurang enak saat ini tetapi ia hanya menganggap itu sebagai rasa lelah karena aktifitas bekerjanya.

Ia baru membuka pintunya ketika melihat seorang gadis dengan pakaian berwarna kuning cerah tengah menyimpan sekotak susu di depan pintu rumahnya. Jongin keluar seraya mengambil susu itu selagi memerhatikan gadis itu yang terpundur karena terkejut. Jongin terkekeh melihatnya dan menyapa gadis pengantar susu dan koran itu seperti biasanya.

"Pagi, Kyungsoo..?" Jongin sedikit menjeda ucapannya karena takut bahwa nama yang baru ia ketahui kemarin itu salah. Melihat anggukan gadis itu, Jongin akhirnya tersenyum lega. "Pagi yang indah bukan?" tanya Jongin.

Lama terdiam Jongin menunggu hingga akhirnya gadis itu bergumam pelan menjawab, "ya." Hanya itu tetapi itu cukup membuat Jongin puas selagi tangannya membuka kemasan susunya lantas meminumnya dengan tenang.

"Kita bisa berjalan dan berbicara bersama-sama, ayo," ajak Jongin yang mulai berjalan mendekati Kyungsoo yang hanya bisa mengekornya dengan sepeda yang ia tuntun. Jongin memiliki sedikit banyak waktu pagi ini sebelum ia berangkat ke stasiun sesuai jadwal yang biasa ia gunakan. Setidaknya sedikit berbincang bisa membantunya untuk mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar rumahnya. Rasanya telah lama sekali ia tidak berjalan santai seperti ini dan menyapa beberapa tetangga yang kebetulan tengah berada di luar.

"Sejak kapan kau mulai bekerja mengantarkan susu seperti ini?" tanya Jongin memulai lagi perbincangannya.

Jongin kembali harus menunggu gadis itu berbicara, ia menatapnya dan gadis itu hanya bisa menunduk seolah menghindari tatapannya. Entah kenapa hal itu malah lucu di mata Jongin dan sekali lagi ia terkekeh untuk itu.

"Kau sudah berjanji untuk berbicara ketika aku bertanya. Jadi apa jawabannya?" tanya Jongin lagi.

"Sekitar satu bulan," jawabnya dan Jongin mengangguk.

"Tinggal disini?"

"Ya."

"Dimana?" Jongin menatap gadis itu. Memerhatikan bagaimana gadis itu seperti tengah berpikir keras. Jongin berpikir apakah pertanyaannya menganggu Kyungsoo karena harus bertanya tentang tempat tinggal pribadinya, tetapi tidak ada salahnya ia bertanya jika memang Kyungsoo tinggal di sekitar sini. Tetapi melihat bagaimana gadis itu yang nampak tak nyaman Jongin mengangguk mengerti. "Tidak apa-apa, aku tidak memaksa."

Angel Has BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang